Visualindonesia.com,-
Perpaduan antara keanggunan tradisi dan semangat modernitas menjadi sorotan dalam pergelaran “Journey in Elysium” yang digelar di Lippo Mall Kemang, Jumat (3/10/2025). Dalam acara yang bertema “Celebrating 13 Years of Passion, Rhythm, and Sense” itu, Wou Batik Luxury by Leny Rafael tampil memukau dengan koleksi terbarunya bertajuk “Gama Sundara”.
Nama Gama Sundara sendiri berarti “Perjalanan Indah”, yang oleh Leny Rafael diterjemahkan sebagai harmoni dua budaya: Solo dan Jakarta. Koleksi ini menggabungkan motif pakem Truntum dari Solo dengan bunga khas Betawi seperti Melati, Tapak Dara, dan Bunga Tanjung, masing-masing melambangkan kesucian, penyatuan, dan keanggunan.
Dengan warna-warna tanah yang hangat dan siluet busana yang bebas ekspresif, delapan tampilan (look) yang ditampilkan menjadi simbol perjalanan batik menuju ruang fashion modern yang inklusif.
Founder Wou Batik, Anton Wibowo menjelaskan, Gama Sundara merupakan wujud komitmen brand-nya untuk memperkenalkan batik yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga relevan dengan gaya hidup masa kini.

“Kami ingin menunjukkan bahwa batik bisa stylish, modern, dan masuk ke semua kalangan. Dengan sentuhan desainer seperti Leny Rafael, batik menjadi sesuatu yang membanggakan untuk dipakai siapa pun, dari muda hingga dewasa,” ujar Anton di Lippo Mall Kemang, Jumat (3/10/2025).
Melalui koleksi ini, Wou Batik menargetkan segmen profesional muda berusia 22 hingga 40 tahun, pasar yang dinilai dinamis dan terbuka terhadap inovasi. Bagi Anton, peluncuran Gama Sundara bertepatan dengan momentum Hari Batik Nasional adalah strategi yang tepat.
“Momen ini sudah tertanam kuat di benak masyarakat. Kami manfaatkan untuk memperkuat awareness lewat edukasi, kampanye digital, dan peluncuran produk agar Wou Batik menjadi top of mind di hati konsumen,” imbuhnya.
Selain meluncurkan koleksi Gama Sundara, Wou Batik juga memperkenalkan website resmi woubatik.com sebagai jembatan digital untuk memperluas jangkauan pasar.

Melalui platform ini, brand batik modern tersebut tidak hanya menampilkan koleksi produk, tetapi juga membangun storytelling seputar filosofi motif, cara perawatan kain, hingga program loyalitas konsumen.
“Kami ingin konsumen merasa menjadi bagian dari komunitas Wou Batik,” kata Anton.
Dari sisi kreatif, Leny Rafael mengaku terinspirasi oleh asal-usul dirinya dan Anton.
“Mas Anton kan dari Solo, saya dari Jakarta. Jadi kami memadukan akar budaya kami dalam satu harmoni visual,” ungkapnya.
Leny juga menegaskan bahwa koleksi ini mengusung prinsip sustainable fashion dengan pendekatan zero waste sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan dan masa depan industri mode.
Leny menambahkan, tantangan terbesarnya adalah menjaga keseimbangan antara menghormati tradisi dan menghadirkan desain yang relevan bagi pasar modern, termasuk dalam bentuk aksesoris, tas, dan sepatu.

“Kuncinya adalah desain yang elegan, bisa mix and match untuk berbagai acara, dengan harga yang tetap terjangkau,” ujarnya.
Kehadiran Wou Batik by Leny Rafael di panggung Journey in Elysium juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Ketua Umum Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina), Endraswari Veve Safitri, memuji koleksi tersebut karena mampu menjembatani antara formalitas dan kasualitas.
“Warnanya cerah, bisa dipakai santai maupun resmi. Ini bukti batik bisa tampil fashionable tanpa kehilangan jati dirinya,” katanya.
Dengan Gama Sundara, Wou Batik menegaskan dirinya sebagai bagian dari generasi baru batik Indonesia, modern, berkarakter, dan siap menembus pasar global. Sebuah perjalanan indah yang terus berlanjut, seindah makna nama yang diusungnya.
(*/dee; foto: ibnu