Visualindonesia, Mataram,-
Sirra Prayuna, Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Mataram (IKA Unram), sekaligus owner de la Sirra Cafe and Resto meminta pemerintah daerah dan pemerintah pusat agar melakukan percepatan kembali pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang saat gempa meluluhlantakan sektor perekonomian dan pariwisata.
Menurut Sirra Prayuna, dalam siaran pers yang diterima redaksi, Jumat (22/02/2019) menyebutkan, memang saat ini baik pemerintah daerah dan pemerintah pusat sedang melakukan percepatan pembangunan, rekonstruksi ulang dan rehabilitasi. Namun perlu digenjot lebih kencang lagi.
Sebab, kata Sirra, hingga bulan Februari 2019 atau enam bulan setelah gempa masih banyak pelaku usaha yang gulung tikar karena tak mampu menutupi biaya operasional dan membayar gaji pegawainya. Wisman dan wisnus turun drastis. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi melambat dan cenderung turun.
“Harapan kita adalah bagaimana caranya pemerintah daerah dan pemerintah pusat bisa mendorong kembali percepatan pariwisata. Baik itu melalui promosi di dalam maupun luar negeri, termasuk peninjauan ulang membayar pajak. Karena kondisi Lombok dan seluruh NTB saat ini sudah aman, nyaman, dan siap menerima wisatawan. Karena kami sudah berusaha bangkit kembali,” tegas Sirra di Mataram.
Para pelaku usaha termasuk cafe dan resto yang dimiliki Sirra pemasukannya menurun secara drastis. Meski demikian ujar Sirra, ada beberapa pelaku usaha yang masih terus coba bertahan dan tetap membuka lapaknya dengan menyasar wisnus seperti acara pemerintah daerah.
“Kita bersyukur masih dapat bayar listrik, dan karyawan. Itu pun harus nombok. Tetapi mau dibilang apa, inilah realitas yang kami hadapi. Pasca bencana gempa yang beruntun semua terpukul dan mati suri,” ujarnya.
Perlu menjadi catatan, kata Sirra, bahwasanya pariwisata di NTB itu terbilang menarik, unik dan komplit bila dibandingkan dengan daerah lain. Sebab, NTB memiliki destinasi wisata religi, budaya, kuliner dan lainnya.
Disarankan, potensi ini kembali dipromosikan ke mancanegara ke negara terdekat seperti kawasan ASEAN, khususnya Singapura dan Malaysia. Kemudian disusul Australia, Jepang, China, hingga kawasan Timur Tengah, dan Eropa. Sedangkan promosi untuk wisnus dapat dimulai dari Jakarta, Surabaya dan kota besar lainnya. Sebab secara statistik negara dan daerah tersebut penyumbang wisnus dan wisman paling tinggi.
“Pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pariwisata (Kemenpar) diupayakan mampu membuat terobosan baru yang lainnya seperti kelonggaran harga paket wisata. Kemenpar pun mesti mendukung, mendorong, dan mempromosikan event-event besar agar pariwisata NTB bangkit kembali lebih cepat,” ungkapnya.
Kemenpar, terang Sirra, perlu juga mengimbau kementerian/lembaga lain di tingkat pusat untuk menjadikan Lombok maupun NTB sebagai tempat pelaksanaan agenda Meeting Incentive Convention Exhibition (MICE) tingkat nasional dan internasional.
“Saya kira, baik Kemenpar maupun Pemprov NTB harus juga menggalakkan kembali millennial tourism dengan promosi digital sebagai kekuatannya untuk menggaet wisatawan millennial baik mancanegara maupun nasional,” harap Sirra.
Pada sisi lain, Sirra pun menyarankan agar dinas pariwisata provinsi NTB dapat menjalin kerja sama dan membuat MoU dengan dinas pendidikan dan kebudayaan dari daerah lain agar para pelajar SMU melakukan liburan sekolah ke NTB.
“Penerbangan langsung dari negara asal ke NTB pasca gempa pun mengalami penurunan drastis. Diharapkan pemerintah pusat termasuk Kemenpar dan Pemprov NTB perlu melakukan kerja sama lebih intensif lagi dengan beberapa maskapai dari negara asal wisatawan. Volumenya pun perlu ditingkatkan kembali dengan didukung harga yang relatif terjangkau untuk ke NTB,” tutup Sirra.
(ril/drl; foto ist