Waduuhhh … Candil Jadi Penyulut Perpecahan dan Sentimen Golongan

by -

Visual Indonesia, Jakarta,-

Waduuhhh … Candil mantan vokalis band seuriues kini menjadi sosok licik, penghasut, dan penyulut perpecahan.

Inilah perannya sebagai Rakala dalam Drama Musikal Kolosal ‘Tekad Indonesia Jaya’ yang disutradarai Bathara Saverigadi Dewandoro, sekaligus bertindak sebagai koreografernya.

“Ini peran gua yang satire banget. Menertawakan diri sendiri. Apalagi ditengah ramainya isu perpecahan, sentimen golongan dan kuatnya hembusan isu SARA dengan berbagai macam pola. Kita seolah tidak sadar diri, lupa akan sejarah, bahwa Indonesia didirikan dari keberagaman,” ungkap Candil.

Drama kolosal musikal yang di-Floor Directori Irwan Riyadi, dengan Penata Musik Dedek Wahyudi dan Gregorius Chris Mahendra, serta Penata Artistik Lindu Aji, dan Penata Cahaya Herry W. Nugroho, disamping Penata Busana Yani Wulandari, Multi Media Ican dan Tommy, dan tak ketinggalan Audio Engineering Afgha Mulya, Candil akan tampil menyanyi sebanyak lima lagu.

… dinamika tarian dengan kekayaan gerakan yang bervariasi yang ditawarkan Swargaloka keren banget.

Dan satu hal menarik dari drama tari musikal kolosal ini, jelas Candil, yakni dinamika tarian dengan kekayaan gerakan yang bervariasi yang ditawarkan Swargaloka keren banget. Dengan keberhasilannya membangun kognisi anak muda secara kolektif, melalui karya inovasi seni budaya.

Dian Dipa Chandra, alias Candil dalam pementasan Drama Musikal Kolosal ‘Tekad Indonesia Jaya’ produksi kerjasama Persatuan Istri Anggota (PIA) TNI-AU Ardhya Garini & Sanggar Swargaloka Jakarta. Pentas seni budaya yang melibatkan ratusan seniman profesional, pelajar, dan mahasiswa ini, akan digelar di The Kasablanka Hall Kuningan Jakarta Selatan, Sabtu 25 November 2017 pukul 20.00 WIB.

Usai latihan di Griya Ardhya Garini, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, jelang pementasan Candil mengaku terperangah dengan hadirnya sekelompok remaja yang kreatif dan produktif dengan kegiatan seni budaya. Kita kerap menganggap anak muda itu hanya western culture, terlalu millenial, terlalu sosmed; narsis, pamer, tapi ternyata enggak juga. Salah satu wujud konkret karya anak muda adalah dalam pergelaran ini,” ungkapnya bangga.

(a yen; foto ist

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.