Visualindonesia, Jakarta,-
Mantan atlet hockey nasional, Banteng Pringgodani yang saat ini menjabat Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Federasi Hockey Indonesia (FHI), bertekad membangun dan meningkatkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap olahraga hockey. Banteng juga membantah anggapan yang selama ini melekat cabang olahraga (cabor) hockey hanya untuk kalangan menengah atas.
Anggapan itu muncul karena masyarakat belum banyak mengenal hockey. Hal itu disampaikan ayah tiga orang anak ini kepada sejumlah awak media di kawasan Kebayoran, Jakarta Selatan, Jumat (12/10/2018) untuk mensosialisaikan hockey agar lebih dikenal dan diminati masyarakat, terutama di daerah.
“Saya sedang berupaya terus untuk mensosialisasikan olahraga hockey kepada generasi muda melalui sekolah-sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar serta memberikan bantuan peralatan olahraga hockey di berbagai kota di Indonesia,” ujar Banteng.
Banteng Pringgodani yang akan ikut kontestasi Pemilihan Legislatif DPR RI 2019 melalui PDI-P ini menyadari, salah satu kendala kurang populernya hockey di Indonesia, karena adanya stigma yang menyebut hockey adalah olahraga mahal.
“Tidak benar anggapan jika hockey adalah olahraga untuk kalangan orang mampu saja karena peralatannya yang mahal. Sebagai contoh, di badminton untuk raket yang bagus harganya minimal Rp 1,5 juta. Sementara, harga stik hockey, Rp 500 ribu saja sudah bagus. Artinya, dibandingkan dari sisi alat, hockey lebih murah dibanding badminton,” papar suami Trini Puspa Lestari.
Lebih jauh Banteng Pringgodani mengungkapkan, mungkin masyarakat menilai hockey sebagai olahraga mahal karena melihat, lapangannya karpet, stiknya kelihatan bagus dan mahal. “Jadi dari situ terstigma, kami ini cabang olahraga yang mahal,” tegasnya.
Namun faktanya menurut Banteng, di hockey banyak atlet dari kalangan menengah ke bawah. Karena jika mereka mampu berprestasi di tingkat SMA maupun perguruan tinggi, mereka akan mendapatkan beasiswa.
“Bagian dari sosialiasi kami adalah menjelaskan bahwa hockey ini adalah olahraga yang terjangkau, namun faktanya, orang mau main tapi tidak punya peralatan, salah satu program kami dalam sosialisasi ke sekolah-sekolah, kami juga menyumbang peralatan dan tenaga kepelatihan. Kegiatan ini sudah kami lakukan di beberapa daerah, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara,” jelasnya.
Menurutnya, bangsa Indonesia yang jumlah penduduknya ke empat terbesar di dunia, sudah seharusnya kaya akan prestasi olahraga, namun sayangnya prestasi olahraga Indonesia belum maksimal, termasuk di cabang hockey.
“Meskipun perhatian pemerintah sudah maksimal, namun sayangnya kualitas sumber daya manusia kita masih kurang, tapi kami tak menyerah, kami akan terus memperkenalkan olahraga hockey ini secara maksimal, kepada masyarakat sejak usia dini,” katanya.
Bagi Banteng Pringgodani, hockey sudah mendarah daging, sejak kecil ia sudah diperkenalkan oleh kedua orangtuanya yang merupakan atlet olahraga hoki. “Olahraga ini sudah mendarah daging dalam diri saya dan rasanya sulit untuk memisah saya dengan olahraga ini, saya mulai bermain saat masih berusia balita dan mulai menekuni olahraga hockey sejak kelas 1 sekolah menengah atas,” cerita Banteng Pringgondani.
Saat ini Federasi hockey Indonesia, baru memiliki 17 Pengurus Propinsi di Indonesia. Namun tidak semua kepengurusan di propinsi itu mempunyai lapangan hockey sendiri. “Karena, kalau di out door lapangan hockey harus menggunakan karpet, sedangkan biaya untuk membuat lapangan hoki out door di atas Rp 2 miliar,” imbuh pria kelahiran 30 Mei 1978 ini.
Akibat keterbatasan lapangan itulah yang membuat olahraga Hoki kurang diminati oleh masyarakat kita. Meski begitu, Banteng tidak akan pernah menyerah, ia akan terus meningkatkan polularitas olah raga ini dengan segala upayanya.
Banteng Pringgodani berharap olahraga ini bisa menjadi salahsatu cabang olahraga yang menjadi kebanggaan bangsa untuk menggemakan lagu kebangsaan Indonesai Raya berkumandang di berbagai kompetisi dunia.
(ayen; foto mm