Tradisi Qunutan: Selongsong Ketupat Laris Manis di Pasar Palmerah

by -

Visualindonesia.com,-

Menjelang malam 15 Ramadhan, suasana Pasar Palmerah semakin ramai dengan warga yang berburu selongsong ketupat. Salah satu penjual, Yadi (53), tampak sibuk melayani pembeli yang datang silih berganti pada Jumat (14/3/2025). Selongsong ketupat yang dijualnya seharga Rp 10 ribu per ikat berisi 10 buah ini menjadi barang yang paling dicari oleh masyarakat Jakarta yang masih memegang erat tradisi Qunutan. (Foto: Dudut Suhendra Putra)

Qunutan, atau tradisi memasak ketupat pada malam 15 Ramadhan, merupakan kebiasaan turun-temurun yang masih lestari di berbagai daerah, termasuk di ibu kota.
Momen ini menjadi simbol rasa syukur sekaligus kebersamaan dalam keluarga, di mana ketupat yang telah matang akan disantap bersama lauk khas seperti opor ayam dan sambal goreng hati.
“Setiap tahun, menjelang Qunutan, permintaan selalu meningkat. Banyak pelanggan tetap yang datang mencari selongsong ketupat di sini,” ujar Yadi, yang telah berjualan lebih dari satu dekade.
Selongsong ketupat dibuat dari anyaman daun kelapa muda yang dipesan langsung dari produsen di daerah Bekasi dan Tangerang.
Para pedagang menyebut, tradisi ini tetap bertahan karena masyarakat masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kebersamaan dalam berbuka puasa.
Di era modern, meskipun banyak makanan instan tersedia, ketupat tetap menjadi primadona saat momen spesial seperti Qunutan dan Idulfitri.
Tak hanya sekadar makanan, ketupat memiliki makna filosofis mendalam, seperti simbol kesabaran dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa.

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.