Film “Eksil”, Cerita Anak Negeri yang ‘Terbuang’

by -

Visualindonesia.com,-

“Eksil”, film peraih penghargaan Piala Citra di ajang Festival Film Indonesia 2023 sebagai Film Panjang Dokumenter Terbaik, bakal tayang serentak di bioskop mulai Kamis (1/2/2024).

Film besutan sutradara Lola Amaria itu bercerita tentang kehidupan orang Indonesia yang ‘dibuang’ ke negara negara eropa terkait politik Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) 1965.

Dalam film tersebut, mereka yang ‘terdampar’ di Rusia, Belanda, Ceko, Swedia, dan lainnya hanya menceritakan apa yang dialami pada masa itu.

Lola Amaria mengungkapkan, konsep dan ide membuat “Eksil” sejak tahun 2013, dan melakukan riset kurang lebih 2 tahun untuk mendapatkan lebih dari 10 narasumber. Namun yang bersedia diangkat ke dalam film hanya 10 orang, selebihnya menolak.

“Mereka yang menolak karena masih trauma, takut tidak ada yang menjamin keselamatannya,” ungkap Lola Amaria di XXI Metropole, Jakarta Pusat, Senin (29/1/2024).

Lola Amaria

“Ada banyak sekali rintangan, pertama soal ijin dan lain lain, juga soal dana. Sampai akhirnya tahun 2015 kami memutuskan syuting walaupun saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk syuting karena uangnya masih kurang,” imbuh Lola.

Selama tiga bulan berada di Eropa dengan berbagai negara yang dikunjungi Lola dan timnya untuk bertemu langsung dan berbincang dengan para eksil.

“Ini film dokumenter perdana saya. Di film ini menggunakan gaya bertutur, sehingga akan lebih mudah untuk dicerna terutama oleh generasi milenial dan generasi Z. Kedua generasi ini sudah sangat berjarak dengan sejarah masa lalu, apalagi dengan disrupsi informasi yang masif sekarang ini. Kepada merekalah anak-anak muda, termasuk orangtua, film ini sesungguhnya kita berikan. Agar lebih tahu dengan keadaan yang sebenarnya yang dialami para eksil,” kata Lola Amaria.

Masalah narasumber yang cukup sulit untuk ditemui dan mau bercerita juga menjadi kendala lain buat Lola dan tim.

“Karena mereka waspada sekali terhadap kita. Mereka mengira kita intel atau mata-mata, sehingga menjaga jarak dengan kita. Dan ini butuh proses untuk meyakininya,” aku Lola.

Dalam kesempatan yang sama Sari Mochtar atau akrab dipanggil Ai selaku line produser menambahkan, bahwa untuk bisa berinteraksi dengan para narasumber itu tidak gampang, dibutuhkan trik dan kesabaran sehingga mereka percaya.

“Untuk mempercayakan mereka nggak gampang, kecurigaan itu ada. Bahkan ketika kita mengambil video mereka juga mengambil video tentang kita. Jadi untuk mensiasati kita harus membantu masak atau cuci piring agar kecurigaan itu menjadi cair. Dari situ baru mereka percaya sama kita dan bisa diwawancarai secara terbuka,” terang Ai.

Dikatakan Lola Amaria, film “Eksil” tak bermaksud mengangkat peristiwa G30S/PKI atau politiknya, tetapi lebih dari sisi kemanusiannya dengan melihat dan mendengar langsung apa yang dialami para eksil selama menetap di negeri orang akibat terusir dari negeri sendiri. Termasuk kerinduan dan kecintaan mereka terhadap Tanah Air.

“Film ini bukan untuk yang mengerti soal peristiwa 1965. Tapi ini untuk generasi saya dan di bawah saya yang tiap tahun dicekoki film G30S/PKI. Itu kayaknya harus tahu dari sisi sebelahnya dan ini yang bicara orangnya langsung, mereka yang berada di luar negeri sebelum peristiwa PKI nggak boleh pulang. Mereka punya cerita yang jujur tentang itu,” jelas Lola.

Kesepuluh eksil yang berhasil diwawancarai mengaku masih sangat mencintai Indonesia, meskipun beberapa dari mereka sudah beranak pinak di sana. Bahkan secara jujur, hati mereka tetap rindu pulang ke kampung halaman.

Film Eksil akan tayang di bioskop yang telah ditentukan di antaranya, Plaza Senayan XXI Jakarta, AEON Mall BSD City XXI Tangerang, Mega Bekasi XXI, TSM XXI Bandung, Ciputra World XXI Surabaya, Ringroad Citywalks XXI Medan, Empire XXI Yogyakarta dan Cinepolis Plaza Semanggi, Mall Lippo Cikarang serta Flix Ashta SCBD, hingga CGV Aeon Mall Jakarta Grand Cakung (JGC), dan CGV JWalk Jogja.

(dra; foto mm/ist

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.