Komite Oscar 2019 Kembali Bekerja
Christine Hakim Ketua, Marcella Zalianty Sekretaris

by -
Anggota Komite Oscar 2019, bersama Ketua Umum PPFI dan Kepala PusbangFilm Kemendikbud dalam rapat perdana Komite Oscar 2019

Visualindonesia, Jakarta,-

Academy of Motion Pictures Arts and Sciences (AMPAS), selaku penyelenggara gelaran Academy Awards atau Oscar, untuk kali kesekian menunjuk Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) untuk memilih satu film Indonesia, guna bertarung dikategori Best Foreign Language 2019.

Untuk mendapatkan satu film Indonesia yang akan diikutkan dalam Best Foreign Language 2019, anggota komite Oscar kategori Best Foreign Language, sudah mulai bekerja per tanggal 31 Agustus 2018.

H. Firman Bintang, Ketua Umum PPFI menunjuk artis dan produser film senior Christine Hakim sebagai Ketua Komite Oscar kategori Best Foreign Language 2019.

Anggota Komite Oscar 2018 berjumlah 13 orang, diantaranya Alim Sudio, Benni Setiawan, Christine Hakim, Fauzan Zidni, Firman Bintang, Hardo Sukoyo, Jenny Rachman, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Roy Lolang, Thoersi Argeswara, Yudi Datau, dan Zairin Zain.

Dikatakan H. Firman Bintang, penunjukan Christine Hakim sebagai Ketua Komite Seleksi Oscar 2019, demi menjaga kesinambungan penguasaan persoalan, setelah sebelumnya di tahun 2018 posisi serupa dia duduki.

Untuk memperkuat posisi Christine Hakim, Marcella Zalianty ditunjuk sebagai Sekretaris Komite. “Karena Christine Hakim adalah salah satu orang yang mengetahui persoalan film Indonesia, ” kata Firman Bintang di Jakarta, Selasa (31/7).

Firman Bintang juga berharap ajang Komite Oscar ditempatkan sebagai prioritas utama kegiatan PusbangFilm Kemendikbud.

“Sekaligus saya berharap tahun ini PusbangFilm Kemendikbud bisa mengirim delegasi ke ajang Oscar. Agar rabaan ihwal perkembangan film dunia makin jelas, plus bisa melakukan langkah lobby dan diplomasi dan lain-lain,” katanya.

Menurut Kepala Bidang Apresiasi dan Tenaga Perfilman, PusbangFilm Kemendikbud Sanggupri, di tahun kedua PusbangFilm terlibat dalam kegiatan ini, akan lebih total dalam memberikan dukungan ke Komite Oscar.

“Selama pemerintah memandang kegiatan Oscar sebagai riak-riak kecil di bidang Perfilman, itu adalah sebuah kesalahan. Karena Oscar lebih besar dari kegiatan FFI sekalipun. Karena Oscar adalah media untuk menginternasionalisasikan film Indonesia”

Selaras dengan tugas PusbangFilm Kemendikbud untuk terus memberikan apresiasi kepada film Indonesia. Salah satunya untuk mengalokasikan pendanaan promosi film Indonesia yang diikutkan dalam ajang Oscar. “Pemerintah juga ingin film Indonesia makin mendunia, ” kata Sanggupri.

Ditambahkan Dr. Maman Wijaya, Kepala PusbangFilm, pemerintah sangat mendukung dan memasukkan kegiatan Komite Oscar dalam kategori kegiatan penting.

Ihwal pengiriman delegasi ke Oscar, pihaknya siap berkoordinasi dengan Komite Oscar. “Pak Menteri siap menerima anggota Komite Oscar untuk melaraskan langkah bersama. Prinsipnya pak Menteri sudah well inform dengan Komite Oscar,” katanya.

Zairin Zain dari PPFI mengatakan Pedoman Pelaksaan Komite Oscar, menerangkan batas waktu tayang film yang dinilai Komite Oscar, mulai 1 Oktober 2017 sampai 30 September 2018.

Dia menambahkan, penunjukan anggota Komite Oscar berdasarkan pemilihan yang fair, berdasarkan kemampuan yang terukur bagi setiap warga negara Indonesia.

“Selama pemerintah memandang kegiatan Oscar sebagai riak-riak kecil di bidang Perfilman, itu adalah sebuah kesalahan. Karena Oscar lebih besar dari kegiatan FFI sekalipun. Karena Oscar adalah media untuk menginternasionalisasikan film Indonesia,” kata Zairin Zain.

Christine Hakim menerangkan, anggota komite Oscar kategori Best Foreign Language, akan bekerja marathon untuk menentukan film pilihan yang ditunjuk mewakili Indonesia.

Dia menambahkan, yang paling penting bagi Indonesia adalah bisa mempelajari sistem yang berlaku di Oscar.

“Kalau Iran bisa sangat diperhitungkan, kenapa Indonesia ngga bisa. Karena biasanya pemenang Foreign Film, filmnya sangat sederhana. Ihwal persoalan rumah tangga, dan bukan yang kolosal,” katanya.

Oleh karena itu, Christine mendukung program pengiriman delegasi Produser dan Sutradara film pemenang dari Indonesia kelak ke ajang Foreign Film, dan didampingi utusan PPFI dan PusbangFilm Kemendikbud. “Bukan untuk jalan-jalan, tapi belajar banyak tentang sistem di sana,” kata Christine Hakim.

Marcella Zalianti menekankan, dalam penilaian Foreign Film perlu menyatukan data dan informasi taste pemenang yang sudah ada. “Sehingga standarisasi yang kita gunakan untuk menilai film menjadi makin jelas,” katanya. Dia menambahkan, hambatan pendanaan seharusnya tidak menjadi kendala lagi bagi pemerintah untuk mendukung film Indonesia ke ajang internasional seperti Foreign Film.

Hal senada dikatakan Mathias Muchus. Menurut dia, jangan sampai kita kehilangan spirit untuk memajukan film Indonesia.

Karena semangat dan passion adalah segala galanya. Turunannya, semua elemen harus membantu Perfilman Indonesia.

“Karena ini tanggung jawab moral kita kepada anak-anak. Jangan sampai kita sudah masuk liang kubur tapi dimaki-maki. Tapi dipuji-puji oleh anak cucu kita,” katanya.

Hal senada dikatakan Thoersy Argeswara. Yang menekankan pentingnya lobbying. “Karena lobbying menjadi hal yang tak tertawarkan. Untuk itu, media-media di AS yang beredar di Oscar harus bisa kita tembus,” katanya.

(mm; foto ist

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.