Jakarta,-
Pariwisata Korea kini telah membaik setelah terjadinya krisis MERS pada tahun lalu. Hal tersebut ditandai dengan adanya kenaikan jumlah wisatawan sebanyak 33.1 persen sampai bulan Oktober lalu dan mencapai angka tertinggi sepanjang waktu di angka 14.6 juta pengunjung.
Pada tahun ini, diperkirakan akan ada lebih dari 17 juta wisatawan ke Korea. Karena dari berbagai data yang didapat telah ada lebih dari 15 juta wisatawan sampai pada pertengahan November tahun ini. Ini merupakan angka tahunan wisatawan tertinggi ke Korea. Catatan sebelumnya di tahun 2014 dengan jumlah 14.2 juta wisatawan.
Mayoritas wisatawan datang dari Tiongkok, sekitar 7 juta wisatawan, naik 40 persen dari tahun lalu. Kenaikan tersebut tejadi karena semakin banyak wisatawan yang datang sendiri tanpa melalui grup tur. Wisatawan dari Jepang juga mengalami kenaikan, terdapat 1.89 juta wisatawan berkunjung ke Korea antara bulan Januari dan Oktober, naik 1.26 persen dan sedikit di bawah tahun 2014, dengan 1.93 juta wisatawan.
Sedangkan tambahan angka dari negara-negara lain juga ada, terutama dari Asia Tenggara. Dimana tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun terbesar adalah dari Taiwan, dengan kenaikan 67.3 persen. Taiwan berada di posisi keempat, setelah Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat. Sementara Vietnam dan Indonesia mengalami peningkatan lebih dari 50 persen, yaitu masing-masing 56.1 persen dan 53.9 persen.
Wisatawan Tiongkok selalu menjadi kunci demografis untuk industri pariwisata Korea, termasuk ritel dan duty free. Dengan demikian, untuk mempersiapkan kemungkinan penurunan wisatawan dari Tiongkok dan mengurangi ketergantungan industri pada satu negara, maka pemerintah Korea berupaya untuk melakukan diversifikasi asal wisatawan yang berkunjung ke Korea.
KTO juga telah melakukan penelitian pasar di beberapa negara untuk memperbaiki strategi pasar dengan melihat preferensi gaya wisata negara-negara tersebut. Disamping KTO akan menyediakan berbagai keuntungan seperti pemandu, transportasi dan akomodasi sesuai permintaan.
Selain itu, KTO juga memperluas dukungan untuk membawa semakin banyak tur insentif dari Jepang dan Asia Tenggara dengan menurunkan level minimum grup dari 1.000 orang ke 500 orang. Apalagi angka tur insentif dari Tiongkok melebihi angka 1.000, sedangkan negara-negara lain jarang mencapai angka tersebut. Oleh karena itu, dengan menurunkan jumlah minimum diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan insentif dari negara lain.
(yuri/mm; foto ist