Dahulu Perjanjian Breda, Kini Menatap Masa Depan Banda

by -

Visual Indonesia, Jakarta,-

Memperingati 350 tahun Perjanjian Breda, Yayasan Warisan Budaya Banda menggelar pameran Banda Warisan untuk Indonesia: Pala dan Perjanjian Breda 1667-2017, untuk menatap Banda di masa depan, ujar Tanya Alwi, Pendiri Yayasan Warisan Budaya Banda di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.

Perhelatan yang bekerja sama dengan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya ini akan berlangsung hingga 4 Oktober 2017 di Galeri Nasional Indonesia. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan generasi muda sebagai generasi penerus.

Pameran sejarah dan peran Banda yang kaya dengan hasil rempahnya, serta sebagai pusat perhatian dalam perdagangan dan politik internasional. Selain Banda yang juga kerap menjadi sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni kontemporer.

Karya-karya yang dipamerkan terdiri dari lukisan, foto, dan benda-benda yang menghidupi kehidupan masyarakat Banda dalam kejayaan kegiatan perdagangannya itu.

Beberapa seniman nasional dan internasional seperti Hanafi, Titarubi, I Made Wianta, dari Indonesia; Beatrice Glow dari New York; Isabelle Boon dari Belanda; dan Jez O’Hare dari Inggris; yang terinspirasi oleh Banda turut berpartisipasi menampilkan karya seni mereka dalam pameran ini. Tim kurator yang terlibat dalam pameran ini adalah Wim Manuhutu, Sadiah Boonstra, Wieske Sapardan, dan Siti Halimah.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pameran serupa yang diadakan sebelumnya di Erasmus Huis, Jakarta (31 Juli – 30 Agustus 2017) dan akan dilanjutkan di Banda mulai awal November 2017 mendatang. Diharapkan melalui pameran sejarah Banda ini muncul kebanggaan akan jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Bahkan 3 Oktober 2017 mendatang digelar seminar Banda Dulu, Kini dan Besok, masih di Galeri Nasional Indonesia, dengan keynote speech Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan), Mona Lohanda (Sejarahwan), Tanya Alwi (Pendiri Yayasan Warisan Budaya Banda), Titarubi (Seniman), dan Bonnie Triyana (Komunitas).

Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat Banda menjadi bagian penting dalam wilayah NKRI yang dalam sejarahnya telah mengubah tatanan dunia sebagai penghasil rempah dan akar budaya maritim Indonesia.

Sedangkan Tanya Alwi, Ketua Yayasan Warisan dan Budaya Banda Neyra menambahkan pameran ini dapat meningkatkan kesadaran dalam menghargai dan melestarikan kekayaan alam dan budaya Banda. Sekaligus memberikan inspirasi untuk membangun Banda berbasis kemasyarakatan agar Banda dapat memberikan dampak secara nasional maupun internasional, tutupnya.

(tjo; foto mm

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.