Jakarta,-
Dunia tengah mengapresiasi hasil karya seni rupa di Indonesia, namun adanya lukisan palsu mencemarkan nama harum dunia kesenian di Indonesia. Siapa yang paling dirugikan oleh pemalsuan lukisan? Sudah pasti kolektor yang membeli lukisan palsu tersebut. Namun, dampak selanjutnya yakni kepada dunia seni rupa. Seberapa penting pemalsuan lukisan Indonesia diungkapkan, dan apa saja masalah yang bisa ditimbulkannya?
Polemik perdagangan lukisan palsu di Indonesia akhir akhir ini bergentayangan, sengaja dilakukan oleh oknum tertentu untuk meraup keuntungan dengan mengesampingkan originalitas karya seni.
PPSI sebuah organisasi pecinta seni di Indonesia mengadakan diskusi dan pameran lukisan, pada 17 September mendatang dengan menghadirkan pembicara Jean Couteau (Kritikus dan peneliti senirupa asal Perancis); Amir Sidharta (kritikus, kurator museum UPH); Aminuddin TH Siregar (kritikus, kurator dan staf pengajar ITB), serta Siont Tedja ( Pengamat lukisan asli palsu)
Sebelumnya Perkumpulan Pecinta Seni Rupa Indonesia (PPSI) menggelar pemaparan mengenai pemalsuan lukisan sekaligus menyelenggarakan bedah buku ‘Jejak Lukisan Palsu di Indonesia dan Pameran 26 Lukisan’. Bambang Bujono, kritikus dan editor buku tersebut mengatakan, bahwa praktik pemalsuan lukisan yang telah menjamur sejak puluhan dekade di Eropa telah ikut merambah di Indonesia. Bahkan penyebarannya kini begitu mengkhawatirkan.
Pemalsuan suatu lukisan dan mengakuinya sebagai karya pelukis lain membawa dampak negatif tidak hanya bagi para pekerja seni terkait, tetapi juga mengecohkan dan memanipulasi masyarakat sehingga penting sekali untuk memberikan edukasi kepada masyarakat melalui buku ini, tegas Ketua PPSI, Budi Setiadharma
Diskusi ini diharapkan dapat mendorong dunia seni rupa Indonesia supaya lebih mengutamakan itegritas dan keorisinilan suatu karya. (***mdtj ; foto muller