Visual Indonesia, Jakarta,-
Untuk kedua kalinya, Jakarta Dance Meet Up, digelar di Gedung Kesenian Jakarta sebagai bagian dari ‘Ikon Baru Jagad Tari Indonesia’. Sebuah oase pertemuan para koreografer muda dari komunitas-komunitas tari seluruh Indonesia.
Diinisiasi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) sebagai mitra strategis Gubernur DKI Jakarta dan Badan Ekonomi Kreatif, dalam merumuskan kebijakan bagi pengembangan dan penciptaan kreativitas seni di lbukota negara.
Jakarta Dance Meet Up (JDMU) oleh DKJ melalui Komite Tarinya, terus membangun iklim yang inspiratif terhadap penciptaaan dan apresiasi karya seni tari yang bermutu, tak hanya bagi pelaku seni tari namun juga masyarakat.
JDMU #2 (30/8) menghadirkan Ali Dance Company (koreografer lrfan Setiawan), Chiva Production (Yohanes Christo), Namarina Dance Academy (Andhini Rosawiranti dan Truly Rizki Amanda), Rafa Dance (Enindita Sih Lastyari, Felicia Chitraningtyas) dan Sanggar Tari Cipta Budaya (Ilham Muji Riyanto). Selain JDMU #2 juga menghadirkan dua pengamat, Adinda Luthvianti (Anggota Kornite Teater DKJ) dan Jefriandi Usman (koreografer).
Semua komunitas terpilih tidak hanya mempresentasikan kreasinya dihadapan penonton tetapi juga menyampaikan aspek kreatifitas, estetika hingga manajemen pengelolaan setiap karya di keesokan harinya. Selanjutnya para pengamat memberikan evaluasi kepada masing-masing karya secara mendalam dan simultan. Sehingga masing-masing komunitas tari nantinya saling belajar dari berbagai masukan yang berlangsung.
Melalui JDMU pengembangan seni tari khususnya di Jakarta tidak bisa lagi dimonopoli oleh satu pihak saja. Memajukan kreatifitas dan apresiasi pada industri tari merupakan tanggungjawab semua pemangku kepentingan yang ada di lbukota tanpa terkecuali. Sehingga perlu adanya kerja bersama yang berkelanjutan untuk terus memberikan wadah seluas-luasnya kepada semua pelaku seni tari yang ingin berkembang.
Pelaksanaan JDMU selama tahun 2017 akan melibatkan puluhan komunitas tari yang bersedia tampil dalam ajang ini. Pada setiap perhelatan JDMU, setiap komunitas yang terpilih akan berbeda di tiap edisi. Hartati, Ketua Komite Tari DKJ mengungkapkan, Bagi DKJ, komunitas tari, sanggar, sekolah tari informal, atau grup kecil dengan genre tari apa saja memiliki posisi strategis untuk terus menumbuhkan semangat berkreasi sekaligus berekspresi seni tari di masyarakat.
JDMU terbuka bagi semua komunitas, sanggar dan sekolah tari yang ingin bertemu, berkolaborasi dan bersama memajukan tari lndonesia. Masyarakat pecinta seni tari Indonesia pun dapat menikmati kreasi semua penampil yang ada di JDMU secara gratis.
JDMU memberikan ruang apresiasi, edukasi dan market yang berkelanjutan bagi pelaku seni tari Ibukota yang minim kesempatan. Inilah bentuk apresiasi demi kekuatan dan keragaman seni tari yang tumbuh di Jakarta sebagai Ibukota Negara.
Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), lembaga yang dibentuk oleh masyarakat seniman dan dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, 7 Juni 1968 lalu. DKJ mitra kerja Gubernur Kepala Daerah Propinsi DKI Jakarta untuk merumuskan kebijakan guna mendukung kegiatan dan pengembangan kehidupan kesenian di wilayah Propinsi DKI Jakarta.
Anggota Dewan Kesenian Jakarta diangkat oleh Akademi Jakarta (AJ) dan dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta. Pemilihan anggota DKJ dilakukan secara terbuka, melalui tim pemilihan yang terdiri dari beberapa ahti dan pengamat seni yang dibentuk oleh AJ. Nama-nama calon diajukan dari berbagai kalangan masyarakat maupun kelompok seni. Masa kepengurusan DKJ adalah tiga tahun.
(tjo; foto mm