Visualindonesia, Jakarta,-
Ketika Fei (diperankan oleh Amanda Rigby), seorang mahasiswi yang tengah melakukan riset di kota tua Batavia untuk menyelesaikan tugasnya. Fei didatangi oleh seorang gadis keturunan Belanda-Jepang benama Sara Spexch (Tara Adia) yang hidup di tahun 1628, ketika Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen (George Mustafa Taka) menjabat.
Suatu ketika sepulang dari Shanghai, Fei kembali ke Museum Jakarta, Fatahillah yang dulunya adalah balai kota bernama Stadhuis, untuk meneruskan risetnya. Tiba-tiba Sara muncul dan tanpa disadari membawa Fei masuk ke lorong waktu menuju ke abad 17. Ternyata Sara membutuhkan media masa kini, untuk menyampaikan bahwa hubungannya dengan Peter Cortenhoof (Mikey Lie) adalah cinta murni. Bukan perselingkuhan yang menyebabkan Peter dihukum mati dan Sara dikawinkan dengan orang lain.
Di sisi lain, Fei tengah dekat dengan Danny (Volland Volt), seorang pengusaha rekan dari ayahnya (Tio Duarte), setelah kekasihnya yang bernama Chiko (Haniv Hawakin), semakin tidak terkendali dan kemudian diketahui sebagai anggota sindikat Abimanyu (Anwar Fuady) yang bergerak dalam kegiatan cyber crime.
Pihak berwajib dapat menggulung sindikat Abimanyu. Danny yang menemani Fei dalam perkara Chiko, kembali ke Shanghai, di mana dia tinggal sejak usia tujuh tahun. Fei menunda tugasnya dan menerbitkan sebuah novel yang menceritakan tentang Sara dan Peter, sebagaimana yang diinginkan oleh Sara.
Begitulah sinopsis film “Sara & Fei, Stadhuis Schandaal” karya sutradara Adisurya Abdy, produksi perdana XELA Pictures, yang mengambil lokasi pengambilan gambar di Jakarta, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah dan Shanghai, Tiongkok.
Ada dua kurun waktu yang ditampilkan dalam film bergenre drama thriller dan misteri, karya terbaru Adisurya Abdy ini. Yakni setting zaman kolonial pada abad ke-16 serta pada era kekinian (modern) dalam sudut pandang generasi millenials.
Konsep artistiknya pun disesuaikan dengan tuntutan cerita. Kisah film secara keseluruhan, selain dihadirkan secara visual oleh DOP Omar Jusma, juga melalui narasi tokoh Fei, yang diperkuat oleh musik garapan Areng Widodo.
Perencanaan dramatisasi (plot) yang tidak segaris lurus (linear) yang ada pada skenario berhasil mengetengahkan berbagai persoalan yang ada pada para tokoh sentral, yang diwakili oleh Fei, Chiko, Sara, dan Peter. Demikian juga sebab dan akibat dari berbagai masalah yang ada pada para tokoh tersebut, terselesaikan dengan kebahagiaan atau kemenangan bagi protagonis. Happy End.
Film ini juga didukung oleh pemain lainnya, ialah Rowiena Umboh, Rensy Millano, Saptian Dwi Cahyo, Iwan Burnani, Julian Kunto, Aby Zabit El Zufri, Lady Selsabyia, Ricky Cuaca, Stephanie Ady, Iqbal Alit, Andhika Ariesta, Yurike Cindy.
Film “Sara & Fei, Stadhuis Schandaal” yang berdurasi 120 menit ini, akan segera tayang di bioskop Tanah Air mulai tanggal 26 Juli 2018 mendatang.
(hs; foto mm