Visual Indonesia, Jakarta,-
Bertempat di Gedung B Galeri Nasional Indonesia, sepanjang Hari Kartini ini (21 April 2017) hingga 6 Mei 2017 mendatang, Tiga Perempuan memamerkan kreativitasnya diatas kanvas dalam tajuknya Time Lovers Kreativitas Ibu Sepanjang Masa.
Yakni sebuah manifestasi tiga orang ibu yang tidak saja disibukkan dengan peran domestik dalam rumah tangga. Namun mampu menghadirkan nilai-nilai dan pesan moral melalui karya-karya seninya. Sebuah karya seni yang memperkaya dinamika sejarah perkembangan seni rupa Indonesia. Inilah panggung budaya para perupa perempuan Indonesia itu, Neneng Sia Ferrier, Ika Yuni Purnama, dan Rina Kurniyati.
Panggung seni rupa yang menorehkan kasih seorang ibu diatas kreativitas kanvas-kanvasnya. Diawali ketika memasuki mahligai rumah tangga, melewati lorong panjang kehidupan, mengandung, melahirkan, serta membesarkan dan mendidik anak-anak. Dilanjutkan ketika anak-anak menjelang remaja dan perlahan menuju teras kedewasaan.
Inilah ‘kesunyian panjang’ ibu lewat sapuan garis dan warna, yang terinspirasi dari ruang-ruang domestik keluarga. Dimana Citra Smara Dewi, selaku kurator pameran memaknainya dengan ruang eksplorasi estetis melalui pendekatan medium baru.
Seperti pelukis kaca kontemporer, Rina Kurniyati, yang menggunakan medium kaca dan enamel dalam berkarya, melalui karya-karya lukisan kaca hiper realisnya. Rina seolah ingin ‘mematahkan’ anggapan bahwa melukis realis yang selama ini hanya dapat dicapai melalui cat minyak/akrilik pada kanvas.
Sementara Ika Yuni Purnama, mengarusutamakan warna dan komposisi dalam karya-karyanya. Warna-warna kontras dengan kekuatan warna forecasting, menghantar karya Ika Yuni menjadi hangat penuh energi. Sedangkan Neneng Sia Ferrier, menyuguhkan figur-figur dengan ‘leher jenjang’ dalam setiap karyanya. Selain menampilkan karya instalasi mixed media bertemakan Lotus Purity.
Oleh karenanya, bagi Kepala Galeri Nasional Indonesia (GNI), Tubagus ‘Andre’ Sukmana, dengan mengapresiasi karta-karya tiga perupa perempuan Indonesia ini, akan semakin memacu perupa perempuan lainnya untuk berpameran. Melihat jumlah perupa perempuan yang berpameran di GNI baik dari segi kuantitas maupun kualitas masih sangat terbatas.
Meskipun tercatat beberapa nama perupa perempuan acapkali terlibat dalam berbagai pameran temporer di Galeri Nasional Indonesia, baik secara tunggal maupun bersama. Kehadiran perupa perempuan diharapkan dapat memperkarya dinamika sejarah perkembangan seni rupa Indonesia, pungkas Andre.
Pameran Perupa Perempuan “Time Lovers” di Gedung B Galeri Nasional Indonesia, dilengkapi dengan rangkaian kegiatan berupa Painting Workshop hasil kerja sama dengan mahasiswa FSR Institut Kesenian (22 April 2017, pukul 10.00 – 16.00 WIB), dan Artist Talk (22 April 2017, pukul 14.00 – 16.00 WIB), di Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia.
Tiada awan di langit yang tetap selamanya
Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca
Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan
Kehidupan manusia serupa alam
(RA Kartini)
Oleh karenanya melalui kesepakatan bersama, antara berbagai elemen yaitu komunitas seni, kurator, pelaku seni, galeri, media, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya, eksistensi ketiga pelukis telah menjelma menjadi bagian dari sejarah perkembangan seni rupa Indonesia.
Dan pameran ini pun penting dicatat, karena merupakan pameran kelompok Perupa Perempuan pertama yang diadakan di Galeri Nasional Indonesia tahun 2017, dengan kekuatan dari pendekatan teknik, eksplorasi media, dan presentasi karya.
Sejalan dengan tumbuhnya kesadaran emansipasi di tanah air, maka eksistensi perempuan Indonesia memiliki peran strategis dalam berbagai bidang, baik ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Melalui peran dalam seni budaya, seorang perempuan dapat menyampaikan nilai-nilai dan pesan moral untuk kebaikan bangsa ini yaitu melalui karya seni lukis.
Perempuan Indonesia dewasa ini memiliki peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga, mendidik anak dan mencari nafkah. Komitmen dalam menyisihkan waktu berkarya di tengah peran domestik, merupakan hal yang patut dihargai. Bagi mereka, seorang perempuan bukan hanya milik keluarga, namun perannya di masyarakat juga dinanti dan dibutuhkan.
(tjo/ foto mm