Produksi: 13 Entertainment, Dirgahayu Productions, dan Ideasource Entertainment; Produser: Manoj Kumar Samtani dan Anup D. Mirchadani; Sutradara dan Penulis Skenario: Monty Tiwa; Penulis Cerira: Anup D. Mirchandani; DOP: Anggi Frisca; Sound Mixing: Khikmawan Santosa; Sound Recordist: Arief Budi Santoso; Musik: Ramondo Gaskoro; Editor: Ryan Purwoko; Pemeran: Augie Fantinus, Soleh Solihun, Julie Estelle, Surya Saputra, Uniquea Priscilla, Catherine Wilson, dan Rohana Srimulat. Lulus sensor LSF: Untuk Semua Umur.
Visualindonesia, Jakarta,-
“Keutuhan keluarga merupakan dambaan seluruh anggota keluarga, karena itu keutuhan keluarga harus diperjuangkan, baik itu oleh suami, isteri, maupun anak”. Demikian pesan moral yang mengemuka dari tema film bergenre drama komedi, “Lagi-lagi Ateng”, karya Monty Tiwa.
Tidak hanya itu. Melalui pendekatan komedi, film “Lagi-lagi Ateng” yang bertutur tentang keutuhan keluarga itu, di tangan Monty Tiwa sebagai sutradara, sangat komunikatif. Sehingga rangkaian cerita, di sepanjang durasi film, mudah dipahami dan enak ditonton.
Film “Lagi-lagi Ateng” bukanlah film remake atau reborn, judul film tertentu. Tetapi merupakan sebuah film dengan konsep baru, drama komedi dengan sentuhan modern, sehingga dapat dinikmati anak-anak zaman sekarang.
Film “Lagi-lagi Ateng” yang untuk semua umur ini, bercerita tentang Ateng dan Agung (diperankan oleh Augie Fantinus) saudara kembarnya, yang telah berpisah sejak bayi, karena orang tua mereka bercerai.
Ateng tinggal bersama Budiman (Surya Saputra) ayahnya, di Salatiga, Jawa Tengah. Sedangkan Agung tinggal bersama Ratna (Uniquea Priscilla), sang ibu, di Jakarta.
Pada saat ulang tahun Ateng yang ke-26, dia meminta kepada ayahnya untuk dapat berkunjung ke Jakarta. Meskipun awalnya melarang, Budiman mengizinkan Ateng berjalan-jalan ke Jakarta, asal ditemani oleh Iskak (Soleh Solihun), sahabat Ateng.
Ketika di Jakarta, Ateng dan Iskak yang gagap teknologi itu, menginap di sebuah hotel mewah. Di hotel tersebut, Ateng terkejut ketika bertemu dengan seorang motivator, Agung, yang memiliki paras dan bentuk tubuh sama seperti dirinya.
Dimunculkannya dua sobekan foto ketika Ateng dan Agung masih bayi, memperkuat informasi siapa sebenarnya mereka. Karena itu, Agung dan Ateng menyadari bahwa mereka ternyata kembar, yang terpisah sejak lama.
Cemplon (Julie Estelle), asisten pribadi Agung kemudian memiliki ide, agar Ateng dan Agung bertukar tempat, supaya dapat bertemu dengan masing-masing orang tua yang belum pernah mereka temui.
Ateng yang merindukan sosok seorang ibu akhirnya pulang ke Jakarta sebagai Agung. Sementara Agung yang besar tanpa kehadiran seorang ayah pulang ke kampung halaman, dengan menyamar sebagai Ateng.
Dari semua itu, yang paling pantas dicatat ialah kualitas akting Augie Fantinus.
Masalah muncul ketika ayah mereka akan menikah lagi dengan Jeng Iis (Catherine Wilson). Agung dan Ateng yang dibantu oleh Iskak dan Cemplon pun menyusun strategi untuk membatalkan pernikahan ayah mereka.
Rencana tersebut dibuat sebagai upaya untuk mempertemukan ayah dan ibu mereka kembali, sebagai keluarga yang utuh.
Sekilas cerita film “Lagi-lagi Ateng” itu sangat sederhana. Hanya tentang keluarga yang tidak utuh lagi, karena telah berpisahnya sang ayah dan sang ibu. Hanya cerita tentang dua anak kembar yang terpaksa dipisahkan, karena keadaan orang tua mereka. Hanya tentang upaya anggota keluarga yang memperjuangkan keutuhan keluarga.
Walaupun begitu, melalui pendekatan komedinya, Monty Tiwa sebagai sutradara, tidak sekadar mampu menjadikan film “Lagi-lagi Ateng” sebagai hiburan penuh makna yang menyegarkan, tetapi lebih dari itu. Karena film “Lagi-lagi Ateng” juga berhasil menguras emosi penonton. Di sana ada senyum bahagia, tawa gembira, dan tangis haru.
Hampir seluruh pemeran film “Lagi-lagi Ateng” memperlihatkan kemampuan mereka bermain, sesuai dengan karakter masing-masing tokoh yang diperankan. Soleh Solihun sebagai Iskak dan Julie Estelle sebagai Cemplon, Surya Saputra, sebagai Budiman dan Uniquea Priscilla sebagai Ratna, Catherine Wilson sebagai Jeng Iis dan Rohana Srimulat sebagai Bik Sutinah. Dari semua itu, yang paling pantas dicatat ialah kualitas akting Augie Fantinus.
Augie terkesan sangat menghayati karakter Ateng, lengkap dengan ciri khasnya, dalam sikap, gestur, dan gaya bahasa. Serta karakter Agung secara baik. Sehingga dia muncul sebagai dua karakter yang utuh dalam film ini.
Anggi Frisca selaku DOP menghasilkan gambar-gambar filmis yang enak ditonton sekaligus artistik. Sangat dipujikan. Mengingat film “Lagi-lagi Ateng” sebagai film bergenre komedi, tetapi tidak meninggalkan kualitas gambar. Demikian juga dengan penataan artistiknya, tidak sekadar apa adanya.
Apalagi film ini ditunjang dengan penggunaan CGI (Computer-Generated Imagery), yang telah menghasilkan efek visual sangat halus, sehingga mengesankan bahwa karakter Ateng dan Agung diperankan oleh dua pribadi kembar.
Ryan Purwoko sebagai editor, berhasil menjadikan irama film serta intensitas akting dan kesinambungan dialog para pemain tetap terjaga. Sehingga tidak terjebak ke dalam irama film yang lamban. Transisi adegan maupun shot benar-benar tidak membosankan.
Musik sebagai bahasa universal, untuk film “Lagi-lagi Ateng” dipilih tembang lawas “Tataplah” dari “Cool Colors” sebagai lagu tema film. Versi baru dinyanyikan oleh Arnold Leonard dan Btari Chinta.
Dengan berbagai sajian yang menawan pada film “Lagi-lagi Ateng”, dapat dipastikan penonton dari generasi yang mengenal Ateng-Iskak, akan bernostalgia. Sedangkan generasi Milenial, akan mengenal dua karakter kembar, Ateng dan Agung yang unik.
(Hardo Sukoyo; foto ist/mm