Visual Indonesia, Jakarta,-
8 Mei 2017, tepat Galeri Nasional Indonesia memasuki usianya ke-19 tahun. Galeri milik negara yang menjadi cerminan perjalanan dunia seni rupa Indonesia ini, kini nampak terlihat lebih seksi dan semarak.
Galeri yang tidak hanya menyimpan perjalanan sejarah itu, juga menjadi bagian tumbuhnya perkembangan kesadaran generasi muda untuk menghargai karya-karya monumental dari para pelukis hebat republik ini.
Terbukti peningkatan kunjungan publik meningkat secara signifikan ke Galeri Nasional Indonesia. Pada akhir 31 Desember 2016, jumlah pengunjung total yang datang mengikuti program-program di Galeri Nasional Indonesia tercatat sebanyak 257.309 pengunjung (tidak termasuk kegiatan yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia di luar kota). Jumlah tersebut terdiri dari 102.532 pengunjung Pameran Tetap Koleksi Galeri Nasional Indonesia, 154.477 pengunjung Pameran Temporer, serta 300 peserta program Edukasi dan Workshop. Apabila dibandingkan dengan jumlah pengunjung per 31 Desember 2015 sebanyak 139.470 pengunjung. Dengan kata lain, di akhir 2016, pengunjung Galeri Nasional Indonesia mengalami kenaikan hingga 84,5%.
Hal itu terjadi seiring dengan kembali dibukanya pada 7 Oktober 2015 lalu, Pameran Tetap Koleksi Galeri Nasional Indonesia, yang disajikan dengan penataan berdasarkan periodisasi perjalanan seni rupa Indonesia yaitu Galeri 1 dan Galeri 2. Secara keseluruhan terdiri dari 11 ruang dengan dilengkapi teks informasi (cetak dan multimedia).
Galeri 1 dibagi menjadi tujuh ruang yang menampilkan Koleksi Internasional; karya Raden Saleh Sjarif Bustaman (1807–1880); juga karya-karya era Mooi Indie dan Persagi (1920–1942); Era Pendudukan Jepang, Kemerdekaan Republik Indonesia, dan Lahirnya Era Sanggar (1942–1945); serta Era Akademi Seni Rupa (1947–sekarang). Sedangkan Galeri 2 terbagi menjadi empat ruang yang menampilkan karya pada periode Gerakan Seni Rupa Baru, dan Seni Rupa Kontemporer Indonesia.
Selain hal tersebut dapat tercapai juga lantaran Pameran Tetap (Permanent Exhibition) terus dibenahi dari segala segi. Mulai dari perbaikan infrastruktur, display karya, update informasi karya, perbaikan visual menggunakan perangkat multimedia, hingga penambahan karya koleksi baru yaitu karya Siti Adiyati dan Oscar Motuloh. Perbaikan ini dilakukan untuk mendukung penyajian karya-karya rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia yang merupakan koleksi negara, agar dapat dinikmati publik luas secara optimal.
Selain pencapaiannya lewat segudang aktivitas yang telah dilaksanakan Galeri Nasional Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri. Aktivitas yang tidak hanya mencakup kalangan tertentu saja, melainkan dapat merangkul seluruh stakeholder terkait dari berbagai latar belakang dan usia, mulai dari seniman/perupa, kritikus seni, pecinta seni, pejabat, akademisi, mahasiswa, pelajar, awak media, pelaku usaha, kolektor, hingga masyarakat awam yang tertarik dengan seni rupa.
Karena seperti diketahui, sejak berdiri dan ditetapkannya sebagai lembaga budaya negara (pemerintah) pada 1998 dan diresmikan 8 Mei 1999 lalu, Galeri Nasional Indonesi telah berkembang sebagai sebuah galeri seni (art museum) dan pusat kegiatan seni rupa di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Bahkan sejumlah torehan prestasi telah disematkan kepada Galeri Nasional Indonesia, baik berupa penghargaan maupun keterlibatan di forum/ajang seni rupa internasional. Seperti tahun 2011 silam, Galeri Nasional Indonesia menerima penghargaan Visual Arts Award 2011 dari Majalah Visual Arts, atas dedikasi, kontribusi, dan prestasi Galeri Nasional Indonesia di medan seni rupa pada periode 2000–2010.
Kemudian tahun 2013, Galeri Nasional Indonesia dipercaya dan berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan forum internasional yaitu Asian Art Museum Director Forum (AAMDF) 2013, yang dihadiri 10 negara ASEAN dan 12 negara Asia di luar ASEAN, serta para perwakilan negara-negara peserta AAMDF, perwakilan lembaga/museum seni rupa internasional, lembaga/museum/galeri seni rupa nasional (Indonesia), seniman, kurator, dan pengamat seni rupa dari berbagai negara.
Berlanjut di tahun 2015, Galeri Nasional Indonesia menerima penghargaan 2015 ICOM Australia Award atas suksesnya kerjasama dengan National Portrait Gallery, Canberra–Australia dalam menggelar pameran senirupa yang diinisiasi oleh Galeri Nasional Indonesia, yaitu Pameran Masters of Modern Indonesian Portraiture di Australia pada 20 September – 15 Oktober 2014.
