Visualindonesia.com,-
Dunia perfilman Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran film bergenre drama psikologis yang mengangkat kearifan lokal Nusantara. Film “Lintrik: Ilmu Pemikat” karya sutradara Irham Acho Bahtiar menjanjikan pengalaman sinematik yang berbeda dengan menghadirkan cerita tentang ilmu pengasihan Jawa kuno yang penuh misteri, sekaligus mengundang kontroversi melalui pernyataan sutradara tentang ritual ekstrem tanpa busana dan komitmen total aktris Karina Icha.
Perjalanan film “Lintrik: Ilmu Pemikat” dimulai dari sebuah penemuan tak terduga di akhir 2022 ketika produser Prama Gatra Film, Asye Siregar, menemukan film pendek berjudul “Lintrik — Janakim Series” di platform YouTube, hasil karya anak-anak muda Banyuwangi.
Menghargai etika berkarya, tim produksi kemudian mengajak pembuat film original untuk berkolaborasi secara resmi sebagai konsultan budaya dalam versi layar lebar, memastikan autentisitas setiap detail budaya yang ditampilkan.
Lintrik, sebagai fokus utama cerita, merupakan ilmu pelet atau pengasihan Jawa kuno yang memiliki kekuatan luar biasa berbeda dari pelet konvensional.

“Perbedaannya dengan pelet adalah jika pelet bisa dilakukan secara ritual sendirian oleh pelakunya, berbeda dengan lintrik yang tidak bisa dilakukan semua orang karena hanya bisa dilakukan oleh dukun wanita yang telah melakukan ritual tertentu,” jelas sutradara Irham Acho Bahtiar dalam jumpa pers di Bajawa Kemang, Jakarta, Kamis (6/6/2025).
Ilmu ini mampu menarik korbannya bahkan dari jarak yang sangat jauh, termasuk luar negeri, meski efeknya bersifat sementara.
Aspek paling mencuri perhatian dari penjelasan sutradara adalah ritual ekstrem yang menjadi bagian dari praktik lintrik.
“Salah satu ritual yang ekstrim adalah mengelilingi kuburan keramat dalam keadaan tanpa busana,” ungkap Irham, membuat ruangan jumpa pers sejenak hening.
Pernyataan kontroversial ini langsung menjadi sorotan, terutama ketika dikaitkan dengan komitmen para pemeran untuk memberikan penampilan total dalam film yang akan menghadirkan adegan-adegan ekstrem serupa.

Aktris Karina Icha, yang memerankan karakter utama Sari, mengejutkan publik dengan pernyataannya tentang kesiapan menghadapi adegan ekstrem tanpa busana.
“Karena memang saya berniat ingin berkarya, jadi saya tidak mempertimbangkan naskah. Apapun itu, saya langsung terima. Saya yakin ketika kita ikhlas dan percaya diri, semua akan mengikuti dengan profesional,” tegas Karina dengan penuh keyakinan.
Sikap profesional Karina juga terlihat dalam penguasaan bahasa Osing, bahasa asli Banyuwangi yang baru diketahuinya menjelang syuting dan berhasil dikuasai dalam waktu empat hari dengan bantuan kru lokal.
Proses syuting selama 25 hari di Banyuwangi tidak lepas dari kejadian-kejadian di luar nalar yang menambah mistis produksi film ini. Pengalaman paling berkesan terjadi saat syuting di hutan Banyuwangi, di mana tim produksi mengalami fenomena supernatural yang menghentikan proses pengambilan gambar.
“Selama 3 hari berturut-turut, setiap kali kamera dikeluarkan dan siap syuting, tiba-tiba hujan turun. Ini terjadi puluhan kali. Anehnya, saat istirahat hujan berhenti, tapi begitu alat diset kembali, hujan turun lagi,” cerita Irham. Akhirnya, setelah melakukan ritual tertentu, kejadian misterius tersebut tidak terulang lagi.

Film Lintrik bukan sekadar mengandalkan unsur horor semata, melainkan lebih fokus pada drama psikologis yang mendalam dengan cerita berkisah tentang Sari yang berusaha menjalankan kehidupan normal namun terjebak dalam penggunaan ilmu lintrik untuk merebut cinta pertamanya yang kini telah beristri.
“Kekuatan cerita menjadi andalan utama. Seluruh adegan memiliki informasi penting yang saling berkaitan. Melewatkan satu adegan saja bisa memutus alur informasi keseluruhan film,” ungkap sutradara yang dikenal lewat karya komedi seperti “Epen Cupen the Movie” dan “Security Ugal-ugalan” itu.
Sebagai hasil kolaborasi Prama Gatra Film dan Rumah Semut Film, “Lintrik: Ilmu Pemikat” melibatkan seniman lokal Banyuwangi termasuk Mak Temu Misti (maestro tari Gandrung) dan Mas Yon DD, serta deretan aktor nasional seperti Donny Damara, Yatti Surachman, Meisya Amira, Akbar Nasdar, Fannita Posumah, dan pendatang baru Teguh Ryder yang memerankan karakter ustad muda.
Film ini siap menghadirkan pengalaman sinematik yang autentik dan menantang untuk penonton Indonesia tahun 2025, menjanjikan tontonan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang kearifan lokal Nusantara. Tunggu tanggal tayangnya di bioskop kesayanganmu.
(*/dra; foto: mm