Jakarta,-
Memuliakan, Menyuburkan Bumi, dan Membantu yang Miskin serta tentunya membela yang Kaya, tapi yang benar, menjadi nafas perjuangan Berdaya Fondation, demikian diungkapkan Wibisono, selaku Ketua Umum Yayasan Berdaya, saat ditemui di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Lebih lanjut, ditambahkannya bahwa Berdaya Fondation yang didirikan 22 Agustus 2016, baru lalu itu, mengemban sejumlah program seperti Pelestarian Hutan dan Pengembangan Ekonomi Hutan Bakau, Pupuk Hayati Cair, Koperasi Syariah dan Lembaga Bantuan Hukum masyarakat.
Seperti untuk pelestarian hutan, Berdaya Fondation merancang semacam donasi alam yang tujuannya untuk memuliakan serta menyuburkan bumi. Hal itu berawal dari keprihatian terhadap kepedulian tentang lingkungan terutama tentang hutan yang begitu sangat mengkhawatirkan.
“Hutan-hutan kita banyak dijual atau dieksploitasi oleh NGO-NGO asing untuk mengeruk donasi-donasi yang luar biasa dari seluruh dunia. Bahkan kita yang justeru memiliki hutan yang luar biasa sebagai paru-paru dunia ini hanya bisa menjadi penonton saja,” ungkap Wibi demikian sapaan akrab pria ini.
Karena yang terjadi, mereka hanya mengeksposnya saja tanpa turut benar-benar melestarikannya. Berdaya Fondation pun mengagas sebuah ‘Gerakan Hutan Indonesia’ berupa donasi US$5 untuk seumur hidup demi menyelamatkan hutan kita.
Kalau Greenpeace bisa memulainya dari donasi, mengapa kita tidak bisa memulainya dengan hal yang sama untuk menggerakan masyarakat melalui donasinya menyelamatkan hutan.
Program Berdaya Fondation berikutnya, yakni program memuliakan dan menyuburkan bumi dengan meminta pemerintah untuk mengalokasikan slot 10 persen untuk pupuk hayati berupa pupuk organik cair (POC). Jika selama ini pemerintah membentuk manufacturing pupuk kimia yang berdampak merugikan tanah karena tanah menjadi tandus. Maka melalui slot 10 persen POC Pupuk Hayati, Berdaya Fondation menjamin Indonesia akan dapat kembali mencapai swasembada beras.
Sedangkan dalam program pengembangan hutan bakau, Berdaya Fondation melihat bahwa marak perusahaan-perusahaan besar menyalurkan CSRnya, salah satunya melalui Program Hutan Bakau, namun mereka yang diberikan CSR hanya sekali tanam saja. Lalu setelah itu tidak ada pemeliharaan lebih lanjut lagi atau dengan kata lain, sekali tanam lalu ditinggal begitu saja.
“Sekarang bagaimana kita bisa memberikan nilai tambah petani, khususnya petani-petani tambak, melalui budidaya kepiting, karena kepiting di hutan bakau memiliki nilai ekonomi, selain tentunya untuk melestarikan hutan bakau tersebut,” ujar Wibisono lagi.
Dan Berdaya Fondation telah memproduksi sebuah alat untuk budidaya kepiting di hutan bakau yang terbuat dari plastik daur ulang yang disebut dengan “Crabball”. Pilot project-nya sudah ada di Indramayu dan Kubu Raya, Kalbar, dengan hasil panen kepiting bakau yang luar biasa. Bahkan sebulan lalu, Soetrisno Bachir, selaku Ketua Komite Ekonomi dan Industri, secara tegas men-support program budidaya kepiting bakau dan pupuk hayati dari Berdaya Fondation ini.
LBH Berdaya
Dan sekaligus dalam rangka memberi keadilan hukum bagi yang miskin dan membela yang kaya, tapi melalui cara-cara yang benar, maka Berdaya Fondation membentuk Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Berdaya.
Sebuah LBH yang lain daripada yang lain, karena LBH ini tidak hanya digawangi semata-mata oleh pengacara atau berasal dari dunia hukum. Tapi berasal juga dari disiplin ilmu yang lain seperti Kebijakan Publik, Ekonomi, HAM, Perpajakan, Hukum International dan sebagainya. Karena semua melebur untuk mengemban tugas mulia membentuk ‘Character Building’ bagi lulusan-lulusan sarjana hukum yang masih fresh graduate, melalui sebuah program pelatihan. Demi menjaga idealismenya sebagai ahli hukum yang sesungguhnya.
Dalam rangka itulah, Berdaya Fondation meminta mantan Hakim Konstitusi yang juga begawan hukum, Dr.HM.Arsyad Sanusi SH, MHum dan mantan Komisioner Komnas HAM yang juga pakar hukum international, Muhammad Syech Nizar, selaku Pembina Berdaya Fondation. Lantaran kedua tokoh ini memiliki jalur perjuangan yang masih on the track dengan fondation ini, tegas Wibisono.
Sementara itu, Berdaya Foundation juga tengah mengembangkan koperasi-koperasi syariah, melalui revitalisasi koperasi-koperasi yang telah ditinggalkan akibat salah urus manajemennya. Apalagi koperasi sebagai sokoguru ekonomi Indonesia mulai ditinggalkan atau disalahgunakan untuk kepentingan sesaat, papar Wibisono.
Oleh karenanya, saat bertemu, Menteri Koperasi menekankan untuk segera merevitalisasi koperasi, mereformasi koperasi dengan mengembalikan kepada rohnya, terutama tentang permodalan. Seperti pentingnya menjadikan koperasi layaknya sebuah korporasi, seperti yang telah diterapkan di Jepang.
Atau menggagas koperasi untuk bisa memiliki ‘Bapak Angkat’, harus punya Investor. Apalagi Berdaya Fondation tengah mengembangkan Koperasi Syariah. Dimana koperasi yang didepannya sudah ada nilai keuntungannya, sehingga investor nggak perlu takut.
Berdaya Foundation sendiri, kini sudah membina hampir 150 koperasi primer dan membentuk tiga Pusat Koperasi Syariah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, dimana selanjutnya segera akan membentuk Induk Koperasinya.
(mdtj; foto yok