Visual Indonesia, Jakarta,-
Setelah satu dasawarsa meninggalkan para penggemarnya, ekspresi kerinduan penggemar Chrisye terus dijaga dengan segera menghelat sebuah film tentang Sang Legenda Biduan, Chrismansyah.
Ferry Mursyidan Baldan, satu dari sekian banyak penggemar Chrisye terus memupuk kecintaannya terhadap almarhum, sehingga makin mengakar kuat. Seperti di setiap tanggal kelahiran maupun kepergian Chrisye, Ferry selalu meluangkan waktu berziarah ke makam almarhum. Biasanya setelah itu, ia mengajak sejumlah teman untuk minum kopi sambil mendengarkan dan menyanyikan lagu lagu almarhum.
Ferry bersama penggemar lainnya pun membentuk Komunitas Kangen Chrisye atau #K2C. Bersama #K2C, Ferry menerbitkan buku bertajuk Chrisye Kesan di Mata Media dan Fans. Sebuah buku yang dirilis bertepatan dengan peringatan lima tahun wafatnya Chrisye (30 Maret 2012).
Dan di tahun 2017, pada peringatan 10 tahun wafatnya sang idola, 30 Maret 201 7, Ferry kembali meluncurkan buku baru berjudul 10 Tahun Setelah Chrisye Pergi; Ekspresi Kangen Penggemar, Buku ini memperlihatkan betapa kuatnya nama Chrisye dalam jagat musik lndonesia.
“Diakui atau tidak, meski sudah 10 tahun wafat, lagu-lagu Chrisye tetap laris didaur ulang, bahkan sebuah film atas namanya segera dirilis pada 2017. Dan buku ini sekaligus kami dedikasikan sebagai penyempurnaan buku sebelumnya,” ungkap Ferry.
Isi buku 10 Tahun Setelah Chrisye Pergi; Ekspresi Kangen Penggemar, ini terhitung unik dan sangat personal dari seorang penggemar. Karena, Ferry mengumpulkan catatan yang terserak di berbagai media tentang Chrisye sepanjang 10 tahun setelah ia wafat, kemudian menjadikannya bagian dari isi buku. Bukan hanya itu, Ferry juga mendisain ulang potongan berita atau kliping tentang kematian almarhum, dan menjadikannya bagian dari buku ini.
Ferry mengakui, apa yang dilakukannya selama ini sesungguhnya tidak sedang ingin mengkultuskan Chrisye. Namun, dirinya merasa ‘tidak rela’ jika Chrisye hilang begitu saja ditelan perjalanan waktu. Oleh karenanya ia ingin berbicara, bahwa bangsa ini perlu menghargai dan menghormati seorang musisi, meski dia sudah tidak ada lagi bersama kita.
Bahkan untuk menjaga Chrisye dalam kenangan yang tak hilang di makan waktu, Ferry kerap melakukan cara yang kecil dan sederhana. Seperti minta pengamen di warung-warung makan, home band di hotel atau bahkan dalam acara resepsi pernikahan untuk melantunkan lagu-lagu Chrisye. Cara ini dilakukannya agar lagu lagu almarhum tetap “hidup” di sepanjang waktu.
“Sikap ini lahir karena kuatnya pengaruh lirik lagu Chrisye. Lebih dari 80 tahun, lirik lagu Chrisye begitu kuat melekat dan mengikat jiwa. Jika dirangkaikan, seluruh lagu-lagu Chrisye seakan mewakili perjalanan hidup manusia; mulai dari rasa cinta antar manusia, rasa peduli sesama, potret sosial yang tengah terjadi, rasa cinta Negeri, rasa ditinggal kekasih, rasa keindahan alam, sampai pada rasa sebagai mahluk Tuhan dan tentang adanya hari akhir,” urai Ferry lagi.
Tak hanya bentuk penghormatan dan penghargaan pada Chrisye, sebagai seorang penyanyi dan musisi yang setia dengan profesi yang dijalaninya, kesetiaan pada profesi itu pulalah yang menjadikan Chrisye sebagai sosok menarik dan inspiratif.
Hadir saat Buku “1O Tahun Setelah Chrisye Pergi; Ekspresi Kangen Penggemar” dirilis, Damayanti Noor, isteri almarhum beserta sahabat-sahabat Chrisye, antara lain: Yoekie Suryoprayogo, Vina Panduwinata, Ivan Nestorman, Donny Suhendra, dan lain-lain.
(a yen; foto muller