Visualindonesia, Boven Digoel,–
Klinik Asiki terus berperan aktif dalam menangani isu kesehatan di Indonesia bagian Timur, termasuk kasus malaria. Tanggung jawab sosial ini terutama difokuskan di Boven Digoel yang merupakan bagian wilayah kerja Tunas Sawa Erma (TSE) Group.
Klinik Asiki merupakan bagian dari Corporate Social Contribution (CSC) TSE Group di bidang kesehatan. Berada di Desa Asiki, Boven Digoel, Papua, Klinik Asiki beroperasi selama 24 jam. Tidak hanya melayani kunjungan pasien, para dokter dan tenaga medis sering mengadakan penyuluhan kesehatan melalui radio dan sekolah hingga pelosok desa.
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk menekan tingkat penyebaran malaria. Salah satunya, menggencarkan kelambunisasi, yakni memberikan secara cuma-cuma kelambu dengan kandungan insektisida yang mampu membunuh nyamuk secara langsung.
Klinik Asiki mencatat, sejak 2010 hingga kini sudah lebih dari 15.000 lembar kelambu yang dibagikan ke masyarakat sekitar. Sebanyak 1.300 di antaranya diberikan pada tahun lalu.
Program fogging serta terus memberikan edukasi dan promosi untuk mencegah peningkatan kasus malaria juga terus dilakukan Klinik Asiki. Kegiatan ini dilakukan dengan menggandeng fasilitas kesehatan lain, termasuk Puskesmas di kawasan Boven Digoel.
Manajer Klinik Asiki dr. Firman Jayawijaya menjelaskan, rangkaian program yang dilakukan telah membuahkan hasil signifikan. Ia melihat penurunan jumlah kasus malaria dibandingkan saat awal bergabung dengan layanan kesehatan Korindo Group pada 2005.
Saat itu, dr. Firman harus berjuang tiap minggu untuk menghadapi kasus malaria yang kerap menimbulkan korban meninggal dunia.
Dr. Firman mencatat, pada 2010, sudah tidak ada kematian akibat malaria. Hanya ada kasus 24 orang yang terkena malaria pada 2019 dan jumlah ini menurun drastis dibandingkan dua tahun sebelumnya yang mampu mencapai 60 orang dan 79 orang.
Tren penurunan terus terjadi. Data terbaru yang disampaikan dr. Firman menunjukkan, jumlah kasus malaria yang ditangani Klinik Asiki pada 2020 sekitar 25 buah. Sementara itu, hingga pertengahan tahun ini, sekitar delapan orang terkena malaria.
Sebagian besar kasus ini juga bersifat impor atau berasal dari luar area kerja TSE Group. Misalnya, mereka yang kebetulan berkunjung ke sanak keluarga di perusahaan. Beberapa di antara mereka memiliki keluhan dan setelah melewati pemeriksaan di klinik Asiki, ternyata menderita malaria. Artinya, dr. Firman menyebutkan, tidak semua kasus malaria tercatat berasal dari wilayah perusahaan.
Dengan konsistensi program pencegahan dan penanganan yang cepat dari Klinik Asiki, tren positif tersebut terus berlangsung.
“Saat ini, kasusnya tidak ada di semua klinik wilayah kerja Klinik Asiki,” ujar dr. Firman.
Walau terus menunjukkan tren penurunan, dr. Firman memastikan, Klinik Asiki tidak lengah. Dokter dan tenaga medis akan terus melakukan edukasi, penyuluhan dan memberikan berbagai bantuan kepada warga setempat.
Peralatan modern layaknya rumah sakit di kota besar dan sumber daya manusia yang profesional pun telah disiapkan untuk melayani kebutuhan penanganan malaria.
(*/vie; foto ist