Visualindonesia.com,-
Upaya Indonesia untuk kembali meraih green card dari UNESCO bagi Kaldera Toba kini makin mantap, ditandai dengan pelaksanaan “The 1st International Conference: Geo tourism Destination Toba Caldera UNESCO Global Geopark 2025” di Parapat, Sumatra Utara, Selasa (8/7/2025).
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menegaskan, konferensi ini menjadi momentum penting dalam mengarusutamakan konsep geowisata berkelanjutan yang selaras dengan alam, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Dalam sambutannya, Menpar Widiyanti menyoroti bahwa Kaldera Toba bukan sekadar lanskap megah hasil letusan vulkanik ribuan tahun silam. Ia adalah representasi dari keharmonisan antara warisan geologi, kekayaan hayati, serta budaya masyarakat Batak yang terus hidup dan berkembang.
“Geopark Kaldera Toba merupakan wujud nyata visi pariwisata Indonesia. Sebuah destinasi yang menghadirkan harmoni antara alam, budaya, dan ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Letak Danau Toba di kawasan Cincin Api Pasifik menjadikannya unik secara geologis. Kaldera raksasa seluas lebih dari 7.000 km persegi ini terbentuk dari letusan dahsyat sekitar 7.400 tahun lalu.
Namun kekuatan Toba tak hanya pada bentang alamnya, tetapi juga pada keberadaan budaya lokal yang otentik serta potensi edukatif yang dimilikinya.
Menurut Widiyanti, status geopark bukan hanya bentuk perlindungan terhadap kawasan, melainkan peluang besar untuk memajukan edukasi, membangun ekonomi lokal, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar tanpa mengorbankan nilai-nilai kearifan lokal.
Tiga pilar utama geopark global yang dicanangkan UNESCO, perlindungan, edukasi, dan pembangunan berkelanjutan, menjadi pedoman utama pengelolaan destinasi ini.
Melalui pengembangan geowisata, potensi ekonomi yang inklusif dapat terwujud.

“Geowisata memungkinkan kita menciptakan lapangan kerja baru, mendorong inovasi lokal, dan menumbuhkan rasa bangga terhadap daerahnya,” tutur Menpar.
Ia menekankan pentingnya mengelola kawasan ini secara sadar dan berkelanjutan, bukan sekadar mengejar kunjungan wisata.
Kegiatan konferensi ini, lanjutnya, merupakan bagian dari langkah strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi kawasan Sumatra hingga 7,2 persen.
Danau Toba sendiri telah ditetapkan sebagai Destinasi Super Prioritas (DSP), menjadikannya fokus utama pembangunan pariwisata nasional.
Di sisi implementasi lapangan, Menteri Pariwisata mendorong pemerintah daerah agar memasang papan informasi edukatif di berbagai geosite kawasan Danau Toba. Hal ini bertujuan memberikan pengalaman belajar bagi wisatawan tentang proses geologi, formasi bebatuan, hingga nilai budaya lokal.
Gubernur Sumatra Utara, Muhammad Bobby Afif Nasution menambahkan, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam mengembangkan potensi wisata Toba.

“Keindahan ini bukan hanya untuk dinikmati mata, tetapi juga untuk menginspirasi pemikiran dan membangkitkan warisan budaya serta ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Menpar Widiyanti turut didampingi jajaran pejabat tinggi Kementerian Pariwisata dan menghadiri berbagai lokasi strategis di kawasan Toba.
Di antaranya Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba Parapat, The Kaldera Toba di Kabupaten Toba, Geosite Huta Ginjang di Tapanuli Utara, serta Desa Wisata Pearung di Humbang Hasundutan.
Dengan langkah konkret seperti ini, Indonesia berharap Kaldera Toba tak hanya kembali menyandang status geopark global yang aktif, tapi juga menjadi model pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis geowisata yang menyejahterakan masyarakat lokal sekaligus memperkuat citra Indonesia di mata dunia.
(*/vie; foto: dok. Kemenpar