Visualindonesia, Garut,-
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Maskut Farid mengatakan, pihaknya akan mencoba mengintervensi kasus stunting dengan bubuk daun kelor seperti gagasan yang disampaikan HaloPuan setelah program Bulan Pencarian Balita Stunting selesai dilaksanakan pada Juni 2022.
“Kami akan mengundang HaloPuan untuk bersama melakukan intervensi,” ujarnya.
Hal itu dikatakan Maskut dalam kegiatan Gerakan Melawan Stunting yang diselenggarakan oleh HaloPuan dan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Garut di GOR Desa Wanaraja, Kecamatan Wanaraja, pada Jumat, 10 Juni 2022. Dalam kegiatan ini, diundang sekitar 170 warga sasaran, yang terdiri dari ibu menyusui, ibu hamil, balita dengan kondisi stunting, dan kader posyandu dari dua desa, yakni Wanaraja dan Wanajaya. Selain mendapatkan penyuluhan tentang bahaya stunting dari Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Tri Cahyo Nugroho, peserta juga memperoleh informasi tentang kekayaan nutrisi daun kelor dan cara mengolahnya menjadi bubuk dari HaloPuan.
Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan Garut memiliki angka prevalensi stunting 35,2 persen. Ini angka yang melampaui angka rata-rata stunting dunia (20 persen) dan stunting nasional (30,8 persen).
Pada tahun ini, Pemerintah Kabupaten Garut berupaya memperbarui data dengan melakukan program Bulan Pencarian Stunting. Pemkab menugaskan puskesmas di seantero Garut dengan kader-kader posyandu sebagai ujung tombak di desa-desa. Dengan dibekali alat ukur standar WHO, para kader melakukan penimbangan dan pengukuran terhadap sekitar 215 ribu balita di Garut.
Hingga 10 Juni 2022, sudah 75.258 balita atau 30 persen yang ditimbang di 442 desa dan 42 kecamatan. Hasil sementara menunjukkan 12.593 balita mengalami kondisi stunting atau sebanyak 19,3 persen. Di Kecamatan Wanaraja, ada 262 balita stunting dari 907 balita yang telah ditimbang atau 28,9 persen.
“Di Jawa Barat, Garut salah satu yang tertinggi (angka stunting),” kata Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Garut, Rahmat Wibawa yang juga hadir dalam kegiatan Gerakan Melawan Stunting. Oleh karena itu, Rahmat menyatakan kegiatan yang digagas lembaga Ketua DPR RI Puan Maharani ini sangat penting karena pengentasan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah. “Kegiatan seperti ini bisa meningkatkan pemahaman masyarakat agar bisa mengubah pola makan dan pola asuh.”
Apresiasi juga disampaikan oleh Camat Wanaraja, Mia Herlina. “Apa yang dilakukan HaloPuan ini luar biasa karena telah menjangkau 25 titik di Jawa Barat (lima titik di antaranya di Kabupaten Garut–red),” katanya dalam sambutan pada kegiatan Gerakan Melawan Stunting.
Koordinator HaloPuan, Poppy Astari menjelaskan bahwa Gerakan Melawan Stunting lahir dari kekhawatiran Puan Maharani kepada generasi penerus bangsa.
“Jika tidak segera ditangani, stunting akan mempengaruhi perkembangan kognisi anak-anak kita, padahal merekalah yang akan menjadi sumber daya manusia saat Indonesia memasuki usia emas 100 tahun pada 2045,” kata Poppy.
Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Garut yang juga anggota DPRD Kabupaten Garut, Yudha Puja Turnawan, berterima kasih kepada HaloPuan yang tidak pernah lelah jika diminta datang ke Garut. Dia menjelaskan sudah lima desa yang disambangi HaloPuan bersama DPC PDI Perjuangan, yakni Sukajaya dan Sanding di Kecamatan Malangbong, Sukamentri di Garut Kota, Sukalarang di Sukawening, dan Wanaraja.
“Terima kasih, HaloPuan! Jangan kapok!” seloroh Yudha.
Dampak dari Gerakan Melawan Stunting ini sudah dirasakan di sejumlah tempat. Antara lain, menurut Yudha, Pemkab Garut telah menjadikan bubuk daun kelor sebagai salah satu item dalam Paket Makanan Tambahan yang akan diberikan di posyandu. “Kelor ini sudah diakui sebagai superpangan karena kandungan gizinya sangat tinggi.”
Gerakan Melawan Stunting diakhiri dengan pemberian Paket Makanan Tambahan, di antaranya 400 gram bubuk daun kelor dari HaloPuan dan 10 butir telur dari DPC PDI Perjuangan kepada setiap peserta. “Alhamdulillah saya jadi tahu bahwa daun kelor itu bisa diolah untuk ibu menyusui supaya lancar ASI-nya dan banyak manfaatnya untuk anak karena bisa diolah menjadi banyak menu dan dicampur dengan banyak makanan,” kata Nurfahmi, seorang ibu dari balita berusia 13 bulan.
(drel; foto dudutsp