Jakarta,-
Mengabungkan secara simbiosis Novel dan Film, mungkin telah banyak kita tonton maupun membacanya di sejumlah film yang dilatarbelakangi sebuah novel yang umumnya best seller. Tapi simbiosis yang terjadi justru tidak linear bahkan cenderung abnormal. Apalagi filmnya bukan lahir dari sebuah novel yang best seller. Itulah ‘The Dark Side’ yang harus ditemukan penonton dan pembaca dalam film serta novel Triangle The Dark Side ini.
Namun situasi yang tak lazim itu menjadi kekuatan untuk saling melengkapi antara Novel dan Film-nya. Seperti dua sisi mata uang yang berbeda namun menyatu sehingga memiliki nilai yang lebih. Dan film drama action yang lahir dari sebuah film pendek, Triangle The Golden Side, yang telah di subscribe hingga 7 juta orang tersebut, sesungguhnya film indie yang di direct secara gotong royong oleh para pemerannya.
Triangle The Dark Side, film layar lebar berdurasi 1,5 jam ini menjadi film pertama Deddy Corbuzier yang unik dalam sudut gagasan, penggarapan serta kemasannya. Sama uniknya saat memahami proses dari novelnya yang ditulis oleh Damien Dematra sepanjang 400 halaman. Mengingat Damien seorang multi talenta yang punya banyak prestasi serta gagasan yang kerap dianggap tak lazim oleh banyak orang. Lagi-lagi ini menjadi ‘The Dark Side’ simbiosis antara Deddy dan Damien.
Persoalannya tinggal bagaimana menilai ekspektasi dan reaksi penonton serta pembaca yang telah membaca novelnya dan menonton filmnya. Semoga saja masyarakat tidak mengerenyitkan dahinya untuk menemukan esensi dan passion of knowledge ‘The Dark Side’ dari sebuah kisah penuh tragedi film Triangle The Dark Side.
(mdtj ; foto muller