Nasihat Taufiq Ismail di Usia 90

by -
Peluncuran 6 buku (kitab) Taufiq Ismail, memperingati usia 90 tahun penyair Taufiq Ismail (Foto: YSH)

Visualindonesia.com,-

Oleh: Yusuf Susilo Hartono

Penyair Indonesia Taufiq Ismail, kini berusia 90 tahun. Saat perayaan ulang tahunnya 25 Juni 2025, di Plaza Insan Berprestasi Kemendikdas Jakarta, masih jalan tanpa kursi roda. Bahkan dengan suara (masih) lantang, tanpa berkaca mata, sambil duduk memegang kertas teks, ia membacakan puisi karyanya “Nasihat-nasihat Kecil, Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa”,  April tahun 1965.

 //Jika adalah yang harus kau lakukan/  Ialah menyampaikan kebenaran// Jika adalah yang tidak bisa dijual belikan/ Ialah yang bernama keyakinan// Jika adalah yang harus kau tumbangkan/ Ialah segala pohon-pohon kezaliman// Jika adalah orang yang harus kau agungkan// hanya rasul Tuhan// Jika adalah kesempatan memilih mati/ Ialah syahid di jalan Illahi//

Perdana Malaysia Anwar Ibrahim, turut memberi kado doa dan baca puisi. (Foto: YSH)

Lalu meledaklah tepuk tangan panjang Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Menteri Agama Nazarudin Umar, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengan Abdul Mu’ti, mantan Mendikbud Anies Baswedan, para wakil Menteri,  dan 200-an tamu undangan mulai dari para akademisi, politisi, hingga sastrawan. Para Menteri itu sebelumnya memberikan kado dengan bergiliran membaca puisi karya penyair kelahiran Bukittinggi tersebut; yang tumbuh dan berkembang di Jawa (Solo, Jogja, Bogor, Pekalongan dan akhirnya menetap di Jakarta sampai sekarang).

Meskipun nasihat Taufiq itu di tulis saat Orde Lama, pada usia 30 tahun, pesan-pesan di dalam puisi itu tetap aktual hingga sekarang – setelah melintasi Orde Baru, Reformasi/ Pasca Reformasi – dalam rentang waktu 60 tahun. Bagaimana tidak, soal  “kebenaran” misalnya, di era post truth bukan lagi berdasar fakta yang benar, tapi lebih pada bagamana opini publik yang dimainkan lewat berbagai media secara terstruktur dan massif.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon memberikan kesaksian. (Foto: YSH)

Maka di era ini kebohongan bisa disamarkan menjadi kebenaran dengan cara memainkan emosi dan perasaan netizen. Ketika zionis membunuh ribuan anak-anak dan perempuan yang tidak berdosa, dunia tidak berdaya.  Dan pohon-pohon kezaliman, yang seharusnya ditumbangkan, malah kampiun demokrasi secara terang-terangan berstandar ganda, bertingkah seperti drakula dan teroris (malah menuduh yang lain terorisnya).

Puisi tersebut hanya satu dari 1000-an puisi karyanya, dengan berbagai tema, mulai dari sosial, politik, budaya hingga religius. Dari berbagai sumber menyebutkan puisi-puisi Taufiq Ismail campuran antara pengetahuan, bakaba ( seni bertutur /tradisi lisan Minangkabau) dan humor. Secara umum puisi-puisi Taufiq disampaikan dengan bahasa yang tidak sulit dipahami oleh berbagai kalangan, meskipun isinya ada yang berat. Sutardji Calzoum Bachri menyebutnya sebagai puisi “sederhana” ( baca Kitab 1 Pembicaraan Puisi dan Pemikiran Taufiq Ismail, 2025).

Taufiq Ismail bersama istri, Atie Ismail. (Foto: YSH)

Mungkin karena itu, ditambah dengan seringnya dibacakan sang penyair di berbagai kesempatan, apalagi sebagian puisi dinyanyikan oleh Bimbo, ada pula yang diterjemahkan kedalam puluhan bahasa asing (Inggris, Belanda, China, jepang, dll) dan daerah (Jawa, Sunda, Maumere, dll.), sehingga beberapa puisinya nempel di ingatan masyarakat. Tidak hanya masyarakat Indonesia tapi juga masyarakat serumpun hingga bangsa asing. Di antaranya puisi “Sajadah Panjang”, “Dunia Ini Panggung Sandiwara”, “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”, “Dengan Puisi, Aku”, “Mengakar ke Bumi, Menggapai ke Langit” (dijadikan tema ulang tahunnya).

