Jaman dahulu kala disebuah kampung hiduplah seorang gadis yang cantik jelita, namanya Esi Marliani. Dia menjalin kasih dengan seorang pria yang tampan nan gagah perkasa, bernama Buyung.
Mereka memadu kasih begitu indahnya. Sekali waktu mereka bernyanyi sambil menari dibawah pohon cempedak. Mereka saling kejar-kejaran mengelilingi pohon cempedak dan kadang mereka berguling-guling direrumputan atau mereka berayun diantara akar-akar pohon beringin. Sampai-sampai rusa, tupai dan biawak iri melihat kemesraan mereka berdua . ohhh, dunia ….. serasa milik mereka berdua saja…
Tapi sayang cinta mereka tak direstui oleh orang tua. Sang pemuda sudah dijodohkan dengan gadis dari kampung tetangga anak gadis Kepala Suku, yang memiliki kecantikan yang luar biasa. Betapa kecewanya hati si gadis Esi karena ternyata si Buyung juga mencintai anak gadis Kepala Suku dari desa tetangga itu.
Tibalah musim kawin, Si Buyung dan anak gadis Kepala Suku dari desa tetangga melangsungkan pernikahannya. Kedua mempelai pun diarak keliling kampung. Sementara si Esi begitu terluka hatinya. Dia menangislah tiadalah hentinya. Bahkan Burung, Kucing dan Bebek Angsapun turut menangis seolah turut merasakan kepedihan hatinya. Dan gadis Esi begitu dendamnya dengan si Buyung.
Ketika kedua mempelai di arak melewati kampungnya terjadilah keanehan yang diluar akal sehat manusia, kepedihan dan linangan air mata Esi yang begitu derasnya seolah turut menjadikan alam begitu murkanya. Linangan air mata Esi pun teriring oleh kilat dan gemuruh derasnya hujan tiada hentinya.
Linangan Air Mata dan derasnya hujan perlahan membanjiri kampungnya dan menenggelamkan iring-iringan arakan mempelai sehingga semua penghuni kampung dan arak-arakan mempelai tenggelam. Hingga Esi pun ikut tenggelam oleh derai linangan air matanya sendiri.
Linangan air mata kepedihan cinta Esi yang tak sampai itu, kini menjadilah sebuah danau yang di kenal sebagai “Danau Dendam Tak Sudah”.
Alkisah kedua mempelai kemudian berubah jadi sepasang ular tikar. mereka terkadang menampakan diri dari kejauhan danau sementara Esipun berdiri diatas kedua ular tikar tersebut. Kaki kirinya berpijak pada ular perempuan, sedangkan kaki kanannya berpijak pada ular jantan.(md.tjoek