Jakarta,-
Setelah dinobatkan Unesco pada tahun 2002 sebagai Biosphere Reserve, lalu di tahun 2007 sebagai World Natural Heritage dan pada tahun 2010 sebagai Unesco Global Geopark, maka pulau vulkanik yang begitu menakjubkan pemandangan alamnya ini dapat dijadikan ‘pulau perdamaian’ karena letaknya yang berada di perbatasan antara Korea Selatan dengan Korea Utara.
Ketenangan, kedamaian dan keindahan Jeju telah menyihir banyak wisatawan dunia sehingga bukan seperti berkunjung ke Korea. Tak heran bila pulau ini kerap dijadikan tempat berbulan madu atau untuk terapi pemulihan kondisi paska sakit seperti yang dilakukan mantan Ketua MPR-RI, Taufik Kiemas. Oleh karenanya, diharapkan kedatangan mantan presiden Megawati Soekarnoputri dapat menjadikan Pulau Jeju sebagai Pulau Perdamaian.
Pulau Jeju banyak menyuguhkan keindahan alamnya sebut saja seperti Seongsan IIchulbong (sebuah pemandangan spektakuler matahari terbit istana di atas laut), keindahan purbakala ( Geomun Oreum Yongamdonggulgye), atau bahkan misteri alam empat musim yang menakjubkan dari Gunung Halla.
Begitu dari sisi budayanya, hal itu menjadi kekuatan atau magnet wisatawan untuk mengunjungi Pulau Jeju. Seperti budaya penyelam perempuan (Haenyeo) yang usianya sudah tidak muda lagi, atau ‘budaya batu Jeju’ yang masih melekat secara kehidupan dan spiritual hingga sekarang, serta budaya arsitektur Choga (rumah yang dirancang dengan atap menggunakan rumput alang-alang) dan tentunya masih banyak lagi ragam budaya yang bisa dipelajari.
Dengan promosi pariwisata Pulau Jeju ini, Gubernur Jeju, Won Heeryoung berharap wisatawan Indonesia bisa saling mengenal budaya yang berbeda ini, demikian sebaliknya wisatawan Korea pun bisa mengenal budaya yang berbeda dari Indonesia. Semoga 7 keajaiban dunia Pulau Jeju sebagai warisan alam dunia menjadi ‘Pulau Perdamaian’ bagi mereka yang mencintai ketenangan, kedamaian dan keindahan dalam kehidupannya. (mdtj; foto dok. jeju
