Film Keluarga Berlatar Budaya Betawi ‘Banyak Anak Banyak Rejeki’, Libatkan Puluhan Artis Senior dan Junior

by -

Visualindonesia.com,-

Sutradara Tyas Asko kembali menggarap proyek ambisius dengan menghadirkan film komedi keluarga “Banyak Anak Banyak Rejeki” (yang Harus Dicari!) yang melibatkan puluhan aktor legendaris Indonesia.

Film produksi Black White Pictures ini mengangkat cerita berlatar budaya Betawi dengan pendekatan ensemble cast yang menggabungkan artis senior dan pendatang baru.

Produser sekaligus pemeran utama Fadli Fuad mengungkapkan konsep unik film ini dalam acara tasyakuran dan tumpengan produksi di P69 Jakarta Pejaten Barat, Kamis (19/6/2025).

“Film ini menggabungkan drama komedi romantis dengan muatan budaya lokal yang kental, khususnya Betawi dalam kenusantaraan,” ujar Fadli yang juga berperan sebagai aktor utama pria.

Keputusan melibatkan banyak aktor senior bukan tanpa alasan. Fadli mengaku memiliki misi khusus memberikan wadah bagi para artis legendaris untuk tetap berkarya.

“Ingin menjadikan Black White Pictures sebagai rumah khusus untuk para aktor legend. Di setiap film produksi kami, selalu banyak melibatkan artis-artis legendaris,” tegasnya.

Sutradara Tyas Asko menjelaskan pendekatan penyutradaraannya dengan konsep ensemble cast yang menantang.

“Meskipun beberapa peran tidak memiliki durasi panjang, saya ingin memastikan setiap aktor memiliki momen berkesan. Saya memberikan ruang kepada setiap aktor untuk tetap terlihat maksimal meski dengan screen time terbatas,” ungkap Tyas.

Film bergenre drama komedi romantis ini menghadirkan cerita ringan namun sarat makna tentang kekuatan keluarga dalam menghadapi tantangan hidup.

Kisah berpusat pada Babeh Rojali, seorang penggali kubur di pinggiran Jakarta yang bersama istri, Siti Juleha, membesarkan tiga anak dalam keterbatasan ekonomi. Filosofi “Banyak Anak Banyak Rejeki” menjadi pegangan hidup mereka, hingga suatu malam Bang Jali menemukan bongkahan emas saat menggali kubur di tengah hujan lebat.

Tyas Asko menekankan film ini bukan sekadar komedi penghibur, tetapi medium penyampaian nilai-nilai kekeluargaan yang hangat dan relevan dengan realita masyarakat Indonesia.

“Saya membangun komedi yang mengalir natural dari situasi, dialog, serta keunikan karakter masing-masing, menghindari gaya slapstick,” jelasnya.

Daftar pemain utama dipimpin Fadli Fuad (Hendrik), Elina Joerg (Ningsih Beethoven), Opie Kumis (Babeh Rojali), dan Hj. Elvy Sukaesih (Umi Siti Juleha). Puluhan artis pendukung turut terlibat, mulai dari Yatti Surachman (Nyai Lili), Ali Gohom, Harry De Fretes, Nugie, Bopak Castello, Ageng Kiwi, Eddie Karsito, hingga Daus Separo, menciptakan kolaborasi lintas generasi yang jarang terjadi dalam perfilman Indonesia.

Proses syuting film ini mengambil lokasi di kawasan Jakarta dan Bogor, dengan menampilkan karakter dari berbagai suku di Indonesia seperti Madura, Jawa Banyumasan, dan etnis lainnya.

“Dengan menggali budaya dan karakter suku Betawi, diharapkan memberikan pemahaman lebih mendalam tentang budaya Indonesia secara keseluruhan,” tambah Fadli.

Namun, kesuksesan produksi ini ternoda keluhan Fadli terhadap akses bioskop untuk film-film indie. Film sebelumnya, “Sumur Jiwo 1977” yang diproduksi tahun 2024 masih menunggu jadwal tayang di Bioskop XXI selama setahun.

“Kita diminta terus menunggu untuk mendapatkan slot penayangan. Sangat disayangkan pihak pengelola jaringan bioskop kurang memberi kesempatan bagi produser muda,” keluhnya.

Meski demikian, Citrus Sinema sebagai distributor internasional telah menunjukkan antusiasme menayangkan “Sumur Jiwo 1977” di beberapa negara Asia Tenggara dan Australia. Fadli memilih menahan penayangan internasional karena ingin masyarakat Indonesia lebih dulu menikmati karya anak bangsa.

Tim kreatif film ini diperkuat Kaka Endi sebagai penulis ide cerita dan skenario, Budi Utomo sebagai Director of Photography, Benjamin Aussie sebagai editor, serta BenQ sebagai penata musik. Produksi didukung PT. Malahayati Nusantara Raya dan PS Enterprise, menunjukkan kolaborasi lintas industri dalam mendukung perfilman nasional.

Black White Pictures yang sebelumnya memproduksi “Hantu Biang Kerok” (2009), “Persembahan Terakhir The Movie” (2015), dan “Sumur Jiwo 1977” (2024), kini bersiap melanjutkan konsistensi menghadirkan film berkualitas dengan sentuhan lokal yang kuat.

 (*/dra; foto: mm

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.