Visualindonesia, Jakarta,-
Kemenparekraf mengajak pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk memanfaatkan berbagai platform digital dalam menangani komunikasi krisis kepariwisataan.
Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf, Agustini Rahayu, dalam acara Training of Trainers yang bertajuk ‘Manajemen Komunikasi Krisis Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk Unsur Pentahelix Parekraf Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, serta Biro Komunikasi Kemenparekraf’, Selasa (10/11/2020), mengatakan digitalisasi tidak bisa dihindari penggunaannya dalam melakukan komunikasi krisis. Sebab, digitalisasi dapat mempermudah penyampaian pesan ke publik dengan lebih cepat dan aktual.
“Digitalisasi tidak bisa kita hindari untuk melakukan komunikasi krisis, dan saya berharap pelaku parekraf lebih mengaktifkan platform digital walau hubungan person in person di dalam dunia pariwisata karena itu tidak bisa tergantikan,” ujar Agustini.
Dalam memaksimalkan digitalisasi untuk penanganan manajemen krisis ini juga diperlukan teknik tertentu. Seperti selalu menganalisis apa yang sedang dibicarakan oleh publik di media sosial, hingga cara menyampaikan pesan yang menarik dan jelas.
“Penggunaan caption yang tidak terlalu panjang dan menarik juga akan sangat efektif untuk melakukan komunikasi yang baik,” ujar Agustini.
Peneliti Media Digital dan Komunikasi, Detta Rahmawan, mengatakan copywriting dalam komunikasi krisis sangat diperlukan. Sebab hal tersebut akan berpengaruh terhadap reaksi netizen di media sosial.
“Kita harus bisa menulis dengan menggunakan tone komunikasi yang tepat, humanis empati, dan menyampaikan harapan. Kita juga bisa memberikan gambaran pesan yang tulus, tidak berlebihan atau dibuat-buat. Jadi bisa menggunakan pesan yang singkat, padat, mudah diingat, dan hindari jargon yang kaku. Penting sekali untuk selalu memperhitungkan reaksi dari khalayak,” ujar Detta.
Detta juga menjelaskan, untuk memudahkan penyelesaian konteks krisis hingga menentukan strategi komunikasi yang tepat, juga diperlukan penelusuran perbincangan digital. Caranya dengan menggunakan aplikasi untuk monitoring media sosial, berita online.
“Ada platform-platform analisis yang bisa membantu kita yang dapat mempelajari perbincangan-perbincangan yang ada di dunia digital. Media sosial bisa kita gunakan untuk strategi komunikasi kita ke depannya, terutama dalam hal krisis. Kenapa? karena dalam krisis komunikasi itu kadang-kadang apa yang menjadi krisis itu bisa dimulai dibicarakan oleh banyak orang luar sana dan kemudian kita bisa menangkap itu,” ujar Detta.
Sementara itu, Tenaga Ahli untuk The World Bank, USAID, dan Kemenparekraf, Kunto Adi Wibowo, mengatakan, meskipun komunikasi tidak dapat menyelesaikan semua hal, namun setidaknya komunikasi menjadi penting untuk mencari solusi bagi sebuah masalah.
“Komunikasi tidak dapat menyelesaikan semua hal, tapi pentingkanlah komunikasi. Walaupun dia bukan menjadi obat segala permasalahan. Dengan komunikasi yang baik kita mendapati strategi komunikasi untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada,” ujar Kunto.
(ril/dra; foto biro komunikasi kemenparekraf