Visual Indonesia, Jakarta,’
Film mini seri berkonsep ‘on demand’ di platform digital Astro GO di Astro First saluran 480 dan platform NJOI, bertajuk DO[S]A. Menjadi karya perdana Nusantara ‘An Astro Original Series’ dan dibandrol seharga RM 19.10 (termasuk 6% GST), di mana penonton boleh menikmati delapan episode (berdurasi satu jam untuk tiap episode). Judul tiap episode adalah; ‘Khianat’, ‘Tamak’, ‘Nafsu’, ‘Dengki’, ‘Derhaka’, ‘Fitnah’, ‘Munafik’ dan ‘Fitnah’ yang bersumber pada tagline DO[S]A, “Niat Tidak Menghalalkan Cara”.
Mini seri DO[S]A sarat dengan adegan yang mendebarkan, aksi mengejutkan dan ganas. Namun begitu, bumbu drama turut memperkuat pergolakan emosi, pengorbanan, ikatan kekeluargaan serta bibit percintaan, yang dibangun di film ini. Mini seri DO[S]A merupakan sinergi antara Arie Zaharie Production (Malaysia) dan Capitol Entertainment Production (Indonesia). Sekaligus menggabungkan Saniboey Mohd Ismail dan Salman Aristo, dua penulis skenario andal di masing-masing negaranya. Seperti diketahui Salman Aristo penulis skenario untuk karya-karya film box office seperti ‘Ayat-Ayat Cinta’, ‘Laskar Pelangi’, ‘Garuda di Dadaku’, ‘Sang Penari’ dan ‘Athirah’ bersama M Rino Sarjono (pada Festival Film Indonesia 2016 dianugerahi Penulis Terbaik).
Apalagi Sutradara terbaik FFI 2011, Ifa Isfansyah yang menyutradarai ‘Sang Penari’, ‘Garuda Di Dadaku’ dan ‘Pendekar Tongkat Emas’ turut mendirect film ini. Sedangkan Pengarah Koreografi adegan aksi untuk melatih dan mempersiapkan para aktor dan aktris dengan disiplin silat dan koreografi seni mempertahankan diri, melibatkan Cecep Arif Rahman yang juga menggarap aksi laga untuk ‘The Raid: Berandal’.
Dato’ Khairul Anwar Saleh menjelaskan bahwa, “Sejujurnya, saya berasa cukup teruja dengan karya DO[S]A ini kerana ia merupakan kerja sama sulung Astro yang melibatkan Malaysia – Indonesia dalam melahirkan siri original Nusantara premium eksklusif istimewa untuk tontonan ramai. DO[S]A turut merupakan karya pertama Nusantara yang kami tampilkan dalam slot ‘An Astro Original Series’.
DO[S]A bertabur bintang gabungan tiga negara yakni Malaysia, Indonesia dan Singapura seperti Dato’ M.Nasir, Remy Ishak dan Daniella Sya dari Malaysia, Ashraf Sinclair, Roy Marten, Maudy Koesnaedi, Hannah Al Rashid, Reuben Elishama dan Tegar Satrya dari Indonesia, serta Shenty Feliziana dan Hisyam Hamid dari Singapura.
Dalam pada itu, dirinya begitu berpuas hati dengan hasil akhir yang dihasilkan oleh tim produksi DO[S]A. Jalan ceritanya ternyata ‘luar dari kebiasaan’, cukup kompak dan ‘mind-blowing’. Ternyata, kerja sama dan keserasian yang tercetus di antara pemain utama di bahagian hadapan dan belakang naskah ini adalah sebuah kekuatan yang wajar diakui ramai publik. Bakat mereka ini terletak di kelasnya yang tersendiri dan saya yakin, gandingan sehebat ini mampu mencetuskan satu fenomena baru dalam industri seni serumpun khususnya.
Bahkan dari segi produksi, penggunaan visual efek khas dan aspek sinematografi yang dipersembahkan DO[S]A mampu memenangi hati penonton. Apalagi pemilihan aktor, scoring, penyutradaraan dan pengolahan cerita dibuat dengan baik sekali, tambah Dato’ Khairul.
