Visual Indonesia, Jakarta,-
Memotret satu penggalan zaman dalam dinamika sosial masyarakat saat menjalani proses urbanisasi melahirkan kisah jelang masa berakhirnya bisnis bioskop, khususnya di kota-kota kecil di Jawa Tengah. Dapat dirasakan dalam novel bertajuk New Urban Sensation!, karya Bre Redana.
Adalah Titimangsa Foundation sebagai yayasan nirlaba yang digagas Happy Salma, Oktober 2006 silam, yang memperkenalkannya di Galeri Indonesia Kaya, Mall Grand Indonesia, Jakarta.
Bre Redana sendiri kelahiran Salatiga, Jawa Tengah dan merupakan wartawan di sebuah harian ibukota yang tak asing lagi di kalangan pelaku budaya Tanah Air. Dan novel Bre kali ini merupakan novel yang kedua di tahun ini, yang berhubungan dengan tubuh dan kebudayaan, berjudul ‘Memo tentang Politik Tubuh’.
Seperempat abad lalu, di tahun 1993, sesungguhnya Bre telah melahirkan buku berjudul sama ’Urban Sensation’. Namun novel itu sama sekali berbeda dengan novel sekarang ini. Urban Sensation! 1993 merupakan buku kumpulan cerpen, sedangkan ‘New Urban Sensation’ merupakan sebuah novel.
New Urban Sensation memotret satu penggalan zaman dalam dinamika sosial masyarakat menjalani proses urbanisme, gagap, gamang. Novel berkisahkan masa-masa menjelang berakhirnya bisnis bioskop di kota-kota kecil di Jawa Tengah. Padahal bioskop, dalam dinamika sosial Indonesia, pernah menjadi penanda modernitas seperti mal pada zaman ini.
Berakhirnya bisnis perbioskopan di Jawa Tengah berjalan berbarengan dengan memudarnya panggung-panggung kesenian rakyat. Dalam novel ini diceritakan kehidupan satu kelompok kesenian rakyat yang popular di Jawa Tengah, yang primadonanya terserimpet hubungan asmara dengan tokoh utama dalam novel.
Bre ingin mengajak pembacanya untuk merenungkan, menafsir pengalaman urban, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kehidupan urban selalu menarik. Dahulu urbanisme ditandai dengan bioskop. Kota baru dianggap sebuah ”Kota” kalau ada gedung bioskop, Kota tanpa gedung bioskop dianggap ndeso. Dan Bre dibesarkan di kota kecil dengan dua gedung bioskop. Kini tak ada lagi gedung-gedung bioskop di kota kecil, kesenian rakyat juga bangkrut. Membuat diri sebenarnya berdiri gamang di tengah Jakarta.
Bre berharap kualitas generasi muda jaman sekarang dapat sekuat dan sekreatif dulu, sehingga Indonesia dapat menelurkan banyak seniman dengan karya seni budaya yang membuat kagum masyarakat Internasional. Semangat menulis Bre pun tak berhenti sampai di situ, bila tidak ada aral melintang, di tahun ini juga Bre akan meluncurkan empat buku baru sekaligus, sebuah semangat yang sangat luar biasa.
(ayen; foto mm