Visual Indonesia, Jakarta,-
Ditengah-tengah kesemrawutan Festival Film Indonesia 2017 yang masih meninggalkan persoalan keabsahan legalitas Sensor Film bagi Film Baru yang menjadi nominator di 10 kategori, hingga plagiat semacam logo FFI 2017, serta penentuan organisasi – organisasi film yang menjadi Juri di FFI 2017.
Publik film Indonesia mendapat ‘oase baru’ dari hadirnya Minikino Film Week, Festival Film Pendek International Terbesar di Indonesia itu, yang baru usai diselenggarakan pada 17 Oktober 2017 lalu.
Apa sesungguhnya oase baru ini, yakni bagaimana sebuah Minikino Film Week menjadi Festival Film Pendek International Terbesar di Indonesia dan tahun ini memasuki tahun ke-3 penyelenggaraannya. Sebuah festival film pendek international yang dijalani dengan penuh dedikasi, idealis, cermat, responsibility, dan humanisme. Dan Minikino sayangnya tidak termasuk dalam organisasi-organisasi yang dianggap kompeten dalam peta perfilman Indonesia, khususnya oleh Panitia Juri Festival Film Indonesia 2017 (Bandingkan dengan organisasi film Cilacap dan Hello Motion).
Dimotori sejumlah penggila film pendek Indonesia seperti Made Birus, Edo Wulia, dan Fransiska Prihadi, Festival Film Pendek Internasional, dengan Pekan Film Minikino ke-3 (3rd MFW) telah berjalan dengan baik.
Terus menerus selama 8 hari (7 Oktober 2017 sampai 14 Oktober 2017), diselenggarakan di 17 tempat dan 1 Festival Lounge di Bali. Tercatat lebih dari 4.500 penonton hadir (atau naik 70 persen dari jumlah penonton tahun 2016) di pemutaran film pendek di Micro-Cinema dan Pop-Up Bioskop, di Festival yang bebas biaya ini dengan total 35 tamu undangan pembuat film serta programmer dari Indonesia dan mancanegara.
3rd MFW menghadirkan 209 film pendek yang dikemas dalam 42 program. Beberapa program dipersembahkan untuk anak-anak. Di antara program tersebut (Tangible Dreams & Children Program) ditayangkan di Gedung Merdeka, Kantor BPPD Denpasar, dan dihadiri oleh puluhan anak-anak (tuna rungu dari Sushrusa Deaf School). Selama acara berlangsung, anak-anak sangat antusias untuk mengikuti kegiatan. Ini adalah pengalaman pertama bagi anak-anak di Sushrusa Deaf School untuk datang ke festival film pendek intemasional.
Di samping festival ini juga dilengkapi dengan Fringe Events (di antaranya Workshop, BEGADANG FILMMAKING COMPETITION, Minikino Bandstand, MFW TALKS, acara pembukaan dan acara pemberian penghargaan internasional).
Kegiatan Pop Up Cinema mengadakan workshop di 2 lokasi, yaitu Wantilan Desa Pura Sari, Desa Sobangan dan Lapangan Sutasoma, Desa Sukawati. Workshop ini melibatkan siswa siswi SD 1, 2, 3 Sobangan dan juga anak-anak SD di sekitar lokasi pengungsian di Lapangan Sutasoma, Desa Sukawati yang ikut dalam pengenalan film pendek dan menulis ide film.
Dalam workshop ini, anak-anak belajar mengenal jenis-jenis tanggung jawab dalam sebuah pembuatan film, peralatan dasar pembuatan film, praktek menulis ide cerita dan praktek merekam gambar. Workshop dipimpin langsung oleh Made Birus, Festival Executive Director. Seluruh rangkaian acara Pop-Up Cinema berjalan lancar, menyenangkan dan berkesan.
3rd MFW juga memiliki Video Library berisi lebih dari 500 judul film pendek Nasional maupun Intemasional yang dapat ditonton. 3rd MFW juga diramaikan dengan pelatihan dan beberapa workshop. Pelatihan akting bersama Paul Agusta, workshop “4K Cinematography” bersama Benny Kadarhariarto, serta workshop film untuk pelajar yang mengiringi Pop-Up Cinema.
Selain itu Minikino Bandstand juga menampilkan para sutradara video inp musik yang berbagi pengalaman produksi dengan para penonton. Hadir pula MFW Talks, sebuah ruang diskusi dan berbagi cerita bertema ”Creative Community’ (Sanggar Siap Selem-Dwitra J.Ariana, Taman Baca Kesiman-Gede Indra Pramana, Creator Inc.-Arif Rahman, CushCush Gallery~Sagung Alit 5.), ”Film Festival” (3rd Minikino Film Week Edo Wulia, Balinale -llnneke Indriyani) dan ”Ba/I Inside Out”(Marinta Serina Singarimbun-penulis “Mata Jiwa, Into the Eye of Life”, I Nyoman Darma Putra-penulis, akademisi di bidang Pariwisata, Marlowe Bandem-Repatriasi Arsip Bali 1928, dan Erwin Arnada -penulis & sutradara).
3rd Minikino Film Week memberikan penghargaan untuk masing-masing kategori film. Antara Iain: SHORT FILM OF THE YEAR: Bitch Boy (Mans Berthas/Sweden); SHORT FICTION 2017: Nakaw (Noel Escondo, Arvin Belarmino/Philippines); SHORT DOCUMENTARY 2017 : COMMODITY CITY (Jessica Kingdon/United States); VISUAL POETRY 2017 :URBAN AUDIO SPECTRUM (Marina Schnider/Germany); ANIMATION SHORT 2017: ECLIPSE (Jerrold Chang/United States); CHILDREN’S SHORT FILM 2017 Z CARROT & PICKLE (Graciela Sarabia/United States); PROGRAMMER’S PICK 2017 : RUAH (Flurin Giger/ Switzerland) dan S-EXPRESS 2017 RECOGNITION : SEPANJANG JALAN SATU ARAH (Bani Nasution/Indonesia)
Sementara untuk Begadang Filmmaking Competition skala nasional ditetapkan penghargaan bagi ALMARI, Guru Banjarmasin, Kalimantan Selatan; KAMBING HITAM, Syahdu Cinema Nusantara, Bekasi, Jawa Barat; dan 1 YANG TERSISA, Bali Atmosphere Film, Sukasada, Buleleng, Bali.
Dan film-film pendek yang mendapatkan Penghargaan Internasional 3rd Minikino Film Week melanjutkan distribusinya dalam ’road show live-screenings’ , 25-26/10 di Jakarta dan Tangerang, antara lain di Goethe Haus, Menteng-Jakarta; Universitas Muhammadiyah Jakarta-Auditorium Gedung FISIP lt.4 dan Universitas Multimedia Nusantara Gedung C Lecture Hall lantai 3, Tangerang.
(tjo; foto mm
Inneke Indriyani tidak termasuk komite 3rd MFW. Kami bahkan tidak mengenal nama tersebut.
– Fransiska Prihadi, Program Director 3rd Minikino Film Week