Penghargaan tersebut diberikan sebagai apresiasi terhadap terjalinnya kerjasama yang berkelanjutan antara Galeri Nasional Indonesia dengan National Portrait Gallery dalam bentuk Workshop Capacity Building yang dilaksanakan pada 2016.
Mengingat ICOM Australia Award adalah penghargaan yang diberikan kepada institusi atau perorangan yang merupakan anggota ICOM Australia yang berpartisipasi dalam memperkuat hubungan internasional antarnegara dan berkontribusi terhadap pengembangan budaya dalam negeri.
Galeri Nasional Indonesia juga telah beberapa kali berpartisipasi dalam perhelatan seni rupa internasional seperti Pameran Seni Rupa “ROOTS. Indonesian Contemporary Art” di Frankfurter Kunstverein, Jerman pada 2015. Sebagai salah satu rangkaian dari acara Indonesia sebagai Guest of Honour pada event Frankfurt Book Fair (FBF) 2015.
Sedangkan di tahun 2016, Galeri Nasional Indonesia menggelar pameran dalam rangka World Culture Forum 2016. Dan di tahun 2017 ini, Galeri Nasional Indonesia kembali berpartisipasi dalam perhelatan internasional dengan menggelar Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia di Brussels dan Antwerp, Belgia dalam rangka Indonesia sebagai Guest Country Europalia 2017.
Disamping Galeri Nasional Indonesia konsisten dalam menggelar beberapa pameran besar berkala, bahkan bertaraf internasional. Seperti Pameran Southeast Asia Plus (SEA+) Triennale; Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia “Manifesto”; The 4th Jakarta Contemporary Ceramics Biennale (JCCB); Trienal Seni Patung Indonesia; The Jakarta International Photo Summit (JIPS); Pameran Seni Rupa Nusantara; serta pameran kerja sama dengan lembaga/komunitas terkait seperti Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia “17|71: Goresan Juang Kemerdekaan”; Indonesia Art Award; OK. Video: Indonesia Media Arts Festival, Jakarta Biennale; dan sebagainya.
Kedepan, dalam melindungi dan mempertahankan kondisi karya koleksi, Galeri Nasional Indonesia terus melakukan tindakan perawatan koleksi (konservasi/restorasi). Di tahun 2016, telah dilakukan konservasi preventif pada 795 karya dan restorasi enam buah karya yang mengalami kerusakan signifikan.
Selain merawat, Galeri Nasional Indonesia juga mengadakan akuisisi karya untuk melengkapi koleksi yang merepresentasikan perjalanan seni rupa kontemporer Indonesia. Seperti pada 2016, ada lima karya yang diakuisisi, diantaranya “Bermain Dakon” karya Siti Adiyati, “Potret Diri” (1988) karya Soenarto PR, “Merapi” (2013) karya Chandra Johan, serta “Atlantis Van Java” dan “Soulscape Road” karya Oscar Motuloh. Dan sepanjang 19 tahun telah terkumpul koleksi kurang lebih sekitar 93 karya koleksi baru.
Kegiatan pameran Galeri Nasional Indonesia hampir tidak pernah putus. Dalam tiga tahun terakhir (2014-2016), rata-rata pameran yang diselenggarakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri sekitar 25 pameran per tahunnya. Hal ini merupakan suatu pencapaian yang merepresentasikan kerja keras dan kekompakan tim Galeri Nasional Indonesia.
Galeri Nasional Indonesia sebagai lembaga budaya pemerintah, juga berperan dalam memberikan fasilitasi kepada para seniman/perupa Indonesia untuk terlibat dalam perhelatan seni rupa baik yang berskala nasional maupun internasional. Pada tahun 2016, sebanyak 891 seniman/perupa telah difasilitasi, 874 diantaranya difasilitasi untuk berpameran di Galeri Nasional Indonesia, sedangkan 17 lainnya difasilitasi dalam forum internasional.
Untuk memenuhi tantangan atas peningkatan apresiasi masyafakat terhadap perkembangan seni rupa di Indonesia. Dibutuhkan ruang pamer dan fasilitasi lainnya yang representatif, seperti telah dipersiapkannya Perencanaan Pembangunan Gedung Baru Galeri Nasional Indonesia sejak 2012.
Dimana grand design pembangunan gedung tersebut dilakukan melalui tahap sayembara pada tahun 2013 dengan kajian serta dokumentasi bangunan cagar budaya, yang bekerja sama dengan Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) dan telah dilaksanakan pada 2015.
Di tahun 2017 ini, grand design telah siap namun perencanaan pembangunan gedung baru sedang dalam tahap pelengkapan dokumen legalitas kepemilikan lahan, pengajuan penghapusan bangunan existing noncagar budaya, penyelesaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan pengurusan perizinan pembangunan di Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dan pembangunan fisik bangunan baru tersebut, diharapkan akan terealisasi pada 2019 mendatang.
(gha/tjo; foto ist