Visualindonesia, Jakarta,-
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bekerja sama dengan PT. Astra International kembali menggelar Safari Jurnalistik, Rabu (4/11). Dalam pembukaan kegiatan tersebut, hadir tokoh muda Indonesia yang berhasil menginspirasi pemuda-pemuda lain di daerahnya, untuk menolak praktik human trafficking (perdagangan manusia), dalam bentuk pengiriman TKI. Pemuda itu bernama Ronaldus Asto Dadut.
Ronaldus Asto turut hadir berbagi kisah kepada puluhan peserta yang hadir. Pemuda ini merupakan pemenang Satu Indonesia Awards di bidang kesehatan tahun 2017 lalu. Ronaldus Asto yang berasal dari Tambolaka, kabupaten Sumba Barat Daya, ini tergerak untuk turut berkontribusi memutus rantai tragedi akibat perdagangan manusia di kampung halamannya.
Seperti diketahui, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu kantong pekerja migran dari Indonesia. Tapi, Ronaldus Asto tak mengira nasib mereka begitu buruk. Suatu hari, pada 2014, semasa Asto kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana, Kupang, dia diminta seorang dosen dari Kampus Unwira Kupang, untuk menjemput korban human trafficking yang telah disekap selama 3 bulan.
Ia kaget mendapati 15 korban tersebut, kebanyakan perempuan, dalam keadaan depresi dan tidak terurus. Pada tahun itu juga, pria 25 tahun ini bersama teman-temannya mendirikan Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan (J-RUK) Sumba.
“Organisasi ini merupakan wadah generasi muda yang didedikasikan untuk mengedukasi warga pedalaman di Sumba Barat Daya mengenai kesehatan dan perdagangan manusia,” ujar Asto saat berbicara dalam sesi pembukaan .
Sampai kini, mereka sudah memberikan berbagai penyuluhan mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan sosialisasi pencegahan human trafficking. Sebanyak 2.889 anak mendapatkan pembekalan mengenai kebersihan dan kesehatan, dan 5.307 orang dewasa sudah mendapatkan penyuluhan mengenai pencegahan praktik human trafficking.
Asto dan JRUK dengan konsisten mengedukasi masyarakat untuk mengetahui bahayanya perdagangan manusia serta dampak yang ditimbulkan bagi keluarga dan lingkungannya. Salah satu kegiatan utama mereka adalah memberikan edukasi masyarakat di berbagai fasilitas publik seperti sekolah, gereja, masjid dan desa-desa.
Bagi Asto, pendirian JRUK merupakan bentuk kepeduliannya kepada kampung halaman. Generasi muda lah yang dapat memajukan daerahnya sendiri.
“Ini panggilan kemanusiaan yang harus kita ambil. Kita tidak boleh berdiam diri. Sudah melihat sesuatu tapi tidak bergerak, itu harus ditanggalkan. Generasi muda harus bergerak bersama untuk mewujudkan Sumba lebih baik. Saya rasa, leluhur Sumba merestui gerakan kami,” jelas Asto.
Ke depan, Asto ingin mendirikan rumah singgah bagi anak-anak di Nusa Tenggara Timur, dia berharap dukungan dari pemerintah agar semakin banyak masyarakat yang terbantu.
Sementara itu, Ketum PWI Pusat, Atal S. Depari mengutarakan kebahagiaannya sebab Safari Jurnalistik PWI dari pertama hingga hari ketiga, selalu menghadirkan para legenda media, seperti Dahlan Iskan, Budiono Darsono (Presiden Komisaris Kumparan), dan Steve Christian (CEO Kapanlagi Group).
“Semoga akan ada Safari Jurnalistik keempat dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang terus bisa menginspirasi,” ujar Atal.
(merc; foto humaspwi