Visualindonesia.com,-
Album penuh perdana Nusantara Beat akhirnya dirilis ke publik global pada 14 November 2025, menandai langkah penting bagi grup musik Indo-Psychedelic berbasis Amsterdam yang tengah naik daun di skena internasional.
Dengan membawa semangat eksplorasi akar budaya Indonesia, album bertajuk “Nusantara Beat” itu hadir dalam format digital dan piringan hitam long play, sekaligus membuka babak baru perjalanan mereka di industri musik dunia.
Dirilis melalui kolaborasi dengan label Jakarta, demajors, untuk wilayah Asia Tenggara, album ini menjadi jawaban atas antusiasme yang terbangun dari serangkaian penampilan live mereka yang memukau serta rilisan single ‘tujuh inci’ di bawah Bongo Joe Records.
Kehadiran album penuh tersebut memperluas visi musik yang selama ini mereka bangun: perpaduan folk Indonesia, Indo-pop klasik, groove psikedelik, dan tekstur kontemporer yang segar.

Berisi sebelas lagu orisinal, album “Nusantara Beat” menghadirkan perjalanan sonik yang berakar pada kekayaan budaya Nusantara. Filosofi nama “Nusantara” — yang merujuk pada persatuan kepulauan Indonesia — menjadi fondasi kreatif yang mempersatukan para anggotanya.
“Nusantara berarti keberagaman budaya yang bersatu dalam satu identitas,” ungkap sang vokalis, Megan De Klerk, yang untuk pertama kalinya menyanyikan lagu-lagu berbahasa Indonesia dalam proyek ini.
Sang pemain bas, Michael Joshua Yonata, menambahkan bahwa kelompok mereka memiliki ruang artistik yang luas untuk menghidupkan visi tersebut.
Meski kini menetap di Belanda, para personel Nusantara Beat — Megan, Jordy Sanger, Rouzy Portier, Michael Joshua, Sonny Groeneveld, dan Gino Groeneveld — semuanya memiliki garis keturunan Indonesia yang menjadi pijakan emosional sekaligus sumber inspirasi musik mereka.
Terbentuk pada 2021, band ini lahir dari kerinduan para personelnya terhadap bebunyian Indonesia dan keinginan untuk menggali lebih dalam identitas musikal mereka.
Gino Groeneveld menjelaskan bahwa proyek ini bermula dari obrolan sederhana di antara para anggota tentang musik krontjong, pop Indonesia, dan impian membangun band yang mewakili akar budaya mereka.
Kehadiran Sonny dan Gino dalam formasi perkusi serta ajakan kepada Megan untuk bergabung semakin memperkuat karakter musik Nusantara Beat.
“Sejak latihan pertama bersama Megan, kami tahu formasi ini adalah yang terbaik,” ungkap Gino.
Debut panggung mereka berlangsung di Amsterdam pada musim panas 2022, disusul rilis tiga trek yang menginterpretasikan lagu-lagu klasik Indonesia abad ke-20.
Dari ‘Djanger’ hingga ‘Kota Bandung’ dan ‘Mang Becak’, karya-karya ini mendapat pujian karena berhasil menghidupkan kembali instrumen dan nuansa Pop Sunda dengan pendekatan psikedelik, surf, dan funk ’60–’70-an.
“Gaya musik era itu tetap terasa relevan hingga hari ini,” kata Rouzy.
Dalam album perdananya, Nusantara Beat kembali menempatkan tradisi sebagai pusat eksplorasi. Mereka mengolah skala pelog gamelan, tekstur Sunda, serta teknik produksi modern seperti synthesizer kontemporer dan groove dalam yang memperkaya karakter musik.
“Kami tetap memusatkan perhatian pada tradisi musik Sunda,” ujar Michael, menegaskan komitmen mereka untuk merawat warisan budaya dalam format yang lebih segar.
Sebagai partner perilisan, demajors melihat album ini sebagai momentum penting bagi perkembangan musik Indonesia di tingkat global. David Tarigan menyebut bahwa kolaborasi ini sejalan dengan misi mereka merayakan identitas lokal.
“Kami berharap Nusantara Beat membawa narasi Indonesia ke penerimaan yang lebih luas di dunia,” ujarnya.
Dengan album perdana yang penuh inovasi, Nusantara Beat tak hanya menegaskan identitas mereka sebagai grup Indo-Psychedelic yang berani bereksperimen, tetapi juga membuka ruang baru bagi representasi musik Indonesia di panggung internasional.
(*/ell; foto: ist







