Visualindonesia, Jakarta,-
Nongkrong sambil menyeruput secangkir kopi olahan barista memang telah menjadi bagian dari gaya hidup kaum muda. Kegiatan itu nyaris hilang akibat pandemi yang melanda Indonesia, namun saat ini melihat para barista beraksi sudah bisa dilakukan, salah satunya di Jakarta Coffee House (JCH).
JCH yang didirikan oleh Muhammad Buchari atau akrab disapa Borie sejak 11 tahun lalu di kawasan Cipete Jakarta Selatan itu menyajikan biji kopi lokal dengan kualitas terbaik kepada para penikmat kopi.
Konsep JCH yang dibangun Borie adalah sebuah factory dan warehouse. Borie ingin memasok biji kopi yang didapatkan dari petani-petani yang dikenalnya, ke seluruh café dan coffee shop di Jakarta.
“Namun, dalam prosesnya tentu harus ada pembuktian tentang kualitas biji kopi yang akan dipasok sehingga factory sebagian diubah menjadi coffee shop,” tutur Borie yang bertindak sebagai CEO dan Owner JCH.
Bersama Ardani Yusuf Prawira selaku COO dan Partner JCH, Borie mengarahkan JCH bukan hanya sebagai coffee shop, namun menjadi tempat edukasi dan pelatihan bagi para barista dan pemilik café dan coffee shop untuk belajar mengenai kopi serta menjadi tempat konsultasi bagi café dan coffee shop yang memakai produk dari JCH.
“Dari awal JCH didirikan sampai sekarang, beberapa pelanggan masih yang itu-itu juga. Dari mereka SMA, kuliah dan kini menikah dan punya anak,” ungkap Borie yang juga hobi fotografi itu tentang pelanggan setianya.
Dalam 11 tahun berjalan, kehadiran JCH di Cipete terasa menjadi pioneer dari pendirian beragam Coffee House di kawasan jalan Cipete.
“Dalam penelitian oleh Dinas Pariwisata DKI baru-baru ini, kini di kawasan Cipete berkembang ada 76 Coffee, dan Cipete seakan menjadi kelurahan Kopi Indonesia,” ujar Ardani Yusuf Prawira.
Sebelum mendirikan JCH, Borie telah lebih dulu berkarier di dunia kopi selama lebih dari 20 tahun.
“Saya punya visi memajukan perkopian Indonesia sekaligus berharap agar masyarakat Indonesia juga bisa menikmati kopi asal Indonesia. Kopi Indonesia apapun jenisnya adalah kopi terenak di dunia,” ungkap Borie bersemangat.
Sejalan dengan pemikiran Borie, menurut Ardani Yusuf Prawira, kopi Indonesia memang memiliki kualitas unggul yang sudah terkenal sejak jaman Belanda. Karena itu Belanda datang ke Indonesia selain untuk rempah-rempah juga mengambil kopi.
“Dan hari ini kualitas kopi Indonesia ada di posisi nomer 4 dunia. Alhamdulilah, hari ini industri kopi Indonesia juga sudah mulai besar. Bahkan 53 persen kopi Indonesia sudah dikonsumsi sendiri!” ungkap Ardani.
Dengan pengalaman panjangnya di dunia kopi, Borie sempat diundang dan diajak Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perdagangan untuk memperkenalkan kopi Indonesia ke 18 negara pada tahun 2019-2020.
“Kami baru sempat jalan ke delapan negara. Terakhir ke Belgia dan Turki, namun kemudian masuk masa pandemi. Di April 2020 kegiatan terpaksa terhenti. Kedengarannnya mau dimulai lagi nih tahun ini,” ungkap Borie bersemangat.
Dalam perjalanan keliling dunia itu, JCH mengaku sempat melakukan uji coba pada kopi orang luar yang kurang enak.
“Tetapi saya presentasikan dengan cara saya. Dan mereka sangat exicted dengan hasilnya. Padahal kopinya sama, ya kopi dia juga. Hanya beda roasting profile saja. Kunci dalam me-roasting itu kan sederhana. Jangan sampai hangus!” kata Borie membocorkan rahasia kecilnya.
