Jakarta,-
Norlive, brand fashion lokal para anak muda kreatif dari Bandung dan Jakarta, bersiap memasuki percaturan bisnis fashion di ranah global. Sebuah langkah maju untuk mengembangkan bisnis menembus pasar industri fashion mancanegara.
Demikian dikemukakan Owner Norlive, Irma Wulan Sari di Tebet Utara, Jakarta Selatan.
“Saat ini industri fashion Indonesia sudah merambah pusat-pusat mode dunia. Anak-anak muda Indonesia dengan karya-karya kreatif fashionnya siap bersaing di industri fashion mancanegara. Karena itu, kami juga ingin turut berkontribusi,” papar Irma Wulan Sari.
Kini para pelaku fashion di Indonesia telah menjadikan pasar domestik sebagai rumah untuk selanjutnya bersaing di pasar internasional. Kualitas home industri Indonesia tak kalah kualitasnya, tambah Irma.
Sebagai langkah awal Norlive untuk bisa menapaki pasar bisnis fashion di luar negeri, dengan hadirnya koleksi fashion Norlive di ajang Indonesia Display Warehouse di Basel, Swiss bekerjasama dengan Indonesia Display di penghujung tahun 2016 ini. Norlive menjadi salah satu brand fashion Indonesia dalam warehouse tersebut.
Indonesia Display Warehouse menjadi terobosan dalam memfasilitasi para pengusaha Indonesia, untuk menjajaki potensi pasar globalnya secara lebih sustainable. Selain untuk bisa menembus pasar global juga dilakukan dengan cara penjajakan kerjasama dengan beberapa investor.
Pengembangan pasar domestik dan mancanegara di industri fashion, juga dilandasi dengan keinginan Norlive mendukung program ekonomi kreatif dari pemerintah. Dimana industri fashion sebagai salah satu sub sektor andalannya. Karena sub sektor fashion penyumbang kontribusi terbesar kedua dari sektor ekonomi kreatif terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia dalam setahun terakhir. Dengan nilai pasar mencapai Rp 180 triliun per tahunnya.
“Kami sangat mendukung program ekonomi kreatif. Bagi kami, ekonomi kreatif salah satunya kami terjemahkan dengan cara, menciptakan sebuah produk yang berkualitas dan terlihat mahal, namun sebenarnya bisa dibeli dengan harga yang terjangkau,” tukasnya.
Dan kedalam negeri, untuk terus memperkuat kiprah bisnisnya di tanah air. Norlive akan terus menambah gerai atau outlet-outletnya serta memperbanyak partisipasinya dalam ajang pameran-pameran bergengsi dan representatif di berbagai daerah di tanah air. Seperti melakukan perluasan pemasaran ke Sumatra dan Kalimantan, selain Jakarta dan seluruh Jawa.
Koleksi fashion Norlive saat ini berupa pakaian-pakaian casual, baik santai maupun formil yang ditujukan untuk kalangan kaum muda di tanah air dengan rentang usia antara 20 sampai 35 tahun. Koleksi Norlive terdiri dari pakaian casual pria dan wanita, serta juga anak-anak. Untuk saat ini, komposisi koleksi Norlive adalah 70% untuk segmen pria.
Produk pakaian Norlive sendiri dibuat terbatas (limited edition), alias tidak pernah dibuat secara massif. Konsep limited edition memang menjadi brand image dan brand strategy dari Norlive, sehingga produk ini banyak disukai beragam kalangan karena eksklusifitasnya. Selama 5 tahun berdiri, sejak tahun 2011 hingga sekarang, Norlive sudah menghasilkan lebih dari 1.000 jenis desain (karakter) pakaian.
Dengan segmentasi konsumen Indonesia yang relatif price sensitive dan western-brand minded, Norlive menyediakan produk-produk yang bisa memenuhi ekspektasi masyarakat dengan menyediakan produk fashion berkarakter western brand, namun harganya masih tetap terjangkau. Dengan rentang antara Rp 250 ribu sampai Rp 400 ribu. Namun dari sisi desain dan kualitas produk, Norlive berani bersaing dengan produk-produk luar yang harganya di sekitaran Rp 1 juta rupiah, ujar Irma dengan penuh keyakinan.
(vie/mdtj; foto ist