Visualindonesia, Jakarta,-
Ruang gerak musik Indonesia masih belum bisa bebas seutuhnya, tertahan sementara karena pandemi Covid-19. Namun, situasi yang masih tak menentu ini malah membuat para pelakunya kian membongkar celah kreativitas. Tidak terkecuali label rekaman Sun Eater dan Baskara Putra lewat moniker musiknya Hindia.
Terhitung hingga pertengahan 2020 ini, lagu-lagu Hindia dari album debut ‘Menari Dengan Bayangan’ (2019) terbilang sukses. Lagu berjudul ‘Secukupnya’ digubah ulang oleh produser andal Dipha Barus. ‘Rumah ke Rumah’, ‘Evakuasi’, dan ‘Evaluasi’ dirilis secara satuan dalam bentuk video musik yang apik.
Khusus untuk lagu berjudul ‘Evaluasi’, menggunakan format gubahan lain ala permainan Animal Crossing maupun reprise. Sayangnya, mau tidak mau cerita panjang dari ‘Menari Dengan Bayangan’ harus bertemu pengujungnya. Karena pada Rabu (15/7), Hindia resmi menutup era album tersebut lewat sebuah lagu terbaru berjudul ‘Setengah Tahun Ini’.
Sesuai dengan judulnya, “Setengah Tahun Ini” bercerita tentang manifestasi diri seorang Baskara Putra selama satu semester 2020.
“Awalnya, lagu ini ditulis sebagai sebuah karya responsif dalam melihat kejadian besar yang berlangsung selama setengah tahun 2020. Lagu ini kemudian malah merangkum apa yang saya rasakan secara sosial dan pribadi selama enam bulan ke belakang,” jelas Baskara.
Dalam proses penulisannya, diputuskan bahwa ‘Setengah Tahun Ini’ menjadi lagu untuk menutup era ‘Menari Dengan Bayangan’, ini merupakan alasan mengapa banyak lirik dalam lagu ‘Setengah Tahun Ini’ yang mengutip lirik-lirik lain dari album ‘Menari Dengan Bayangan’.
Dalam ‘Setengah Tahun Ini’, beberapa catatan kejadian besar tanah air semacam lika-liku penanganan pandemi, omnibus law yang bergerak secara senyap, kredibilitas staf khusus Istana yang dipertanyakan, sampai rasa kehilangan besar mendiang Glenn Fredly kembali dimunculkan.
Semua kejadian lingkup sosial tersebut dipadankan dengan catatan kejadian besar milik Baskara pribadi, yakni dirundungnya ia oleh kebengisan cancel culture di dunia maya.
Baskara menyampul cerita-cerita tersebut dengan sikap penerimaan diri yang ia pernah curahkan di ‘Menari Dengan Bayangan’. Untuk itu, akan ada lagi potongan lirik dari repertoar Hindia sebelumnya seperti “Ku ingin melihatmu esok hari” (Evaluasi), “Aku hanya ingin ketenangan” (Evakuasi), “Semua yang sirna kan’ nanti terganti” (Secukupnya/Belum Tidur), hingga “Menarilah dengan bayangan sendiri” (Mata Air).
Dalam muatan aransemen atau musik, ‘Setengah Tahun Ini’ memiliki asupan yang segar meski masih menjadi bagian dari perjalanan ‘Menari Dengan Bayangan’. Terdapat lapisan paduan suara yang menemani lajunya lagu ini, seakan turut membangun secara limpah ruah rasa mawas diri.
Ada pula sisipan vokal serupa gaya rap selayaknya upaya penegasan cerita yang praktis. Kedua elemen ini ditulis, direkam, dan dinyanyikan sendiri oleh Baskara dengan kembali membaurkan polesan sejawat musiknya yaitu Rayhan Noor, Wisnu Ikhsantama Wicaksana, dan Kunto Aji.
“Pada format awal, ‘Setengah Tahun Ini’ lebih ‘mirip’ disandingkan dengan berbagai lagu-lagu folk/akustik milik Iwan Fals atau ‘Membasuh’ jika disandingkan dengan katalog milik Hindia sendiri,” kata Baskara.
Namun dirombak ulang saat akhirnya tercetus ide untuk menciptakan sebuah aransemen track yang menggunakan progresi chord dan elemen yang belum pernah digunakan oleh Hindia sebelumnya di ‘Menari Dengan Bayangan’.
Hindia pun menyimpulkan, “Dalam menulis ‘Setengah Tahun Ini’, walau menggunakan contoh kejadian sosial maupun pribadi yang spesifik, saya ingin menggunakan lagu ini sebagai sebuah refleksi pribadi atas apa saja yang terjadi selama setengah tahun 2020 dan menggunakannya untuk menjadi pembelajaran di setengah tahun mendatang.”
(drel; foto ist