Visual Indonesia, Jakarta,-
Menjelajahi sejumlah pedesaan di banyak daerah di dunia, mencari originalitas dari ketenangan suasana kehidupan pedesaan yang bersahaja. Yaa … hanya untuk mencari seraut wajah-wajah lugu yang mempesona meski mereka berasal dari suku-suku yang berbeda dari sejumlah negara.
Tarikan palet dari wajah-wajah lugu pedesaan yang berwarna kuat menjadi penanda karya-karya Prof. Xie Dongming, saat 2014 silam bersama sejumlah seniman generasi muda China bepameran di Galeri Nasional Indonesia, menyita perhatian berbagai pihak. Setelah berkelana di sejumlah desa di Yogyakarta, kini Xie Dongming menggelar pameran tunggalnya bertajuk Selfscape, hingga 24 Februari 2017 nanti.
Lukisan-lukisan potret Xie Dongming memiliki kecenderungan melukiskan gambaran sosok diri atau potret seseorang, yang selalu menarik bagi publik seni rupa di mana karya itu dipamerkan. Cara pandang subyektif memang selalu menampilkan kejutan dan temuan-temuan unik. Selain juga nilai-nilai kesamaan ekspresif dan tanpa sadar bisa kita hayati secara sama.
Galeri FANG (Jakarta-Beijing) yang membawa Xie Dongming untuk berpameran tunggal, telah memberi inspirasi bagi perupa dan pecinta seni, ungkap Tubagus ‘Andre’ Sukmana, Kepala Galeri Nasional Indonesia.
Bingkai inilah yang digunakan untuk memahami lukisan-lukisan potret —mengenai sosok sosok figur di berbagai pelosok negeri China— yang dikerjakan Xie Dongming sebagai seorang pelopor kemajuan seni lukis (realis) China. Lukisan-lukisan potret yang dikerjakan Dongming memang tidak sepenuhnya realistik melainkan justru bersifat ekspresif dengan cara pendekatan yang tak sama dalam pemakaian medium dan idiom seni lukis tertentu (apakah dikerjakan dengan teknik cat air ataupun cat minyak), sebagai kekuatan ekspresi lukisan-lukisan Dongming, tambahnya.
Xie Dongming, profesor seni lukis di Central Academy of Fine Arts – Beijing, yang menjadi salah satu tonggak pendidikan tinggi seni rupa di China; ia juga ketua dari sebuah kelompok seni lukis yang berpengaruh dalam perkembangan mutakhir seni rupa China yaitu ‘The Third Sudio’ —yang para anggota dari kelompok tersebut adalah juga para pengajar seni lukis dari kampus yang sama.
“Kekuatan ekspresi lukisan-lukisan Dongming berada sekaligus di antara gagasan tentang image bentuk (identitas) yang digambarkannya dengan kekuatan teknik dan material pewarna yang dikerjakannya. ‘Penyimpangan’ bentuk yang dihasilkan oleh cara melukis yang ekspresif ini tidak hanya menjadikan hasil karyanya terasa dekat dan hangat karena seakan menyapa dimensi perasaan kita yang mengamati karya-karya tersebut, namun juga sekaligus merangkum pengalaman interaksi hidup yang mengandung intensi penghayatan dan nilai,” ujar Rizki A. Zaelani, selaku kurator.
Gambaran tentang suatu potret yang dikerjakan Dongming tentu saja berkaitan kisah tentang seseorang yang jadi modelnya dengan konteks ruang dan waktunya secara khusus, namun juga penting ditambahkan bahwa lukisan itu adalah soal kualitas
pengalaman tentang nilai (pemahaman) yang diperoleh melalui ekspresi emosi dan simpati, lanjutnya lagi.
Judul ‘Selfscape’ atau soal tataran tentang ‘pemandangan-diri’ ini dipilih untuk menjelaskan upaya perluasan cara memahami diri yang dikerjakan Xie Dongming dengan meraih intensi ‘pengalaman yang mendalam’ tentang orang lain secara ekspresif dan mengandung kandungan nilai emosi, pungkas Rizki.
(tjo; foto mm