Drayang ‘Kijang Kencana’ Buktikan Visi Swargaloka Jadi Opera Terbaik Dunia

by -

Visualindonesia.com,-

Galeri Indonesia Kaya di Grand Indonesia, Jakarta, menjadi saksi bagaimana tradisi pewayangan bertransformasi menjadi pertunjukan musikal kontemporer yang memukau.

Pada Selasa malam (14/10), mini showcase Drayang (Drama Wayang) bertajuk “Kijang Kencana” sukses menghadirkan pengalaman seni yang dinamis, komunikatif, dan dekat dengan generasi muda, sebuah langkah nyata menuju visi besar Yayasan Swargaloka menjadikan Drayang sebagai “Opera Terbaik Dunia”.

Pertunjukan dibuka khidmat dengan lagu Indonesia Raya pukul 19.00 WIB. Penonton kemudian diajak menyusuri lima segmen musical: Jadi Raksasa, Hutan Dandaka, Aku Kagum, Seekor Kijang, dan Peran, yang masing-masing menghadirkan paduan tari, musik, dan akting khas Drayang.

Perpaduan antara kekuatan tradisi dan inovasi modern tampil sempurna dalam setiap adegan, membuktikan bahwa seni pewayangan dapat tampil segar tanpa kehilangan akar budayanya.

Kehadiran para tokoh seni dan pejabat pemerintah menandai momentum penting bagi perjalanan Drayang. Prof. Dr. Ninok Leksono (Guru Besar dan mantan Rektor Universitas Multimedia Nusantara), Oetari Nur Permadi (mantan penyiar TVRI dan founder Yayasan Mekar Pribadi), Kabul Budiono (wartawan dan penasehat PEPADI), Ida Pasha (artis dan presenter), Sari Majid (Teater Koma), Alim Sudio (Eki Dance Company), Reny Ajeng (Wulangreh Omah Budaya), Dr. Mandra Pradipta (Sanggar Ayodya Pala), hingga Komunitas Perempuan Menari tampak hadir memberikan dukungan.

Perwakilan dari Kementerian Kebudayaan dan Kemenparekraf, termasuk Irene Umar (Wakil Menteri Ekonomi Kreatif) dan Dadam Mahdar (Direktur Seni Rupa dan Pertunjukan), turut menyaksikan pertunjukan yang menegaskan Drayang sebagai ruang kolaborasi insan kreatif lintas disiplin.

Dalam sambutannya, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, memberikan apresiasi terhadap konsistensi Yayasan Swargaloka mengemas budaya tradisi dalam bentuk pertunjukan modern dan inklusif.

“Drayang dengan bahasa Indonesia bisa menjadi media pemersatu bangsa,” ujarnya.

Irene menekankan pentingnya menjadikan budaya sebagai alat diplomasi antarbangsa yang mampu membuka pasar global.

“Kalau kita menjadikan budaya sebagai alat diplomasi antarnegara, maka pasar kita bisa lintas negara dan mendunia,” tambahnya.

Lebih jauh, ia menilai kreativitas manusia Indonesia merupakan sumber daya tak terbatas yang dapat menjadi poros ekonomi kreatif nasional.

“Indonesia bukan hanya tempat healing, tapi budaya kita sudah ada sejak masa lampau,” tegasnya.

Drayang merupakan karya orisinal besutan Yayasan Swargaloka yang memadukan tari, musik, dan akting dalam format musikal kontemporer. Diciptakan oleh pasangan seniman Suryandoro dan Dewi Sulastri, format pertunjukan ini hadir untuk memperkenalkan kisah pewayangan klasik dengan bahasa yang ringan, atraktif, dan mudah dipahami generasi muda.

Sejak dirintis pada 1997 dan mulai dikenal luas pada 2006, Drayang telah menorehkan lebih dari 100 pementasan di berbagai kota, dari Solo, Yogyakarta, Jakarta, Kalimantan Selatan, hingga Surabaya dan Bandung.

Prestasinya diakui secara nasional ketika Yayasan Swargaloka memperoleh Rekor MURI pada 2017 sebagai Pemrakarsa Drama Wayang Indonesia.

Regenerasi menjadi kekuatan utama perjalanan Drayang. Kini, sekitar 90% kreator dan pemain Drayang berasal dari kalangan muda, menandai keberlanjutan yang kuat dalam dunia seni tradisional Indonesia.

Pementasan “Kijang Kencana” menjadi momentum penting yang menampilkan wajah baru Drayang melalui penguatan cerita, musik, tari, kostum, dan tata artistik yang lebih segar namun tetap berpijak pada nilai-nilai klasik pewayangan.

Beberapa karya sebelumnya turut memperkaya kiprah Drayang, di antaranya Drayang “Sang Penjaga Hati” (Gedung Kesenian Jakarta, 2019), Drayang Musikal “Ada Apa dengan Sinta” (Bakti BCA, 2023), Drayang Musikal Kolosal Nusantara “Jiwa Surga Khatulistiwa” (Prambanan, 2024), dan Drayang Remaja “Duta untuk Cinta” (TMII, 2025).

Suryandoro menekankan pentingnya nilai-nilai luhur dalam setiap karya Drayang sebagai fondasi mencapai visi besar menjadikan Drayang sebagai “Opera Terbaik Dunia”.

Target tersebut bukan sekadar mimpi, melainkan strategi konkret agar Drayang dapat menembus pasar internasional dan menjadi kebanggaan Indonesia di kancah seni pertunjukan global.

Kolaborasi lintas generasi menjadi bukti bahwa Swargaloka bukan hanya panggung seni, tetapi juga laboratorium budaya yang melahirkan ide, bakat, dan harapan baru bagi dunia pertunjukan Indonesia.

Dengan semangat #MusikalnyaWayang, Drayang hadir bukan sekadar pertunjukan panggung, melainkan gerakan budaya yang hidup, relevan, dan membanggakan bangsa.

Melalui karya seperti “Kijang Kencana”, Swargaloka mengajak publik untuk tidak hanya menonton, tetapi juga merasakan denyut kebudayaan Indonesia yang terus bertransformasi dan beradaptasi dengan zaman.

 (*/lia; foto: mm

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.