Visual Indonesia, Jakarta,-
DC Fashion Week, ajang fashion bergengsi yang dihelat Februari 2018 lalu, di Franklin Square 1315 K St NW, Washington DC, memberi warna baru bagi karya desain BABE milik Anna Mariana untuk berkiprah. Designer Indonesia ini menampilkan koleksi busana uniknya yang terkombinasi dari kain tradisional Tenun dengan Songket yang dibuat handmade, yang merupakan penggabungan antara desain motif tenun dan songket ciri khas Bali dan Betawi, atau disingkat Babe.
Washington DC Fashion Week menampilkan deretan 10 perancang internasional yang tercatat ikut sesi International Couture Collections Show tersebut, yakni: 6 perancang dari USA, 1 dari Sinegal, 1 Perancis, dan 1 dari Ukraina. Di mana Anna Mariana menjadi satu-satunya wakil Indonesia.
Dihadapan sekitar 400 tamu undangan yang terdiri dari para pengamat fashion, fashion bloggers, pemilik gerai toko busana, fashion stylist hingga selebriti dan sosialita. Sedikitnya 20 busana ekslusif rancangan Anna diperagakan oleh peragawati internasional.
Dan sebagai desainer yang selama ini dikenal sebagai pelopor dan pengabdi budaya kain tenun dan songket Indonesia, Anna Mariana paham betul apa yang harus disuguhkannya di ajang fashion bergengsi tersebut.
“Koleksi busana yang saya tampilkan di DC Fashion Week, semuanya saya ciptakan secara khusus. Mulai dari warna, menggarap desain pada motif-motif kain Tenun dan Songket, hingga menentukan model busananya yang sengaja disesuaikan dengan selera orang Barat yang gemar dengan model baju terbuka,” jelas Anna Mariana, dalam acara syukuran, Rabu (21/3) sore, di House of Marsya, Pondok Indah, Jakarta.
Seperti diketahui dalam motif Bali yang dirancangnya, Anna menempatkan motif bercorak poleng, yakni motif kain tenun kotak-kotak berwarna hitam putih (Rwabhineda) yang sangat populer dan menjadi ikon dalam kehidupan masyarakat Bali. Di mana dalam paham masyarakat Hindu di Bali, Rwabhineda adalah sebuah filosofi yang melambangkan dua sifat yang saling bertolak belakang. Seperti hitam putih, baik buruk, panjang pendek, kaya miskin dan sebagainya.
Sedangkan kekuatan Tenun dan Songket Betawi, dirancang Anna lewat motif-motif dengan ikon terkenal dari Betawi seperti Monas, Ondel-Ondel dan sebagainya. Anna menggunakan benang dalam warna khusus merah putih untuk menenunnya. Ini sebagai perlambang warna bendera Merah Putih ciri khas Indonesia. Selain itu, muncul pula sentuhan burung Garuda yang merupakan lambang negara dan dikenal juga sebagai simbol Bhineka Tunggal Ika.
Dan sebagai desainer yang selama ini dikenal sebagai pelopor dan pengabdi budaya kain tenun dan songket Indonesia, Anna Mariana paham betul apa yang harus disuguhkannya di ajang fashion bergengsi tersebut. Oleh karenanya, melalui balutan busana bernuansa Tenun dan Songket tradisional, handmade khas Bali dan Betawi, Anna berharap lewat karyanya dapat berbagi pengetahuan sekaligus menjadi ajang promosi budaya Indonesia kepada audiens yang hadir, khususnya masyarakat di Washinton DC, Amerika Serikat.
Dan terkait rencananya menggelar karya adibusananya di New York Fashion Week (NYFW). Sempat produser/panitia NYFW, di banned oleh para desainer luar untuk tidak lagi menghadirkan fashion designer dari Indonesia, pasca Anniesa Hasibuan yang terkena kasus hukum. Namun dirinya menjelaskan bahwa itu musibah, sekaligus meyakinkan mereka bahwa banyak desainer Indonesia yang bagus pula.
Maka tidak heran selepas Washington DC Fashion Week, ia diminta mempersiapkan rancangannya kembali di ajang lebih besar lagi yakni New York Fashion Week (NYFW) yang digelar September mendatang.
Dan terkait rencananya menggelar karya adibusananya di New York Fashion Week (NYFW). Sempat produser/panitia NYFW, di banned oleh para desainer luar untuk tidak lagi menghadirkan fashion designer dari Indonesia, pasca Anniesa Hasibuan yang terkena kasus hukum. Namun dirinya menjelaskan bahwa itu musibah, sekaligus meyakinkan mereka bahwa banyak desainer Indonesia yang bagus pula. Alhamdulillah, justru dirinya dipercaya untuk berada NYFW sebagai wakil Indonesia, dan dalam waktu dekat mereka akan ke Indonesia untuk berkunjung melihat-lihat hasil karya saya, ungkap Anna Mariana.
Anna pun menyadari karya ciptanya pada tenun dan songket tentu tak lepas dari peran para pengrajin binaannya sekitar 2 jutaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, ia bersemangat untuk terus mencipta, dan melahirkan karya-karya terbaru.
Anna pun terus berupaya memperkenalkan dan mempromosikan, tenun dan songket sebagai produk budaya khas Indonesia ke tingkat internasional. Tenun dan Songket Indonesia akan terus mendunia dan bisa terus Go Internasional. Salah satu langkahnya menjalin kemitraan di luar negeri yang secara kebetulan memintanya untuk menjual produk handmade khas Indonesia ini ke mancanegara.
Obsesi lainnya, Anna terus memperjuangkan aspirasi para pengrajin yang mengusulkan adanya Hari Tenun dan Songket Nasional kepada Pemerintah Indonesia, dan sudah mendapat respon cukup baik, semoga bisa segera terwujud, pungkas Anna Mariana.
(tjo; foto ist/dsp