Bangkit, Melorot, dan Bangkit Lagi
Jakarta Coffee House pertama dibangun pada tahun 2011 di Jalan Cipete Raya No 2, Jakarta Selatan.
“Saking lamanya JCH ada di situ, banyak orang mikir tempat itu rumah saya. Padahal di situ saya masih ngontrak,” ungkap Borie tergelak.
Menurut Borie, jumlah gerai cabang JCH yang dimilikinya sebelum pandemi sempat rekor hingga 18 outlet tersebar di Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.
“Selama masa pandemi, 8 outlet terpaksa ditutup, dan saat ini bangkit lagi satu outlet, berarti sekarang ada 11 outlet yang masih terus beroperasi,” ujar Borie.
Dibalik 8 outlet yang terpaksa ditutup karena pandemi, 4 outlet di antaranya terdapat di Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno Hatta. Outlet itu baru beroperasi pada Oktober 2019 dan terpaksa tutup pada Maret 2020.
“Ini bukan mau sombong ya. Dari lima bulan beroperasi, Alhamdulillah kami dapat pemasukan berkisar 3,2 milyar, dengan keuntungan bersih sebesar 2 milyar. Uang inilah yang dikirim dan disiapkan oleh Allah SWT untuk kami bisa melewati masa pandemi!” ungkap Borie.
Dari 11 Outlet yang aktif beroperasi, Borie menyebut outlet di kawasan Cipete Jakarta Selatan dan Wahid Hasyim di Jakarta Pusat lah yang sangat padat dikunjungi konsumen di saat weekend.
“Outlet di Wahid Hasyim bisa dikunjungi sampai 300 orang. Mungkin karena banyak rombongan bersepeda yang mampir ke sini. Di sini kami buka dari pukul 06.00 pagi,” jelas Borie.
Luxury Coffee House
Borie menyebut, banyak kesan dan pengalaman yang ia hadapi sepanjang 11 tahun membangun Jakarta Coffee House. Salah satunya adalah saat ia mengembangkan JCH di kategori luxury seperti yang dibangunnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
“Kalau outet luxury, artinya harga harus beda dari outlet lain. Konsumen malah complain kalau harganya disamain,” ungkap Borie.
Borie menambahkan, bukan hanya harga kopi yang jadi soal, namun interior café, sampai tempat parkir bahkan tukang parker pun harus terlihat eksklusif.
“Jadi saya pikir, saya akan berkonsentrasi di kelas menengah aja. Kelas ini lebih dekat dengan saya,“ kata Borie.
Borie mengaku banyak suka duka yang dialami dalam membangun JCH. Dan yang paling mengesankannya adalah saat ia harus mengusir orang asing dari kedainya di Cipete.
“Setiap datang, dia selalu bawa bir. Sempat saya ajak ngobrol baik-baik. Kalau dia bawa air mineral masih bisa saya terima. Tapi karena tetap ngeyel, ya lebih baik saya usir.”
Pengalaman berkesan kedua adalah saat di outlet Wahid Hasyim ramai dikunjungi para pesepeda. Sementara ada pelanggan warga negara Dubai yang merasa kurang nyaman dengan keramaian di situ. Ia langsung mengadu ke hotline pengaduan Gubernur.
“Hari berikutnya kami didatangi satpol PP. Kebetulan masih masa PPKM. Akhirnya, kami harus tutup seminggu. Padahal keramaiannya terjadi di parkiran, bukan dalam ruangan JCH,” ungkap Bori yang masih punya impian besar membangung JCH di New York.
“Impian itu lahir karena Ardani pernah tinggal lama di sana, dan dia yang menggerakkan saya untuk berpikir mendirikan JCH di New York. Saya tidak punya target kapan itu terwujud, tapi Insya Allah akan terus kami kejar,” pungkas Borie menutup percakapan.
(*/drel; foto dudutsp