Visual Indonesia, Jakarta,-
Sepanjang 2017, Indonesian Gastronomy Association (IGA) segera menghelat 2 (dua) kegiatannya yakni “Indonesia GastroFiest”: An International Gastronomical Journey In The Land Of Spices dan “International GastroStreet Food”: Melting Pot Of The Gastronomical Delights, Fashion & Music Fiesta. IGF & lGSF merupakan atraksi ekonomi kreatif dalam seni masakan tradisional yang mempunyai nilai wisata budaya bangsa.
Indonesia GastroFiest di helat pada 7-9 Juli 2017 nanti di Kartika Expo, Balai Kartini, Jakarta. Sementara International GastroStreet Food” di helat pada 15 – 22 Oktober 2017 mendatang. Di dua event ini warisan masakan para leluhur diperkenalkan masing-masing masyarakat daerah, termasuk mengangkat kepiawaian dan kreativitas ahli masak daerahnya. Khususnya masakan jajanan jalanan dan usaha industri makanan rumah tangga yang merupakan bagian dari UKM.
Adapun sinergitas dari IGF & lGSF yakni terhadap kedaulatan pangan, dengan mengubah paradigma sumber pangan dari orientasi daratan kearah lautan seperti ikan, sebagai sumber pangan alternatif. Karena IGF & lGSF merupakan festival seni masakan yang berbeda, bahkan tidak lazim seperti acara festival makanan lainnya.
“Sebuah seni masakan dengan nilai sensorik yang unik bagi para penikmat, pecinta dan pemerhati makanan, dalam upaya upaya membangun kesadaran untuk melestarikan warisan seni masakan tradisional sebagai karakter dan jati diri budaya kebangsaan,” ungkap Guruh Soekarnoputra, selaku Ketua Dewan IGA dan Ketua Dewan Pengarah IGF/IGSF.
IGF & lGSF dibangun menjadi benchmark dan patokan lanskap gastronomi makanan kepulauan nusantara lndonesia di mata dunia yang akan berperan sebagai teater terbuka dalam mengetengahkan tentang keahlian seni memasak bangsa. Sekaligus menjadi aksi “diplomasi budaya” lndonesia di mata dunia dan proses “internalisasi nilai budaya” bagi negeri ini serta memperkuat penanaman dan menumbuh-kembangkan nilai budaya gastronomi makanan, lanjut Guruh.
lGF 2017 mengajak keterlibatan masyarakat terkait di seluruh lndonesia. Masyarakat daerah diberi kesempatan untuk menampilkan aneka menu-menu resepi makanan warisan tradisional daerahnya, khususnya yang belum pernah atau kurang dikenal kebanyakan masyarakat lndonesia secara Nasional.
(a yen; foto muller