Visual Indonesia, Jakarta,–
Tenun Baduy yang memiliki kekhasan lewat kesederhanaan dan elemen garis yang sarat filosofis membuat seorang fashion desainer Melanie R Wibowo Dharmosetio jatuh hati hingga mengkreasikannya menjadi karya fashion yang sangat artistik.
Melanie yang dikenal dengan karya koleksinya bergaris tailored yang bersih dan tegas itu, menginspirasi pencinta fashion bahwa kain Baduy pun dapat tampil beda, “Dari biasa menjadi sangat artistik”. Ibu dua anak ini pun mengingatkan, kalau desain dibuat dengan hati dan kecintaan pasti hasilnya akan indah. Tak heran, jika desainnya dibuat hanya limited edition, serta ada cerita dibalik karya-karyanya.
Ditemui saat gelaran Crafina 2017 beberapa waktu lalu di Jakarta Convention Centre (JCC), Melanie kembali menghadirkan keindahan tenun Baduy dalam koleksinya di meLOOkmel booth bernomor 152.
Kendati baru dua tahun menggeluti dunia fashion desainer, Melanie menginterpretasikan tiap karya fashionnya mengangkat tenun Baduy sebagai salah satu warisan budaya Indonesia dengan prinsip desain nan Harmonis, Unik, Cantik, Simple serta Timeless.
Dua tahun ini saya fokus pada kain tenun Baduy yang sejatinya memiliki karakter sederhana, mencerminkan keseimbangan kehidupan itu sendiri, dengan elemen garis vertikal, horizontal maupun diagonal dalam pakem-pakemnya seperti Adu Mancung, Aros, Poleng, Suat Songket, Suat Samata dll. Elemen garis inilah yang menjadi kekuatan karakter brand meLOOKmel
“Saya lebih menyebutnya sebagai modern etnik ready to wear dalam setiap karya fashion meLOOKmel. Dua tahun ini saya fokus pada kain tenun Baduy yang sejatinya memiliki karakter sederhana, mencerminkan keseimbangan kehidupan itu sendiri, dengan elemen garis vertikal, horizontal maupun diagonal dalam pakem-pakemnya seperti Adu Mancung, Aros, Poleng, Suat Songket, Suat Samata dll. Elemen garis inilah yang menjadi kekuatan karakter brand meLOOKmel,” ungkap Melanie.
Ia menambahkan, Kekhasan tenun Baduy, bahannya agak kasar dan warnanya cenderung gelap. Bintik bintik kapas dari proses pemintalan tradisional telah menghasilkan tekstur yang khas. Karena kain benar-benar produk handmade, dibuat dengan alat pemintal tradisional yang bernama gedoga atau raraga.
Kain tenun yang awalnya dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan sandang, dibuat sederhana berpadu simetris dengan elemen garis vertikal maupun horizontal. Nah, Kedua elemen inilah yang membuat kain Baduy punya karakter dan makna alam didalamnya. Melanie menyebutnya sebagai kekuatan Holistik, ada relasi yang tak terpisahkan.
“Karena kesederhanaannya itulah saya tertantang untuk memperkuatnya menjadi keunikan tersendiri dalam karya-karya meLOOKmeL. Hingga pada event Inacraft 2016 lalu, meLOOKmeL meraih penghargaan dari Inacraft untuk Kategori Textile, pada karyanya yang berjudul “Celana Empat Pintu”. Dan pada Agustus 2017, meLOOKmeL terpilih melalui kurasi ketat oleh konsultan Amerika dari By Hand Consultant dan terpilih mewakili Indonesia di gelaran event Handmade Internasional “New York Now 2017” tutur alumnus Arsitektur Parahyangan ini.
Melanie pun memadukan kain Baduy dengan beberapa tenun daerah Kalimantan, Sulawesi hingga batik. “Saya ingin mengangkat tenun Baduy ke panggung mode hingga ke gaya hidup casual. Mimpi saya bisa membuat warisan bangsa ini menjadi tuan rumah di negara sendiri, lebih dikenal dan bercita rasa global,” pungkas Melanie.
(ayen; foto mm