Visualindonesia, Jakarta,-
Galeri Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar Pameran Hasil Lokakarya Kurasi Kurator Muda 2021 “circumstance” pada 2-7 November 2021 di Rumah Tamera, Komunitas Gubuak Kopi, Jalan Lingkar Utara, Kampung Jawa, Solok, Sumatra Barat.
Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian program Lokakarya Kuratorial Galeri Nasional Indonesia 2021: Kurasi Kurator Muda.
Kurasi Kurator Muda merupakan program lokakarya kuratorial pertama yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia. Dimulai dengan panggilan terbuka pada 9 Juni-24 Juli 2021, berhasil dijaring 58 proposal rencana pameran yang diusulkan calon peserta dari 16 provinsi di Indonesia.
Setelah melalui proses seleksi, 10 proposal dari 10 kurator muda dipilih untuk mengikuti program lokakarya secara daring pada 12, 13, dan 16 Agustus 2021. Selama lokakarya, para peserta mendapatkan bimbingan dan pendampingan dari kurator Galeri Nasional Indonesia yaitu Asikin Hasan, Citra Smara Dewi, dan Bayu Genia Krishbie, yang berperan membantu peserta untuk mengembangkan potensi dan gagasan kuratorialnya.
Sejumlah narasumber undangan juga dihadirkan untuk pendalaman materi dan diskusi dengan tujuan memperluas pengetahuan peserta serta mengenalkan keragaman praktik kuratorial dewasa ini. Di akhir lokakarya, Galeri Nasional Indonesia menentukan dua peserta yang mendapatkan fasilitasi untuk merealisasikan rencana pamerannya. Dua peserta tersebut adalah Umi Lestari dari Tangerang, Banten dan Albert Rahman Putra dari Solok, Sumatra Barat yang mengkuratori Pameran circumstance ini.
Diungkap Albert, terminologi “circumstance” adalah tentang situasi atau kondisi yang memungkinkan munculnya tindakan atau peristiwa-peristiwa tertentu. circumstance melihat kekinian atau sesuatu yang kiwari dari daya sinkronisasi, antara situasi-kondisi dengan peristiwa dan tindakan.
Dalam proyek ini, circumstance menyoroti inisiatif masyarakat pertanian Solok dalam merespons persoalan setempat dan menyikapinya secara spiritual. Menurutnya, pendekatan-pendekatan institusional dan rasionalitas belum menunjukkan kemampuannya dalam mengatasi problem-problem kultural.
“Melalui proyek seni ini, saya mengajak keterlibatan seniman, baik itu individu maupun kolektif, untuk memahami proses transisi ini serta memetakan dan mengartikulasi isu-isu tersebut dengan menyoroti narasi-narasi kecil yang berkembang di kalangan warga. Proyek ini pun menjadi upaya melihat kembali persilangan budaya di lingkup masyarakat pertanian masa lampau sebagai sebuah studi untuk memahami hari ini dan berspekulasi menyusun proyeksi masa depan,” paparnya.
Secara metode, circumstance sendiri merupakan pengembangan dari platform Daur Subur, sebuah studi yang dikembangkan oleh Komunitas Gubuak Kopi sejak 2017 tentang persoalan kebudayaan di masyarakat pertanian wilayah Solok, yang menggunakan seni sebagai metode pendekatan.
Daur Subur berupaya menggali aspek pengetahuan dari beragam peristiwa kebudayaan dan mengemasnya untuk memahami persoalan hari ini, dengan tetap sadar akan kearifan lokal, isu sosial, politik, ekonomi, dan perkembangan kontemporernya.
Pertemuan-kunjungan kecil dan pertukaran gagasan antara seniman dan warga menjadi aktivitas penting dalam proyek ini. Melakukan pendekatan kepada warga dengan memakai cara atau perspektif warga, menghubungkan inisiatif-inisiatif, serta memaknainya secara spiritual dan sebagai sesuatu yang memang penting untuk kita lakukan bersama.
Saling berkontribusi serta bernegosiasi soal gagasan seni yang tidak harus fungsional dan bagaimana ia dapat bekerja di kehidupan sehari-hari.
Pameran circumstance menampilkan presentasi publik dari residensi singkat dan kolaborasi para seniman partisipan di Solok yang bekerja bersama warga di Kampung Jawa di Solok, dalam menyikapi persoalan ekologi sesuai konteks yang ada di lokasi.
Proyek ini melibatkan 10 seniman dan kolektif untuk membaca isu seputar kebudayaan pertanian di lingkup lokalnya, melakukan residensi selama tiga minggu di kampung halamannya, mengikuti diskusi berkala, mendokumentasikan, dan menuliskan catatan proses.
Proyek ini menyoroti proses para seniman melakukan pemetaan melalui pendekatan artistik, memposisikan seniman sebagai fasilitator (artist as facilitator), serta melihat sejauh mana seni dan kerja-kerja kolektif mampu mengakomodir dan mengamplifikasi persoalan masyarakat.
Riset dan residensi para seniman tersebut dipresentasikan dalam sebuah pameran yang menampilkan karya-karya artefak representatif dan performatif, found object, instalasi teknologi media baru, dokumentasi riset, dan lainnya.
Para seniman juga diundang untuk mencatat proses residensi, baik berupa teks dan sketsa untuk didokumentasikan sebagai buku postevent.
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto mengatakan, “Model-model aktivitas seni yang melibatkan publik atau partisipasi warga seperti dalam pameran ini perlu terus dikembangkan, sehingga dapat menegaskan peran penting seni yang berkaitan erat dengan aktivitas sehari-hari dan budaya masyarakat.”
“Seni diharapkan menjadi bagian yang utuh dari masyarakat dan memberikan kontribusi atau manfaat dalam kehidupan mereka,” imbuh Pustanto.
Pameran circumstance dibuka pada 2 November 2021, pukul 19.30 WIB di Rumah Tamera, Komunitas Gubuak Kopi, Jalan Lingkar Utara, Kampung Jawa, Solok, Sumatra Barat. Pameran ini dapat diakses publik setiap hari hingga 7 November 2021, mulai pukul 11.00 hingga 21.00 WIB.
(*; foto gni