Visualindonesia, Jakarta,-
Belajar akting ternyata tidak hanya dibutuhkan oleh aktor profesional saja, namun hampir semua profesi butuh akting. Dengan belajar akting, rasa percaya diri akan semakin meningkat. Lewat tangan dingin aktor legendaris Didi Petet, para penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meningkatkan percaya diri dan menggali pengakuan tersangka melalui akting.
Hal itu terungkap dalam obrolan awak media dengan tim penulis buku “Buku Aktingnya Didi Petet” yang akan dirilis pada Sabtu (4/8/2018). Buku tentang teori akting maestro seni peran ini merupakan angin segar di tengah minimnya buku mengenai seni peran sekaligus akan mengobati kerinduan kita kepada sosok ‘Kabayan’.
“Buku Aktingnya Didi Petet” setebal 246 halaman yang ditulis Amato Assagaf ini bersumber dari wawancara Didi Petet oleh Yayu Unru, Amato Assegaf, Yehuda Gabriel , dan Faisal Aidid.
“Pengetahuan dan keahlian berakting itu sangat dibutuhkan oleh para penyidik KPK yang notabene banyak berasal dari kepolisian,”
Walaupun secara umum karya ini mirip manual book bagi aktor dan calon aktor, namun bila di telaah lebih dalam buku ini berisikan pernyataan-pernyataan filosofis dan pemikiran mendalam dari almarhum Didi Petet mengenai kehidupan.
“Buku ini menjangkau tidak hanya para aktor professional dan para professional bukan aktor, tapi juga siapa saja yang ingin berkenalan dengan Aktingnya Didi Petet,” ujar Amato Assagaf melalui saluran live streaming.
Buku ini cocok dibaca para calon aktor, para aktor, pecinta seni peran, atau siapa saja yang rindu akan sosok Didi Petet.
Yayu Unru, sutradara yang juga orang dekat Didi Petet membenarkan jika belajar akting itu tidak hanya dibutuhkan oleh aktor profesional saja, namun hampir semua profesi butuh akting.
Yayu Unru pernah ikut membantu menjadi staf pengajar saat Didi Petet memberikan pelatihan akting kepada para penyidik KPK. “Pengetahuan dan keahlian berakting itu sangat dibutuhkan oleh para penyidik KPK yang notabene banyak berasal dari kepolisian,” ujar Unru.
Lebih jauh Unru memaparkan, biasanya seorang penyidik yang berpangkat Mayor akan sungkan menginterogasi tersangka korupsi yang level jabatannya lebih tinggi, menteri atau jenderal misalnya. “Dengan belajar akting, rasa percaya diri para penyidik akan bertambah. Meskipun harus memeriksa seorang jenderal bintang tiga, dia tetap percaya diri,” ungkap Unru.
Selain itu, jika sudah bisa berakting, seorang penyidik bisa mengorek informasi lebih dalam atau bisa tahu, apakah orang yang diperiksanya itu berbohong atau tidak. “Bisa dilihat dari sikap dan cara biacaranya,” papar Unru.
Unru yang mengaku menjadi murid setia Didi Petet juga mengungkapkan jika timya juga terlibat dalam proses penyamaran para penyidik KPK. Bahkan mereka harus mempersiapkan wardrobe dan tata rias agar petugas KPK itu bisa melakukan penyamaran dengan sempurna.
Langkah awal penulisan buku ini telah dimulai semenjak 13 tahun yang lalu, dan penulis Amato Assagaf sendiri telah melakukan wawancara intensif dengan Almarhum Didi Petet secara langsung. Namun sayang proyek penulisan buku ini harus tertunda, dan baru dirampungkan setelah Didi Petet wafat pada 15 Mei 2015. Rampungnya proyek buku ini berkat bantuan dari Artha Graha Peduli dan Artha Graha Network.
Peluncuran buku ini merupakan salah satu dari rangkaian acara postfest IKJ 2018. Akan juga menampilkan nomer terbaru dari Sena Didi Mime, Toxic yang disutradarai oleh Yayu Unru.
Pemilihan Sena Didi Mime untuk mengisi acara peluncuran buku ini karena kelompok teater pantomime yang dibentuk oleh almarhum Didi Petet dan sahabat yang sudah lebih dahulu mendahuluinya Sena Utoyo pada tahun 1987. Pertunjukan Toxic berdurasi 45 menit ini mengambil tema mengenai pencemaran lingkungan.
Buku Aktingnya Didi Petet hadir bagaikan nasehat-nasehat tanpa pernah menggurui. Dedi Petet selalu mengingatkan bahwa akting bukan berpura-pura hingga aktingnya begitu indah mengalir menjadikan peran hidup dalam tubuhnya, maka tidak berlebihan rasanya apabila Didi Petet kita sebut sebagai salah satu aktor terbaik yang dimiliki Indonesia.
(fr/ayen; foto mm