Cerita Meisya Amira Gugup Beradu Akting dengan Yati Surachman di Film ‘Lintrik: Ilmu Pemikat’

by -

Visualindonesia.com,-

Ketegangan di depan kamera ternyata tak selalu datang dari efek horor atau trik sinematografi. Bagi aktris cantik Meisya Amira, pengalaman syuting film “Lintrik: Ilmu Pemikat” justru menyisakan cerita unik saat dirinya harus beradu akting dengan senior sekaligus legenda layar lebar, Yati Surachman.

Dalam film besutan sutradara Irham Acho Bahtiar ini, Meisya berperan sebagai Rini, karakter yang menuntut totalitas penuh hingga membuatnya belajar bahasa Osing khas Banyuwangi.

Namun momen yang paling membekas adalah ketika ia harus melakukan adegan menimpuk dan memegang kepala Yati Surachman yang berperan sebagai dukun misterius.

“Jujur aku deg-degan, apalagi adegannya harus megang kepala gitu, aku minta maaf-maaf dulu sih karena aku nggak enak. Namanya pertama kali, apalagi harus nimpuk juga. Rasanya nggak enak ya sama Mak Yati,” ungkap Meisya dengan jujur.

Meisya Amira

Ia mengaku sebelumnya jarang bertemu dengan Yati Surachman selama proses reading, sehingga rasa sungkan tak terhindarkan.

Yati Surachman menanggapinya dengan tenang. Bagi aktris kawakan yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia perfilman, hal itu adalah bagian dari profesionalitas. “Nggak apa-apa kan untuk adegan, bukan beneran,” ujarnya singkat, meyakinkan lawan main mudanya itu.

Lebih dari sekadar teknis akting, Yati Surachman juga menitipkan pesan berharga untuk Meisya. Ia menekankan pentingnya menjaga sikap dalam menapaki karier panjang di dunia hiburan.

“Gue kan udah tua ya, jadi dengan adanya Meisya, gue ngerasa senang. Dia kan generasi baru, mudah-mudahan yang penting attitude dijaga, terus jangan pernah sombong, karena kesombongan adalah awal kehancuran,” tuturnya memberi nasihat.

Pesan itu disambut hangat oleh Meisya yang merasa banyak belajar dari senior-seniornya di lokasi syuting.

“Alhamdulillah di sana kita saling support, saling kerja sama, saling bertanya. Semoga film ini bisa diterima masyarakat,” katanya penuh harap.

Yati Surachman

Ide “Lintrik: Ilmu Pemikat” sendiri berawal dari sebuah film pendek di YouTube berjudul “Lintrik – Janakim Series”, karya komunitas film asal Banyuwangi. Produser Prama Gatra Film, Asye Siregar, langsung tertarik setelah diperlihatkan film tersebut oleh Hasan Chow pada akhir 2022.

Kolaborasi pun terjalin, dan kelompok pembuat film lokal ini tidak hanya terlibat dalam produksi, tapi juga berperan sebagai konsultan budaya, memastikan setiap elemen dalam film yang dari bahasa hingga ritual, otentik dan menghormati tradisi setempat.

Lintrik sendiri merujuk pada ilmu pemikat atau pengasihan kuno dalam budaya Jawa yang hanya bisa dilakukan oleh dukun perempuan yang telah menjalani ritual khusus, berbeda dengan pelet yang bisa dilakukan secara mandiri.

Ilmu ini digambarkan sangat kuat, mampu menarik hati seseorang meski berada di luar negeri, namun efeknya bersifat sementara.

Pengembangan skenario berlangsung hingga pertengahan 2023 sebelum proses syuting dimulai, sebagian besar di Banyuwangi dengan dukungan resmi dari Pemda setempat. Hal ini memungkinkan tim produksi untuk mengabadikan festival budaya Banyuwangi dan sejumlah destinasi wisata ikonik seperti hutan De Djawatan, Patung Terakota, dan pantai-pantai eksotis.

Keaslian budaya diperkuat dengan keterlibatan tokoh-tokoh lokal seperti Mak Temu Misti, sang maestro tari Gandrung, dan seniman senior Mas Yon DD, yang berakting menggunakan bahasa Osing.

Selain Meisya Amira dan Yati Surachman, aktor nasional seperti Donny Damara, Karina Icha, Akbar Nasdar, dan Fannita Posumah turut memperkuat pemeran film ini, sementara Teguh Ryder, wajah baru yang dikenal dari iklan komersial, mencoba peruntungan sebagai ustad muda dengan karakter yang tidak konvensional.

Irham Acho Bahtiar, yang sebelumnya dikenal lewat karya komedi dan film daerah seperti “Horas Amang”, menjadikan Lintrik sebagai gebrakan baru dalam filmografinya. Ia sengaja membangun narasi yang saling terhubung, di mana setiap adegan menyimpan petunjuk penting yang baru terungkap di akhir cerita. Tidak ada ruang untuk adegan yang sia-sia, penonton dituntut untuk menyimak setiap detil.

“Lintrik: Ilmu Pemikat” bukan sekadar film horor, tapi juga eksplorasi budaya, identitas, dan batas moral manusia. Dengan sentuhan lokal yang kuat, akting yang intens, dan pesan moral yang tersirat dari generasi ke generasi, film ini menjanjikan pengalaman sinematik yang tak hanya menegangkan, tapi juga meninggalkan kesan mendalam.

Bagi Meisya Amira, ini adalah transformasi. Bagi Yati Surachman, ini adalah warisan. Dan bagi penonton, ini adalah undangan untuk menyelami misteri yang hanya bisa terpecahkan di akhir film.

“Lintrik: Ilmu Pemikat” dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 11 September 2025.

(*/dra; foto: mm/ibnu

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.