Visualindonesia, Jakarta,-
Dalam upayanya memperkenalkan wastra Indonesia ke mancanegara, komunitas Pelangi Wastra Indonesia atau PWI, menggelar konvensi dan peragaan busana karya 10 anggotanya yang konsisten menggunakan wastra sebagai bahan utama karya mereka.
Acara yang digelar di Goodrich Suites di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin, 24 Januari 2022 itu, mengusung tema ‘Heritage of Indonesia’. Kegiatan tersebut berupa pameran, exhibition dan talkshow. Hadir dalam acara tersebut perwakilan dari beberapa kementerian dan juga duta besar.
Di event kedua ini, Pelangi Wastra Indonesia menampilkan karya-karya dari Gita Orlin, Dwi Lestari Kartika, Lala Gozali, Putri Permana, Leny Rafael, Fia Prasetyadi, Riris Ghofir, Adelina, Ning Santoso dan Nyindhi Citra Asara.
Sri Suparni Bahlil, istri dari Menteri Investasi Indonesia merangkap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia yang hadir di acara tersebut, menyambut baik kegiatan yang digagas para desainer pimpinan Leny Rafael, perancang busana yang konsisten memperkenalkan karya wastra ke mancanegara.
Menurut Sri, wastra bukan sekedar kain, bukan sekedar pakaian yang dikenakan, tetapi di dalamnya terdapat simbol dan pesan yang dapat menjadi media komunikasi melalui pakaian yang kadang sulit diukur secara materi.
“Pandemi Covid-19 berdampak pada semua sektor, bukan pada sektor ekonomi saja, hampir semua sektor mengalami keterpurukan. Tapi tidak serta merta kita menjadi stag. Kegiatan ini membuktikan bahwa kita turut andil membantu pemerintah menumbuhkan perekonomian dari segi produk-produk kreatif,” ujar Sri Suparni.
Sri Suparni yang juga pernah melakoni industri fashion berharap, semua anggota Pesona Wastra Indonesia bisa terus berkarya, dan produk-produk yang dihasilkan bukan hanya diminati di tingkat nasional saja, tentunya harapan kita semua bisa go internasional.
“Sebagai pecinta wastra nusantara, saya turut bangga atas digelarnya acara Heritage of Indonesia yang menajdi salah satu cara kita untuk merawat warisan budaya kita. Dengan wastra, kita dapat memahami betapa kayanya kebudayaan kita,” paparnya.
Ketua Pelangi Wastra Indonesia, Leny Rafael merasa bangga dan berterima kasih atas dukungan dan support semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini. “Pelangi Wastra Indonesia PWI akan terus memperkenalkan kreasi busana etnik Indonesia ke mancanegara agar Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi kiblat fashion di dunia,” katanya.
Menurut Leny Rafael yang telah ikut fashion show di banyak negara, kekayaan dan keragaman wastra Indonesia telah dikenal dan sering menjadi duta budaya bangsa di mancanegara. Ragam motif dan tekturnya memiliki latar belakang dan filosofi yang mengandung kearifan lokal telah dikagumi warga dunia.
“Kami yang peduli dengan pelestarian dan pengembangan wastra Indonesia mencoba menghadirkan kreasi-kreasi berbasis adat ini agar wastra Indonesia diterima oleh masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia dan d sukai masyarakat global,” harapnya.
Riris Ghofir mengangkat tema Wastra Indonesia The Beauty of Tenun Gresik dengan jenis kain Tenun Wedani Gresik yang dibuat dengan sistem ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin) yang menghasilkan tenun dan songket dengan sentuhan kearifan lokal.
Leny Rafael mempersembahkan Kersen, memakai kain batik tulis koleksi dari Batik Warisan seri buah-buahan, yang menggambarkan keindahan, kecantikan dan kemuliaan. Dengan warna-warna pastel juga model kekinian, yang semakin membuat batik menjadi fashionable di kalangan milenial.
Nydi Citra Asara mempersembahkan Elegant Ethnic, dari kain tenun Endek Bali dipadukan dengan lace dan sifon motif. Menampilkan corak dan warna beragam ditambah styling yang anggun, membuat koleksi Nydi terlihat elegan sekaligus kekinian.
Sementara Adelina mempersembahkan Mix and Match Tenun Garut. Dengan perpaduan kain satin dan tile pada Tenun Garut memperlihat karya busana yang dikemas modern.
Desainer Putri Permana mempersembahkan Uniqly Sumba. Mengangkat keunikan motif pada kain tenun Sumba yang dipadu dengan keindahan desain di setiap produknya.
Adapun Lala Gozali mempersembahkan Cheerful of Lurik, menampilkan tenun lurik ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang sangat indah dengan padupadan gaya modern, diharapkan lurik akan terus lestari dan dikenal di mancanegara.
Desainer Fia Prasetyadi mempersembahkan semarak Batik Lasem, memadukan kain plisket, satin juga ceruty pada kain Lasem membuat koleksi kali ini terlihat unik.
Kain Lasem sendiri menggambarkan hasil akulturasi antara budaya Jawa dan Tiongkok. Lewat karya Fia kali ini diharapkan bisa membuat semakin dikenalnya budaya Indonesia di industri busana dunia.
Desainer Dewi Lestari Kartika mempersembahkan Touch of Ikat. Terinsiprasi dari motif kain Ikat Flores, Nusa Tenggara Timur, yang dibordir dan dipadupadankan dengan sentuhkan silk, membuat koleksi yang didominasi warna alam tersebut semakin cantik dan elegan.
Sedangkan desainer Ning Santoso menghadirkan The Greatful of Tenun. Kain tenun Nusa Tenggara Barat dikombinasikan dengan kain brokat, satin dan tile serta aplikasi payet. Paduan tersebut memancarkan keanggunan dan kemewahan bagi pemakainya. Kemudian Gita Orlin yang mengangkat tema Ethnic Diversity. Terinspirasi dari motif Tenun Sumba dan batik.
(dra; foto mm