Visual Indonesia, Jakarta,-
Komjen. Pol. Drs. Budi Waseso menilai pemerintah belum serius menangani pemberantasan narkoba, terbukti dengan belum adanya program-program di berbagai kementerian untuk menangkal peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Semangat antinarkoba juga tak masuk di kurikulum sekolah-sekolah. Sikap Pemerintah tidak mencerminkan kondisi darurat perang terhadap narkoba.
Hal ini disampaikan Mantan kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Komite Pemenang Pemilu Nasional (KPPN) DPP Partai Amanat nasional (PAN) di kantor DPP PAN di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Rabu (14/3). Hadir juga sebagai pembicara Anggota Komisi III DPR RI, Daeng Muhammad, artis senior mantan pengguna Narkoba, Roy Marten, dengan moderator Yasmin Muntaz.
Menurut pria yang akrab disapa Buwas ini, banyaknya artis yang tertangkap kasus narkoba, bukanlah upaya BNN atau pihak Kepolisian untuk menaikkan citra bahwa mereka telah bekerja.
“Seharusnya tiap tiap kementerian terkait itu punya program tentang bahaya narkoba. Depkes , misalnya, mengkapanyekan bahayanya Narkoba, lalu Kemendiknas juga harus punya program di sekolah-sekolah. Kemenpora juga punya. Semua harus punya.“
“Tetapi untuk memutuskan mata rantai jaringan narkoba yang melingkupi dunia artis. Dan karena kebetulan artis beritanya jadi meriah,” ungkapnya.
Selanjutnya Budi Waseso mengatakan, pemerintah belum serius menangani kasus narkoba. Dia mencontohkan belum ada program-program yang di berbagai kementerian untuk melawan narkoba. Semangat antinarkoba juga tak masuk di kurikulum di sekolah-sekolah.
“Seharusnya tiap tiap kementerian terkait itu punya program tentang bahaya narkoba. Depkes , misalnya, mengkapanyekan bahayanya Narkoba, lalu Kemendiknas juga harus punya program di sekolah-sekolah. Kemenpora juga punya. Semua harus punya.“
Sampai hari ini menurut Buwas, Indonesia belum memiliki ketegasan berantas narkoba, hanya lips service aja. “Tapi dibilang perang, pembantu-pembantu presiden juga acuh, ini masalah bangsa dan negara, bukan BNN, polisi-polisi doang,” kata Buwas.
Dia menjelaskan, Indonesia termasuk pangsa pasar terbaik narkoba di dunia. Indonesia juga, lanjutnya, juga menjadi laboratorium percobaan untuk kartel-kartel narkoba. “Sekitar 40% dari pasar narkoba di dunia itu ada di Indonesia dengan nilai transaski mencapai 250 triliun,” papar Buwas.
Buwas pun bercerita bagaimana daruratnya persoalan narkoba di Indonesia. Kekuatan jaringan narkoba, bukan hanya di kota-kota besar, namun narkoba juga sudah masuk ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. Dari segi umur, jaringan narkoba bukan hanya menyasar ke orang dewasa. Mereka pun menargetkan anak-anak TK menjadi sasarannya.
Para bocah itu, ungkap dia, tidak mengerti ketika mereka sedang diracuni narkoba, yang telah disisipkan lewat warung-warung di sekitarnya.
“Beli teh ditaruh di plastik, dikasih ekstasi dalam jumlah kecil, besok-besok ketagihan, gak beli di warung lain, tapi di warung itu, dia addict, ini fakta bukan main-main,” ungkap Buwas.
Menurut mantan Kabareskrim Polri ini, seharusnya pengedar dan bandar narkoba ditembak. Semua pihak yang terlibat narkoba harus ditindak, termasuk jika oknum anggota BNN, TNI, dan Polri yang terlibat.
“Dibedil aja, selesai. Karena itu pengkhianatan ke negara itu, Kalau ada anggota TNI, Polri, BNN yang terlibat langsung tembak,” tegasnya.
(a yen; foto ibnu