Waktu syuting berlangsung selama 58 hari, dari bulan Juli 2017 hingga September 2017. Lokasi penggambaran rata-ratanya dilaksanakan di Jakarta (sekitar 90%) dan selebihnya di Malaysia termasuk di lokasi-lokasi utama sekitar Kuala Lumpur, Kampung Baru, Klang and Putrajaya.
Dalam waktu dekat akan datang, ‘Sembilan’, sebuah miniseri original besutan Malaysia – Indonesia yang bakal menemui penonton pada akhir tahun ini. Naskah bergenre horror ini akan memulai produksi pada bulan Mei 2018 mendatang dan diharapkan akan ada lebih banyak lagi sinergi dan projek serupa untuk dihasilkan di masa-masa berikutnya.
DO[S]A mengisahkan tentang empat beradik dibesarkan oleh bapak tunggal mereka, Latif (Dato’ M. Nasir), dengan nilai-nilai kesederhanaan, pegangan agama yang kuat, dan disiplin persilatan. Fuad (Ashraf Sinclair), Farid (Remy Ishak), Fahad (Hisham Hamid), dan Fara (Shenty Feliziana) hidup bersama bapak mereka di pelosok paling sunyi Kampung Baru, Kuala Lumpur.
Di situ, mereka menjalani kehidupan hampir tersembunyi dari masyarakat, berlatih ilmu persilatan hari demi hari. Seolah bersiap-siaga untuk menghadapi sesuatu. Rungutan mereka, terutama dari Fara yang semakin memberontak langsung tidak diindahkan oleh bapak mereka. Rutin harian yang memerlukan adik-beradik ini bertumbuk, bertendang dan berhayun parang sesama sendiri akhirnya turut mewujudkan ketegangan di antara mereka di luar gelanggang.
Perhubungan keluarga ini semakin bergolak apabila Fara berkenalan dengan seorang lelaki Indonesia, Arian (Reuben Elishama), yang tiba dari Jakarta semata-mata untuk berjumpa dengan Latif. Dalam usaha Arian melembutkan hati Fara untuk membawanya bertemu dengan Latif, mereka menjadi semakin rapat.
Menyadari akan hal ini, abang sulung Fara, Fuad yang seolah-olah mengetahui tujuan Arian mencari Latif menghalang Fara untuk terus bertemu dengan Arian. Fuad kemudian bertindak mengusir Arian pulang ke Jakarta. Menjanjikan bahwa Latif tidak mau lagi ada kaitan dengan ‘orang-orang seperti Arian’.
Berang dengan tindakan Fuad, Fara bertindak mengikuti Arian ke Jakarta, tanpa mengetahui bahaya yang menanti dirinya di situ. Sebaik sahaja Fara keluar daripada pintu ketibaan di lapangan terbang Jakarta, dia terus diculik, dihumban ke dalam van, lalu dikurung di dalam sebuah gudang.
Tidak mengetahui nasib adik mereka, Fuad, Farid dan Fahad dihantar Latif ke Jakarta untuk membawa adik mereka pulang. Di sana, ketiga-tiga beradik itu sering mendapati diri mereka diserang tanpa sebab yang pasti, sekaligus memaksa mereka untuk mempertahankan diri di dalam pertempuran-pertempuran yang ganas. Arian yang baru mendengar mengenai berita penculikan Fara turut berganding bahu membantu abang-abang Fara. Semakin lama mereka di Jakarta, semakin banyak yang mereka mula fahami tentang asal usul keluarga mereka dan siapa bapak mereka yang sebenarnya. Sebelum mereka sadari, mereka terjerumus di tengah-tengah pergelutan kuasa di dalam dunia kongsi gelap Jakarta. Hanya mereka yang mampu menamatkan perang ini, walau sebesar mana pengorbanan yang diperlukan.
(a yen; foto ar