Visualindonesia.com,-
Butuh waktu lebih dari 5 tahun Sunil Soraya untuk merampungkan cerita film “Catatan Harian Menantu Sinting” yang bakal tayang di Bioskop mulai 18 Juli 2024.
Selaku produser dan juga sutradara di film itu, Sunil mengatakan, tidak mudah menterjemahkan cerita novel yang diangkat ke dalam suatu visual film di mana setiap inci suatu adegan harus diperhitungkan.
“Membuat suatu film harus melihat dari seluruh aspek dan dari hati sehingga menghasilkan suatu maha karya. Seperti film “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”, terbukti diterima oleh masyarakat yang ditandai dengan meraih jutaan penonton,” ujar Sunil Soraya.
Film “Catatan Harian Menantu Sinting” merupakan cerita yang sangat dekat dalam kehidupan kita terutama di masyarakat Batak.
Kejelian Sunil Soraya melihat cerita ini membuat semangat menggebu-gebu untuk mengangkatnya ke layar lebar.
Dari mulai membedah skenario, pemilihan pemain sampai sutradara pun dilakukan sendiri karena beliau tidak ingin melewatkan setiap jengkal dari proses film ini.
Film “Catatan Harian Menantu Sinting” menceritakan tentang problematika pasangan baru yang tinggal bersama mertua.
Hampir semua pasangan mengalami hal yang sama, di mana penyesuaian antara menantu dan mertua, sehingga menemukan titik kesamaan.
Cerita yang sangat dekat dengan masyarakat, membuat Sunil Soraya begitu mementingkan inti dan alur cerita.
Dalam masa pre-production Ariel Tatum dan Raditya Dika melakukan kegiatan reading lebih dari 5 bulan, ini merupakan keseriusan mereka dalam pendalaman materi untuk menjiwai karakter dan membangun chemistry di antara mereka berdua.
Sunil Soraya terjun langsung dalam proses pendalaman karakter ini, dari mulai hal yang terkecil seperti Raditya Dika harus mengubah gaya berjalan menjadi karakter Sahat yang di perankannya.
Sedangkan Ariel Tatum harus mendalami perannya dari mulai gaya tubuh, ekspresi menanggapi masalah, reaksi spontan, dan kesabarannya menjadi karakter Minar didalam film “Catatan Harian Menantu Sinting”.
Film ini dibalut dengan apik melalui soundtrack dari Batas Senja yang berjudul ‘Terima Kasih’ dan ‘Mungkin Belum Sekarang’, membuat film ini lebih berwarna dan begitu menarik untuk dinikmati.
Dalam pembuatan lagu ini, mereka selalu berkomunikasi agar menghasilkan lirik dan melodi yang tepat untuk film ini.
Sinopsis
Aku Minar. Ini cerita cintaku dan Sahat (dan Mamak Mertua). Ditambah latar belakang keluarga besar Batak yang penuh drama. Seru, ngeselin, dan pastinya gemesin, bikin pengen nyakar aspal.
Aku dan Mama Mertua punya kepercayaan berbeda tentang cinta.
Buatku, cinta adalah quality time dan komunikasi. Sedangkan buat Mamak Mertua, cinta adalah kehadiran anak laki-laki di tengah pernikahan sebagai penerus marga.
Karena itu, sejak awal pernikahan, Mamak Mertua tidak pernah bosan menagihku untuk memberikan seorang cucu laki-laki.
Dan karena belum punya cukup uang, terpaksa aku dan Sahat tinggal di rumah Mamak Mertua dan dihadiahi ranjang peninggalan Opungnya Sahat.
Ranjang itu disebut ‘Ranjang Keramat’ oleh Mamak Mertua, karena satu minggu tidur di ranjang itu, dia langsung hamil Monang, anak pertamanya.
Aku punya sebuah agenda. Aku mau mengajak Sahat keluar dari rumah Mamak Mertua. Aku mau memiliki rumah sendiri, tanpa campur tangan Mamak Mertua.
Tapi, apa mungkin Mamak Mertua mengijinkan aku dan Sahat keluar dari rumahnya sebelum kami memberikan Mamak Mertua seorang cucu laki-laki?
(hro; foto hro