Visual Indonesia, Jakarta,–
Ratusan anggota The Oldies Song Lovers Community (TOSLC) menggelar acara Temu Kangen sekaligus lomba lagu-lagu daerah. Acara reguler dengan tema “Merajut Kebhinekaan dan Kesetiakawanan Sosial untuk Indonesia Damai” ini diharapkan bisa berkontribusi menjaga suasana kondusif di tahun politik ini.
“Acara kali ini merupakan yang ketiga kalinya, Agustus tahun lalu kita kumpul di Bandung, Oktober kemarin di Surabaya, dan sekarang di Jakarta,” ujar DR Djoharis Lubis MSc, founder sekaligus ketua TOSLC saat memberikan sambutan di Ruang Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Departemen Pariwisata, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Sabtu (24/2/2018).
TOSLC merupakan paguyuban para penggemar lagu-lagu lawas yang lahir dari pertemanan di media sosial seperti WhatsApp dan Facebook. Komunitas yang baru seumur jagung ini cukup solid dan aktif. Terbukti, di usia yang belum genap satu tahun sudah melakukan 3 kali acara “kopi darat”, di Jakarta, Bandung dan Jakarta lagi yang diikuti peserta dari beberapa daerah.
Acara yang dimulai sejak pagi hingga menjelang sore itu berlangsung penuh keakraban dan kegembiraan. Tampak hadir sebagai tamu kehormatan, Jenderal TNI (purn) Agum Gumelar, M.Sc., Dr. Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc., Marsekal TNI Purn Chappy Hakim, dan Komjen Pol (purn) Togar Sianipar, dan Sekjen Kementerian Sosial Dr. Hartono Laras.
Menurut Djoharis Lubis, komunitas TOSLC adalah para penggemar lagu-lagu tempo dulu atau lagu-lagu lawas di seluruh Indonesia. Anggotanya kini tersebar di 8 daerah seperti di Jakarta, Banten, Bandung, Garut, Surabaya, Pematang Siantar, Rantau Prapat, dan Pekanbaru.
“Selama ini kami melakukan komunikasi aktif melalui media sosial. Acara ini menjadi ajang kopi darat dan temu kangen. Selain ada lomba bernyanyi lagu-lagu daerah, kami juga melakukan aksi sosial membantu anak yatim piatu di panti sosial dan pesantren,” ungkap Djoharis Lubis, yang kini aktif di Lemhanas sebagai tenaga profesional.
Dengan tema “Merajut Kebhinekaan dan Kesetiakawanan Sosial untuk Indonesia Damai”, menurut Djoharis Lubis merupakan bentuk kepedulian TOSLC menyikapi situasi bangsa saat ini.
“Wujudnya dalam perlombaan menyanyikan lagu-lagu daerah. Ini kan menggambarkan kebhinekaan. Ini yang kita rajut. Daripada kita marah-marah kan lebih baik kita nyanyi. Kalau orang nyanyi kan gak bisa marah-marah, tidak mungkin orang nyanyi sambil marah-marah,” kata Djoharis Lubis, serius.
Sebagai tokoh nasional dan beberapa kali menduduki jabatan penting di negeri ini, Agum Gumelar sangat mengapresiasi keberadaan TOSLC dan kegiatan positif selama ini.
“Semuanya tampak gembira. Perlu diingat, keberhasilan itu hanya akan dimiliki oleh orang-orang yang memiliki rasa gembira. Mudah-mudahan anggota paguyuban ini dapat terus menciptakan kebersamaan, menciptakan nostalgia dengan lagu-lagu yang pernah kita dengar dahulu dapat dikenang terus oleh kita,” ujar Agum Gumelar.
Terkait tema yang diusung dalam acara ini, mantan Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong ini sangat setuju karena relevan dengan situasi saat ini.
“Negara yang penduduknya majemuk dan heterogen seperti Indonesia ini maka dibutuhkan suasana kebersamaan dan toleransi,” paparnya.
