Festival Hantu Kelaparan: Ritual Sakral Masyarakat Tionghoa di Bulan Purnama Ketujuh

by -

Visualindonesia.com,-

Ketika bulan purnama ketujuh menggantung tinggi di langit malam, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia mempersiapkan diri untuk salah satu tradisi paling sakral dalam kalender spiritual mereka. Festival Cioko, yang jatuh pada tanggal 15, bulan ke-7 penanggalan Tionghoa, bukan sekadar perayaan biasa, ini adalah momen ketika batas antara dunia nyata dan alam gaib menjadi tipis, bahkan hilang sama sekali.

Dikenal juga sebagai Festival Hantu Kelaparan, tradisi berusia ribuan tahun ini mencerminkan kepercayaan mendalam bahwa pada bulan tersebut, pintu alam baka terbuka lebar-lebar. Para arwah, baik yang dikenal maupun tidak, dapat berkelana dengan bebas di dunia manusia selama satu bulan penuh. (Foto: Dudut Suhendra Putra)

Bagi masyarakat Tionghoa, tradisi ini bukan mitos belaka, melainkan realitas spiritual yang harus dihormati dan dihadapi dengan persiapan matang.
Atmosfer mistis ini menciptakan kehati-hatian luar biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Selama bulan hantu, aktivitas-aktivitas penting seperti pembukaan usaha baru, pernikahan, atau perjalanan jauh dihindari.
Dalam agama Khonghucu, ritual ini dikenal sebagai Jing He Ping, sebuah upacara sembahyang yang ditujukan untuk menghormati para arwah, baik leluhur keluarga maupun semua roh yang berkelana di dunia ini.
Perahu naga yang dibuat khusus dibakar sebagai kendaraan simbolis bagi para arwah untuk kembali ke alam mereka, sementara patung-patung dewa dibakar sebagai bentuk penghormatan tertinggi.
Di tengah modernisasi yang terus berlangsung, Festival Cioko tetap bertahan sebagai salah satu tradisi paling otentik yang menghubungkan generasi masa kini dengan warisan spiritual nenek moyang mereka.

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.