Visualindonesia, Bali,-
Masyarakat Pantai Goa Lawah Kabupaten Klungkung, Batur Unesco Global Park Kabupaten Bangli, Desa Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli, dan Destinasi Desa Wanagiri Kabupaten Buleleng diajak untuk melakukan kegiatan bersih-bersih, menata, dan mengecat kembali serta menyemprot disinfektan pada daerah wisata tersebut.
Gerakan Bersih, Indah, Sehat, dan Aman (BISA) di empat destinasi wisata di Bali tersebut diselenggarakan pada 17-19 Oktober 2020 lalu. Kegiatan ini sebagai upaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) meningkatkan kesiapan destinasi wisata dalam memasuki masa adaptasi kebiasaan baru.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Wisnu Bawa Tarunajaya mengatakan, gerakan ini merupakan inisiasi dan upaya menghadapi adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat yang produktif dan aman dari COVID-19.
“Kemenparekraf terus mendorong semua pihak untuk melakukan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) pada destinasi dan usaha pariwisata. Di Bali ada 4 destinasi yang dilakukan secara bersamaan. Sehingga pada saat rebound nanti, destinasi wisata di Bali sudah siap,” ujar Wisnu saat membuka Gerakan BISA di Pantai Goa Lawah Kabupaten Klungkung, Sabtu (17/9/2020).
Pada kesempatan yang sama Koordinator Kelembagaan Regional II Kemenparekraf Hendry Noviardi menjelaskan, gerakan ini dapat mendukung destinasi pariwisata untuk menerapkan prinsip higienis dan sanitasi yang baik.
“Gerakan bersih, indah, sehat, dan aman ini menjadi dorongan semangat bagi seluruh pemangku kepentingan di destinasi wisata, baik pengelola, wisatawan, maupun masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan di lingkungan destinasi wisata sehingga wisatawan menjadi merasa aman dan nyaman saat berwisata. Terlebih, Bali merupakan salah satu pintu masuk wisatawan,” ujar Hendry.
Selain di Pantai Goa Lawah Kabupaten Klungkung, masyarakat di Desa Wisata Penglipuran, Bangli, juga sangat antusias mengikuti Gerakan BISA yang dilaksanakan di salah satu desa wisata yang pada 2016 terpilih sebagai Desa Terbersih ke-3 Dunia versi Majalah Internasional Boombastic.
Sementara itu, Kepala Desa Adat Penglipuran Wayan Supat mengatakan Gerakan BISA bertepatan dengan dibukanya kembali desa itu setelah ditutup untuk wisata sejak Maret 2020 akibat pandemi Covid-19. Desa Adat Panglipuran sempat mendapat penghargaan ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) 2017 dengan peringkat terbaik untuk kategori pelestarian budaya pada 17 Oktober 2017.
“Kami mengajak lapisan masyarakat Penglipuran, mari kita bangun kerja sama dengan para stakeholders, dan yang paling penting masyarakat kita harus disiplin dan mematuhi protokol kesehatan agar wisatawan yang datang merasa aman,” ujar Wayan Supat.
Oleh karena itu, Gerakan BISA dinilai sangat penting dilakukan di destinasi wisata, agar objek wisata di Bali siap menyambut kembali wisatawan pascapandemi.
(mm; foto biro komunikasi kemenparekraf