Agum menambahkan, suasana saat ini membuat kita harus hati-hati terhadap kabar bohong atau hoax. Sekarang ini hoax sudah menyebar, terutama di media sosial. Dan tentunya kita juga harus hati-hati terhadap paham radikal, yaitu suatu keinginan berupa sikap pikir dan sikap laku yang ingin mengubah Pancasila, ingin mengubah NKRI dengan paham lain.
Acara Reguler
Tidak semua anggota TOSLC harus bisa bernyanyi dengan baik. Komunitas ini beranggotakan siapa saja para penggemar lagu-lagu lawas.
“Jadi tidak harus bisa bernyanyi. Anggotanya siapa, dari mana saja tanpa melihat latar belakang agama, suku dan kewarganegaraan. Lagu adalah bahasa universal, begitu juga dengan keanggotaan TOSLC yang melintasi batas Negara, karena itu semua orang dapat mengekspresikan perasaan masing-masing lewat lagu,” ungkap Djoharis Lubis.
Meskipun komunitas ini bukan ormas atau perkumpulan yang berbadan hukum, namun loyalitas anggotanya patut diacungi jempol. Achiriah Neni contohnya, ibu dua anak yang ngefans dengan Dian Piesesha ini sengaja meluangkan waktu dan datang jauh-jauh dari Pekanbaru untuk hadir di acara temu kangen TOSLC ke-3 ini.
Wanita energik yang akrab dipanggil Arini ini mengaku tertarik bergabung, karena selain dirinya suka lagu-lagu lawas, suasana keakraban dan silaturahmi yang terjalin sesama anggota membuatnya betah berada di antara anggota TOSLC.
“Saya sudah gabung dengan TOSLC sejak awal komunitas ini dibentuk. Tapi saya baru sempat hadir di acara yang ketiga ini,” ujar Arini yang suka nyanyi sambil main piano bersama dua anaknya.
Karena keanggotaan TOSLC tidak seperti keanggotaan ormas pada umumnya, menurut Djoharis Lubis ada dua jenis anggota di komunitasnya.
“Anggota aktif dan anggota pasif. Anggota aktif biasanya tidak hanya aktif di grup media sosial TOSLC saja, tapi juga aktif di kegiatan yang kami lakukan. Mereka yang pasif biasanya hanya aktif di media sosial saja,” ungkapnya.
Temu kangen yang digelar setiap 3 bulan sekali merupakan acara yang ditunggu-tunggu semua anggota. Sebab selama ini komunikasi yang terjadi selama ini hanya melalui dunia maya saja.
“Bahkan ada anggota grup WA yang penasaran, sebenarnya orang-orang yang ada di grup ada tidak. Nah setelah bertemu kami semakin akrab dan solid,” kata Djoharis Lubis.
Antusias anggota untuk hadir di acara temu kangen bukan sekadar ingin bertemu saja, banyak kegiatan yang dilakukan, seperti lomba nyanyi dan bakti sosial. Lomba lagu daerah di acara temu kangen ke- 3 dimenangkan oleh Deon yang membawakan lagu Sai Anju Ma Au, juara kedua Herlina (Es Lilin), dan juara ketiga Tina Sutina (Waktu Hujan Sore-sore).
Selain Lomba Nyanyi, panitia juga menganugerahkan Plakat dan Medali TOSLC tahun 2018 untuk perorangan karena telah memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan TOSLC, mereka adalah Prof. Indroyono Soesilo (Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata dan Ketua Umum Perhimpunan Pengusaha Perhutanan dan Mantan Menko Maritim), Laksma TNI Edi Soecipto (Komandan Lantamal Surabaya), Dr. Hartono Laras (Sekjen Kementerian Sosial), dan beberapa anggota yang telah berdedikasi.
Djoharis Lubis dan semua anggota TOSLC yang umumnya sudah berusia di atas 40 tahun itu, sepakat menjaga toleransi dan kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu diwujudkan dalam etika bersosial media.
(a yen; foto mm