Datuk Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia pun, termasuk salah satu dari bangsa serumpun yang akrab dengan (puisi-puisi) Taufiq. Ia memberi “kado” ulang tahun yang indah, berupa doa dan membaca puisi “Dengan Puisi, Aku” (1965), melalui rekaman video.

Sam Bimbo melantunkan lagu “Sajadah Panjang”, liriknya puisi Taufiq Ismail. (Foto: YSH)

Ketika Syam Bimbo tampil bersama dua putrinya melantunkan lagu “Sajadah Panjang” yang liriknya di tulis Taufiq Ismail, tak sedikit hadirin yang berlelehan air mata.  Sebaliknya hadirin dibuat tersenyum-senyum bahkan tertawa ketika Jose Rizal Manua membacakan puisi humor sang penyair maestro ini bertajuk “Sajak Anak Muda Serba Sebelah”. Dan hadirin menyimak serius ketika penyanyi Fryda Lucyana yang kini menjabat sebagai Inspektur Jendral Kemenbud melantunkan lagu “Dunia Ini Panggung Sandiwara”. Penyanyi dan penyair Ebiet G. Ade pun, ikut larut di dalamnya.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang masih kerabat sang penyair, dalam sambutannya memberikan kesaksian, “Sebagai seorang penyair yang melintasi banyak zaman, Taufiq Ismail telah mendedikasikan hidup bagi kemajuan sastra Indonesia. Waktu, tenaga, dan pikiran tak lepas dari sastra dan budaya. Warisan kerja beliau dan karya-karya yang terbentang nyata tidak menjadikan beliau seorang penyair individualis yang berdiri di menara gading, tapi terus terlibat di dalam berbagai macam pergeseran-pergeseran sosial dan budaya”.

Kesuksesan karier kepenyairan Taufiq Ismail, menurut banyak sumber, tak lepas dari sang peran di balik layar sang istri, Atie Ismail, yang setengah abad lebih mendampinginya. Mengingatkan kita pada dunia teater, pasangan sukses Nano dan Ratna Teater Koma. Taufiq maupun Nano Riantiarno, sibuk bergelut dengan ide; sedangkan Atie Ismail dan Ratna sibuk memikirkan urusan produksinya, agar pesannya sampai kepada publik.

Penulis (kanan) bersama Taufiq Ismail. (Foto: YSH)

Dalam pada itu, Atie Ismail sebagai Direktur Eksekutif Majalah Sastra Horison, punya peran besar pada majalah sastra tersebut. Menggagas Hari Sastra Indonesia (2013) kemudian berlanjut setiap tahun dan per-3 Juli 2025 nanti yang ke-12.  Penyebaran “virus” sastra masuk sekolah, dalam bentuk Pelatihan Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra (MMAS) di seluruh provinsi di Jawa, Sumatra, hingga NTT kerjasama Horison-Depdiknas; dengan Ford Foundation menggelar program Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (SBSB) dengan mendatangkan sastrawan membacakan karyanya di depan siswa serta berdialog; dll. Termasuk penerbitan 6 buku (kitab) untuk menandai 90 Taufiq Ismail, peran Atie Ismail besar sekali. Taufiq Ismail secara terbuka mengucapkan terima kasih.

Penyair asal Madura Djamal D. Rahman, Ketua Panitia 90 Tahun Taufiq Ismail, berbagi kesaksian. Di tengah persiapan perayaan ulang tahun itu, Taufik Ismail cerita, bahwa di dalam rumahnya itu, sehari-hari dirinya ditemani oleh tiga orang perempuan. Dua perempuan adalah asisten rumah tangganya. Lalu perempuan yang satunya lagi, sibuk bukan main siang malam. Itulah istrinya. Selamat ulang tahun Mas Taufiq, teruslah berpuisi yang menginspirasi. (*)

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.