Visualindonesia.com,-
“Terkadang kita harus jadi brengsek… bukan untuk menyakiti, tapi untuk menetapkan batasan dan melindungi diri sendiri,” ungkap Jackson Wang.
Kalimat ini bukan hanya kutipan, tapi menjadi fondasi dari lagu barunya yang penuh muatan emosional: ‘GBAD’.
Lewat single alt-R&B terbarunya, Jackson Wang menegaskan transformasi besar dalam perjalanan musikal dan pribadinya. ‘GBAD’—akronim dari Good Boy Gone Bad—merupakan manifestasi artistik dari keberanian Jackson untuk berhenti menyenangkan semua orang.
Lagu ini dikemas dengan vokal khasnya yang intim dan dalam, berpadu sempurna dengan sentuhan jazzy rilisan produser peraih Grammy, Dem Jointz. Hasilnya? Sebuah karya musik penuh nuansa, sarkasme, dan kejujuran yang tak kenal kompromi.

Video musiknya, disutradarai oleh Rich Lee, memperkenalkan kembali alter ego “Magic Man” dalam latar surreal kota idealis. Di sana, ia terus-menerus diminta “menjadi penyelamat”—hingga pada akhirnya, muncul krisis eksistensial yang mencerminkan konflik batin Jackson sendiri. Dengan elemen dark comedy, visual ini memperdalam narasi lagu, menjadikannya lebih dari sekadar klip—ini adalah refleksi.
Karya ini menjadi jembatan menuju album mendatang, “Magic Man 2”, yang dijadwalkan rilis pada 2025.
Sebelumnya, Jackson telah memperkenalkan single ‘High Alone’—sebuah balada sendu tentang isolasi dan penghancuran diri—yang langsung meraih posisi #1 di Apple Music di 22 negara.
Album ini akan terbagi dalam empat babak, menggambarkan proses menghadapi kesedihan: mulai dari euforia penyangkalan, pergulatan identitas, pemberontakan terhadap ekspektasi, hingga ketenangan dalam penerimaan diri.

Jackson tidak hanya menulis dan memproduseri sendiri album ini, tetapi juga menjadikannya medium untuk menyuarakan konflik terdalamnya. Jika “Magic Man” adalah topeng yang membantunya menyembunyikan luka, maka “Magic Man 2” adalah proses melepas topeng itu, membuka ruang untuk kejujuran dan pertumbuhan.
Dengan lebih dari 100 juta pengikut di media sosial, Jackson Wang bukan hanya fenomena musik Asia—ia adalah ikon budaya global. Ditunjuk sebagai Creative Director untuk Nike dan Jordan, serta menjadi duta global merek-merek mewah seperti Louis Vuitton, Cartier, dan Hennessy, Jackson terus menjembatani dunia musik, fashion, dan anak muda.
‘GBAD’ bukan hanya lagu. Ini adalah pernyataan. Dan “Magic Man 2” tampaknya akan menjadi album transformatif yang bukan hanya menyuarakan kisah pribadi Jackson, tetapi juga menggambarkan pengalaman universal: tentang keberanian menjadi diri sendiri, meski harus terlihat “brengsek” di mata dunia.
(*/ell; foto ist